Sumantoro
1
mengemukakan bahwa investasi mempunyai peranan dan sumbangan penting dalam pembangunan. Di dalam lingkup rencana
pembangunan, pemerintah mengarahkan agar investasi mempunyai peranan dalam pembangunan, sehingga diharapkan kegiatan-kegiatan investasi tidak
hanya berorientasi kepada motif mendapatkan keutungan saja, melainkan juga diarahkan kepada pemenuhan tugas pembangunan pada umumnya. Untuk itu
sebaiknya investasi diarahkan pada serangkaian pengaturan oleh pemerintah agar dapat berperan serta dalam mencapai tujuan-tujuan pembangunan
menurut prioritas sebagaimana tercantum pada setiap rencana pembangunan, seperti :
a. Peningkatan produksi nasionalpenggalian potensi-potensi ekonomi; b. Penciptaan lapangan kerja;
c. Peningkatan pemerataan hasil-hasil pembangunanpartisipasi rakyat dalam pembangunankegiatan ekonomi;
d. Pemerataan kegiatan pembangunan daerah.
3. Bentuk-Bentuk Investasi
Sebagaimana telah dikemukakan di muka, bahwa investasi adalah kegiatan menanamkan modal dengan harapan pada waktunya nanti pemilik modal
akan mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil menanamkan modal tersebut. Oleh karena itu , dalam pengertian yang luas kegiatan investasi dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk yaitu :
a. Investasi Langsung Direct Investment
1
Sumantoro, Hukum Ekonomi, Universitas Indonesia UI-Pres, Jakarta, 1986, hal 112-113
Dalam artian umum kegiatan investasi langsung dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti :
1. Membeli tanah, 2. Membeli Emas,
3. Membeli Real Estate Ruko, 4. Menjalankan Kegiatan Usaha dengan membentuk Badan Usaha.
Bentuk kegiatan investasi langsung dengan menjalankan kegiatan usaha
tersebut , dilihat dari perizinannya dapat digolongkan menjadi 2 bentuk yaitu :
a. Investasi yang menggunakan Fasilitas; b. Investasi yang tidak mengunakan Fasilitas.
Investasi yang menggunakan fasilitas, masih dibagi lagi menjadi investasi yang menggunakan fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri
PMDN dan investasi yang menggunakan fasilitas Penanaman Modal Asing PMA. Investasi yang menggunakan fasilitas PMDN diatur dengan
UUPMDN tahun 1968 beserta peraturan pelaksanaannya. Sedangkan investasi yang menggunakan fasilitas PMA diatur dengan UUPMA tahun 1967 beserta
peraturan pelaksanaannya, dan terakhir kedua Undang-Undang tersebut diganti dengan Undang-Undang Penanaman Modal UUPM tahun 2007.
Adapun investasi yang tidak menggunakan Fasilitas adalah perusahaan non Fasilitas atau non PMAPMDN yang menurut Kepres RI No.
22 Tahun 1986 adalah perusahaan yang tidak tunduk dan tidak mendapatkan fasilitas berdasarkan UU No. 1Tahun 1967 jo UU No. 11 Tahun 1970 tentang
Penanaman Modal Asing dan UU No. 6 Tahun 1968 jo. UU No. 12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN, yang Kedua
Undang-Undang tersebut telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang berarti izin tersebut diterbitkan
langsung oleh Departemen Instansi Teknis yang membidangi.
Di dalam penulisan ini, pembahasan investasi, hanya ditujukan pada pengertian investasi yang dilakukan secara langsung direct investment,
yang lazim disebut juga dengan istilah “Penanaman Modal”, meliputi
investasi yang dilakukan dalam bentuk investasi asing yang biasa disebut dengan Penanaman Modal Asing PMA maupun investasi nasional atau
Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN, sehingga pembahasan bentuk usaha investasi dibatasi sebagaimana pengertian investasi tersebut diatas.
1 Bentuk Usaha Investasi yang Menggunakan Fasilitas PMA.
Menurut Pasal 3 ayat 1 UUPMA, Perusahaan yang dijalankan di Indonesia harus berbentuk Badan Hukum menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, Sumantoro mengemukakan
1
“Setiap PMA harus bisa dimonitor dan dikontrol oleh hukum Indonesia. Konsekuensi logis dari ini adalah mutlak PMA-PMA
membentuk badan hukum Indonesia dan dengan demikian menjadi subjek hukum Indonesia. Domisili demikian harus di Indonesia. Kewajiban
membentuk badan hukum Indonesia tidak bisa ditawar lagi. Hal ini hendaknya lebih dijelaskan lagi bahwa badan hukum Indonesia itu adalah
Perseroan Terbatas”.
Investasi yang menggunakan Fasilitas PMA dapat dilakukan dalam bentuk :
- Penanaman Modal Asing Murni, yang mana seluruh modal dimiliki dan berasal dari luar negeri investor asing;
1
Lihat,Sumantoro,Hukum Ekonomi,Op.Cit,hal.93.
- Penanaman Modal Asing Kerjasama, yaitu Perusahaan Penanaman Modal Asing bekerja sama dengan perusahaan nasional yang sering
dikenal dengan Perusahaan Patungan joint venture.
Perusahaan Patungan joint venture sebagaimana dimaksud, dapat berbentuk sebagai berikut:
a. Joint Venture