Kaum Perusak

Kaum Perusak

Salah satu sifat yang perlu diwaspadai dari beberapa sifat orang munafik yang juga kalau kita cermati merupakan larangan pertama yang kita temukan dalam urutan ayat-ayat qur’an adalah sifat suka membuat kerusakan dalam tatanan kehidupan di muka bumi ini. Allah SWT menjelaskan bahwa orang munafik itu: bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab:"Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan" (QS. Al Baqarah [2]:11).

Kalau kita melihat sekilas sifat suka membuat kerusakan ini, kita akan cenderung mengelus dada bersyukur sambil meyakinkan diri sendiri, “Alhamdulillah saya tidak termasuk orang yang memiliki sifat suka membuat kerusakan” hanya karena kita pasif, tidak terlibat aktif dalam bentuk-bentuk kerja yang merusak dan lebih banyak diam tidak mengambil sikap terhadap kerusakan yang dilakukan orang lain. Padahal seandainya disadari, diamnya kita terhadap bentuk- bentuk kerusakan yang dilakukan oleh orang-orang di dekat kita ternyata juga adalah bentuk pembenaran dari perilaku rusak tersebut. Bukankah Rasulullah SAW menegaskan bahwa apabila kita melihat suatu kemungkaran maka kita harus berusaha mencegah dengan tangan kekuasaan kita. Bila tidak berani dengan tangan, kita disuruh mencegahnya dengan kata-kata. Jadi, diamnya kita terhadap bentuk-bentuk kerusakan ini hendak kita tempatkan di mana? Bukankah diamnya kita ini sama artinya dengan persetujuan terhadap kerusakan yang dilakukan oleh orang lain atau dengan kata lain sebenarnya kita adalah juga perusak, perusak yang pasif?

Kami ulangi sekali lagi. Salah satu sifat orang-orang munafik adalah suka membuat kerusakan dan kemudian berkilah berbuat perbaikan. Sekarang mari kita kembali ambil cermin diri, dan berkaca pada nurani. Bukankah selama ini kita lebih sering diam terhadap kerusakan-kerusakan yang dilakukan oleh orang di sekitar kita. Lalu apa arti diam kita ini, setuju, tidak peduli atau apa?

Kita juga sering beranggapan bahwa kerusakan itu adalah sekedar kerusakan dari sesuatu tatanan yang sudah mapan yang kemudian dihancurkan. Kita sering lupa bahwa kerusakan itu juga adalah keadaan tidak siap dan tidak mau bergerak menuju perbaikan dan membiarkan kondisi ini tetap stagnan. Status quo, tidak bergerak dari suatu posisi yang kurang baik menuju ke posisi yang lebih baik adalah sebenarnya juga bentuk kerusakan. Rasulullah SAW bahkan pernah menegaskan bahwa orang yang hidupnya hari ini sama dengan kemarin adalah orang yang Kita juga sering beranggapan bahwa kerusakan itu adalah sekedar kerusakan dari sesuatu tatanan yang sudah mapan yang kemudian dihancurkan. Kita sering lupa bahwa kerusakan itu juga adalah keadaan tidak siap dan tidak mau bergerak menuju perbaikan dan membiarkan kondisi ini tetap stagnan. Status quo, tidak bergerak dari suatu posisi yang kurang baik menuju ke posisi yang lebih baik adalah sebenarnya juga bentuk kerusakan. Rasulullah SAW bahkan pernah menegaskan bahwa orang yang hidupnya hari ini sama dengan kemarin adalah orang yang

Di sekeliling kita masih banyak orang-orang yang terbelenggu dalam kebodohan dan keterbelakangan, atau bahkan diri kita sendiri masih terbuai dengan kesombongan, merasa cukup dengan pengetahuan yang dimiliki sekarang. Apabila kita diam, tidak berusaha mengangkat mereka dan diri kita sendiri menuju perbaikan, menuju ke keluasan ilmu pengetahuan dan kemajuan, maka bisa jadi sebenarnya kita sedang aktif melakukan kerusakan.

Mari kita berusaha menghilangkan kerusakan-kerusakan di sekitar kita, terutama kerusakan pada diri sendiri untuk menunjang perbaikan di muka bumi. Kebodohan pemikiran dan keterbelakangan ilmu pengetahuan adalah contoh-contoh kecil kerusakan-kerusakan tersebut yang dapat dengan mudah kita temukan di sekitar kita. Diamnya kita atas bentuk-bentuk kerusakan ini tanpa berusaha memperbaikinya sebenarnya menunjukkan partisipasi kita dalam memperparah kerusakan tersebut.

Semoga kita tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang mengaku-ngaku berbuat kebaikan di muka bumi padahal sebenarnya adalah orang-orang yang tanpa disadari sebenarnya berstatus penyumbang kerusakan di muka bumi ini.

Billahittaufiq Wal Hidayah Sumbawa, 5 Juni 2002