Proses Pendirian Usaha Kawasan Industri

yang pada ujungnya kemakmuran daerah dan kesejahteraan masyarakatnya akan meningkat.

b. Menciptakan Keterkaitan Antar Industri

Albert O Hirschman menunjukkan bahwa pertumbuhan yang cepat dari satu atau beberapa industri mendorong perluasan industri-industri lainnya yang terkait dengan sektor industri yang tumbuh lebih dahulu tersebut. Keterkaitan-keterkaitan linkages ini bisa keterkaitan ke belakang backward linkages jika pertumbuhan tersebut , misalnya, industri tekstil menyebabkan dalam produksi kapas atau zat-zat pewarna untuk disediakan bagi industri tekstil tersebut. Keterkaitan tersebut bisa juga keterkaitan ke depan forward linkages yaitu jika adanya industri tekstil domestik tersebut mendorong tumbuhnya investasi dalam industri pakaian jadi misalnya. Keberadaan kawasan industri yang di dalamnya banyak berdiri berbagai macam industri, akan menjadi daya tarik bagi investor untuk mendirikan pabrik di daerah dimana kawasan industri berada khususnya di dalam kawasan industri. Daya tarik ini dapat terjadi salah satunya di karenakan industri yang berdiri sebelumnya mempunyai keterikatan dengan industri yang baru seperti keterkaitan bahan baku, sebagai pemasok, dapat memakai mesin produksi bersama-sama sehingga menghemat investasi, bahkan bagi Perusahaan Asing dapat berupa keterikatan karena negara asal, dan lain-lain.

C. PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI

1. Proses Pendirian Usaha Kawasan Industri

Setiap pendirian perusahaan kawasan industri yang melakukan kegiatan pengusahaan kawasan industri wajib memperoleh ijin. Ijin sebagaimana dimaksud terdiri dari izin usaha kawasan industri dan izin perluasan kawasan industri. Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 50 MPPKep21997 tata cara memperoleh izin usaha kawasan industri dan izin perluasan kawasan industri adalah sebagai berikut: a. Perusahaan Kawasan Industri mengajukan izin Persetujuan Prinsip kepada Sekjen Deperindag bagi perusahaan kawasan industri yang berstatus Non PMAPMDN dan kepada Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM bagi kawasan industri yang berstatus PMAPMDN. Kelengkapan administrasi yang diperlukan adalah : - foto copy akte pendirian perusahaan - foto copy kartu NPWP - sketsa rencana lokasi - surat pernyataan dari perusahaan kawasan industri bahwa lokasi terletak di dalam kawasan peruntukan industri berdasarkan RUTRRDTR, dan tidak terletak pada lahan yang beririgasi teknis. Persetujuan prinsip berlaku selama jangka waktu 4 tahun, dan dapat diperpanjang 2 kali masing-masing selama 2 tahun . b. Setelah memperoleh izin prinsip, perusahaan kawasan industri kemudian mengajukan permohonan izin lokasi kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat, dengan ditembuskan kepada : - Kepala Kantor Wilayah BPN; - Badan Penanaman Modal Daerah untuk PMAPMDN, instansi vertikal departemen teknis di daerah untuk PMAPMDN; - Badan Perencanaan Pembangunan propinsi dan khusus bagi Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta kepada Bappeda DKI. Kelengkapan administrasi yang diperlukan yaitu foto copy surat persetujuan PMAPMDN atau surat Persetujuan Prinsip untuk non PMAPMDN dari Departemen Teknis. Izin lokasi diberikan untuk jangka waktu selama 12 bulan dan hanya dapat diperpanjang 1 kali untuk selama 12 bulan. Izin lokasi dipakai sebagai dasar untuk melakukan pembebasan tanah. c. Tahap berikutnya adalah permohonan izin usaha kawasan industri ditujukan kepada Menteri untuk perusahaan kawasan industri yang berstatus Non PMAPMDN, sedangkan yang berstatus PMAPMDN ditujukan kepada Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal atas nama Menteri. Izin usaha kawasan industri diberikan kepada perusahaan kawasan industri yang telah memenuhi semua ketentuan sebagai berikut : 1 mengisi Formulir Model PMK III dengan melampirkan informasi terakhir kemajuan pembangunan proyek kawasan industri formulir model PMKII; 2 telah memiliki Rencana tapak Tanah site plan kawasan industri yang dimohon dan telah disahkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW; 3 telah menyelesaikan pembelian tanah sesuai izin lokasinya; 4 telah menyelesaikan kewajiban membuat Analisis Dampak Lingkungan ANDAL, Rencana Pengelolaan Lingkungan RKL, dan Rencana Pemantauan Lingkungan RPL kawasan industri, yang telah disetujui Menteri; 5 telah membuat tata tertib kawasan industri, yaitu peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan kawasan industri, yang mengatur hak dan kewajiban perusahaan kawasan industri, perusahaan pengelola kawasan industri dan perusahaan industri dalam pengelolaan dan pemanfaatan kawasan industri; 6 telah siap dioperasionalkannya sebagian dari prasarana kawasan industri sekurang-kurangnya meliputi jalan masuk ke kawasan industri, jaringan jalan dan saluran air hujan dalam kawasan industri serta instalasi pengolahan air limbah bagi kawasan industri dengan AMDAL nya; 7 telah dibuat berita acara pemerikasaan lapangan BAP dengan menggunakan formulir model PIK II. d. Setelah memiliki izin usaha kawasan industri, perusahaan kawasan industri harus menyelesaikan pembangunan prasarana dan sarana penunjang kawasan industri secara lengkap sebagai berikut : - Prasarana kawasan industri meliputi : jaringan jalan; saluran air hujan; instalasi penyediaan air bersih, instalasijaringan distribusi dan pemangkit tenaga listrik; jaringan distribusi telekomunikasi; saluran pengumpulan limbah industri; instalasi pengolah air limbah; penampungan sementara limbah padat; penerangan jalan; unit pemadam kebakaran dan pagar kawasan industri. - Sarana penunjang kawasan industri meliputi : kantor pengelola; bank; jasa pelayanan pos; kantor peayanan telekomunikasi; poliklinik; kantin; sarana ibadah; perumahan karyawan industri; mess transito; pos keamanan; sarana kesegaran jasmani; halte angkutan umum dan fasilitas penunjang lainnya. e. Izin usaha kawasan industri bagi perusahaan kawasan industri yang berstatus non PMAPMDN dan yang berstatus PMDN, berlaku selama perusahaan kawasan industri yang bersangkutan melakukan kegiatan pengusahaan kawasan industri. Sedangkan bagi perusahaan kawasan industri yang berstatus PMA berlaku untuk 30 tiga Puluh tahun sepanjang masih memenuhi ketentuan dalam peraturan perundang- undangan yang berlaku.

2. Perencanaan Pembangunan Kawasan Industri