Aspek Teknis Perencanaan Pembangunan Kawasan Industri

b. Aspek Teknis

Sebelum kawasan industri mulai di bangun, para pengembang kawasan industri harus membuat perencanaan peruntukan lahan di dalam kawasan industri atau di sebut rencana induk kawasan master plan. Penataan pemanfaatan lahan yang baik tidak hanya akan berpengaruh pada penghematan biaya pematangan lahan, akan tetapi juga dapat menjadi suatu daya tarik bagi investor, dengan manajemen pengaturan lahan yang baik para investor akan merasa mantap untuk memilih lokasi industrinya di suatu kawasan industri, sebaliknya suatu kawasan industri yang mempunyai master plan yang asal-asalan akan di jauhi oleh calon investor. Untuk membuat suatu perencanaan induk kawasan master- plan, diperlukan tahapan-tahapan sebagai berikut : 1 pembuatan rencana zoning pengelompokan suatu kegiatan yang sejenis pada suatu area. Zoning pada kawasan industri pada umumnya terdiri atas zoning-zoning : 2 lahan produktif komersial : lahan industrilahan pabrik; pergudangan; pusat niaga business centre, seperti pertokoan, kantor, hotel, dan sebagainya; area hunian perumahan seperti rumah tinggal, apartemen, dan dormitory asrama. 3 Lahan yang tidak produktif fasilitas sosial dan fasilitas umum : pusat pemerintahan; area pendidikan sekolah, TK, SD, SLTP, dan kalau mungkin SLTA; area penghijauan; lapangan olah raga; penghijauan untuk paru-paru kawasan; jaringan jalan, jalan utama primer, jalan sekunderarteri, jalan lingkungan ; dan jaringan saluran drainase pembuangan air hujan. 4 Menentukan besaran perbandingan antara lahan produktif dengan lahan yang tidak produktif sesuai dengan standar teknis kawasan industri yang dikeluarkan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan tahun 1997. Standar perbandingan lahan komersial lahan yang dapat dijual dengan lahan non komersial fasilitas sosial dan fasilitas umum adalah 70 : 30. 5 Membuat penjelas rencana induk kawasan detail-masterplan. Tahap ini perlu dilakukan sebelum pembuatan rencana detail engineering penjelas pelaksanaan keteknisan kawasan, sebagai bahan dalam penyusunan awal studi kelayakan feasibility study. 6 Menyiapkan studi kelayakan feasibility study. Tahap ini diperlukan untuk menilai apakah rencana kawasan industri tersebut layak dan memberikan keuntungan yang memadai dari segi finansial. 7 Membuat studi AMDAL analisis mengenai dampak lingkungan. Studi ini diperlukan untuk menilai apakah rencana kawasan industri tersebut tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar kawasan industri. AMDAL ini juga diperlukan sebagai kelengkapan persyaratan pengurusan surat izin kawasan industri. Kemudian diteruskan dengan studi rencana kelola lingkungan RKL dan Rencana Pemantauan Lingkungan RPL. 8 Mengurus perizinan. Pada prinsipnya, pengurusan perizinan tersebut adalah bagian dari rangkaian kegiatan yang sangat penting mulai dari : izin lokasi dari tingkat kabupaten, propinsi sampai dengan tingkat pusat; izin kawasan; izin undang-undang gangguan; izin bangunan ; dan izin-izin lainnya yang diperlukan. Pasal 16 ayat Keputusan Menentukan Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 50MPPKep21997, tentang pemberian izin usaha Kawasan Industri Dan Izin Perluasan Kawasan Industri, menyatakan bahwa perusahaan kawasan industri wajib melaksanakan standar teknis yang meliputi : a Perusahaan kawasan industri wajib mencadangkan tanah kawasan industri menurut ketentuan penggunaan tanah di dalam kawasan industri sebagai berikut : keterangan : - kavling komersial adalah kavling yang disediakan oleh perusahaan kawasan industri untuk sarana penunjang seperti perkantoran, bank, pertokoantempat berbelanja, tempat tinggal sementara, kantin dan sebagainya. - Kavling perumahan adalah kavling yang disediakan oleh perusahaan kawasan industri untuk perumahan pekerja termasuk fasilitas penunjangnya seperti tempat olah raga dan sarana ibadah. - Fasilitas yang termasuk prasarana penunjang lainnya antara lain adalah pusat kesegaran jasmani fitness center, pos pelayanan telekomunikasi, saluran pembuangan air hujan, instalasi penyediaan air bersih, instalasi penyediaan tenaga listrik, instalasi telekomunikasi, instalasi pengelolaan air limbah industri, unit pemadam kebakaran. - Prosentase mengenai penggunaan tanah untuk jalan dan sarana penunjang lainnya disesuaikan menurut kebutuhan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II yang bersangkutan. - Prosentase ruang terbuka hijau ditetapkan minimal 10 sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan. b Ketentuan tentang pemanfaatan tanah untuk bangunan diatur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. c Perusahaan Kawasan Industri wajib mengusahakan penyediaan prasarana sarana sekurang-kurangnya sebagai berikut: 1 Jaringan jalan lingkungan dalam Kawasan Industri sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku; 2 Saluran pembuangan air hujan drainase yang bermuara kepada saluran pembuangan sesuai dengan ketentuan teknis Pemerintah Daerah setempat; 3 Instalasi penyediaan air bersih termasuk saluran distribusi ke setiap kavling industri, yang kapasitasnya dapat memenuhi permintaan yang sumber airnya dapat bersal dari Perusahaan Air Minum PAM danatau dari sistem yang diusahakan sendiri oleh Perusahaan Kawasan Industri; 4 Instalasi penyediaan dan jaringan distribusi tenaga listrik sesuai dengan ketentuan PLN yang sumber tenaga listriknya dapat berasal dari PLN danatau dari sumber tenaga listrik yang diusahakan sendiri oleh Perusahaan Kawasan Industri dan atau Perusahaan Industri di dalam Kawasan Industri; 5 Jaringan telekomunikasi sesuai dengan ketentuan dan persyaratan teknis yang berlaku; 6 Sarana pengendalian dampak misalnya: pengolahan air limbah industri, penampungan sementara limbah padat sesuai dengan keputusan persetujuan ANDAL, RKL dan RPL Kawasan Industri; 7 Penerangan jalan pada tiap jalur jalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 8 Unit perkantoran Perusahaan Kawasan IndustriPerusahaan Pengelola Kawasan Industri; 9 Unit pemadam kebakaran; 10 Perumahan bagi pekerja industri dengan harga yang terjangkau untuk Kawasan Industri yag luasnya lebih dari 200 hektar.

3. Harmonisasi Peraturan Perundangan Yang mengatur Kawasan Industri