karena pengeluaran pembangunan akan memperbesar jumlah prasarana yang tersedia disuatu daerah dan sebagai akibatnya daerah
tersebut akan menjadi lebih menarik sebagai tempat untuk mengadakan penanaman modal investasi. Dengan adanya
pengeluaran pemerintah disuatu daerah, prasarana umum yang penting artinya bagi industri seperti penyediaan tenaga air dan listrik, jaringan
telekomunikasi, jaringan pengangkutan dan fasilitas pelabuhan akan bertambah baik keadaannya. Perbaikan dalam fasilitas-fasilitas
tersebut menyebabkan perusahaan industri dapat dengan murah dan mudah memperoleh air dan tenaga listrik yang diperlukannya,
memperoleh dan mengangkut bahan mentahnya dan menjual hasil produksinya keberbagai pasar di dalam maupun di luar daerah
tersebut. Dengan demikian perbaikan prasarana akan membantu mempertinggi efisiensi berbagai industri.
Kegagalan suatu daerah untuk menarik modal ke daerahnya seringkali bukan disebabkan oleh terbatasnya pasar atau kekurangan
bahan mentah maupun tenaga kerja, tetapi karena kekurangan berbagai jenis prasarana yang tersedia di daerah tersebut. Faslitas pelabuhan dan
pengangkutan yang kurang memadai, buruknya jaringan pengangkutan, dan kurang sempurnanya keadaan komunikasi
seringkali menyebabkan penanam modal enggan untuk mengekploiter modalnya disuatu daerah. Ketiadaan prasarana mempertinggi resiko
atau kemungkinan kegagalan usaha tersebut. Berarti, industrialisasi daerah tidak mungkin tercapai apabila pemerintah gagal untuk
menyediakan prasarana yang cukup memadai.
5. Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Kawasan Industri
a. Oleh Pemerintah
Di dalam pasal 3 ayat 1 Kepres No. 41 Tahun 1996 Tentang kawasan industri di tegaskan bahwa, kewenangan pengaturan, pembinaan
dan pengembangan kawasan industri berada pada Menteri. Lebih lanjut dalam ayat 2 dinyatakan bahwa, dalam rangka memperlancar upaya untuk
menyediakan kavling industri danatau bangunan siap pakaisiap bangun, Menteri melakukan koordinasi dalam hal : pengalokasian tanah,
perencanaan dan penetapan syarat-syarat pengembangan dan pengelolaan kawasan industri, penyediaan prasarana dan sarana penunjang serta
pemberian kemudahan yang diperlukan; pengendalian dan pengembangan kawasan peruntukan industri.
Mengingat pembangunan kawasan industri menyangkut dengan beberapa aspek, maka dalam pembinaan dan pengawasan kawasan industri
sebaiknya melibatkan beberapa instansi terkait seperti Departemen Perindustrian Dan Perdagangan, Badan Pertanahan Nasional, Kementerian
Negara Lingkungan Hidup Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Maupun pemerintah Propinsi dan Kabupatenkota sesuai dengan
kewenangannya masing-masing.
b. Oleh Asosiasi Kawasan Industri
Sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk memandirikan kegiatan usaha, maka meskipun usaha kawasan industri sudah mendapat
pembinaan oleh pemerintah melalui Departemen terkait, namun untuk lebih meningkatkan kegiatan pembangunan kawasan industri sangat
diperlukan adanya asosiasi perusahaan kawasan industri. Sampai saat ini kawasan industri di Indonesia bergabung dalam satu wadah yaitu
Himpunan Kawasan Industri HKI.
Menurut Anggaran Dasar Himpunan Kawasan Industri disebutkan bahwa organisasi HKI didirikan dengan maksud menyatukan
serta meningkatkan kerjasama para anggotanya dalam rangka mengembangkan kawasan industri, sarana-sarana usaha industri kecil
danatau bentuk kawasan industri lainnya termasuk pemusatan-pemusatan industri di dalam suatu areal tertentu yang telah memiliki wadah bersama,
baik yang berstatus umum maupun yang berstatus berikat, sebagai sarana penunjang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Sedangkan tujuan HKI adalah untuk memajukan, meningkatkan dan mengembangkan peranan dan fungsi kawasan industri di Indonesia agar
dapat mempercepat pertumbuhan industri dalam rangka mensukseskan pembangunan ekonomi nasional, adapun fugsinya antara lain adalah
sebagai wadah komunikasi dan informasi antara anggota; wadah pembinaan dan pengembangan para anggota dalam usaha mewujudkan
tujuan organisasi; dan sebagai wadah untuk menampung aspirasi dan permasalahan yang dihadapi para anggotanya.
Menurut Anggaran Dasar HKI tersebut dapat disimpulkan, bahwa maksud dan tujuan asosiasi tersebut adalah untuk memperjuangkan
aspirasi-aspirasi para anggota HKI kepada pemerintah maupun secara swadaya menggalang kekuatan untuk menumbuh kembangkan kawasan
industri di masa mendatang.
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan penelitian terhadap keberadaan kawasan industri di kota Semarang, maka dapat disajikan hasil penelitian dan pembahasan sebagai berikut :
A. HASIL PENELITIAN
1. Peraturan Perundangan yang Ada Belum Cukup Menunjang Bagi Kawasan Industri Dalam Menarik Minat Investor di Kota Semarang
a. Peraturan Perundangan yang Terkait Dengan Perkembangan Kawasan Industri
Keberadaan kawasan industri diatur secara khusus dalam peraturan perundangan dalam bentuk Keputusan Presiden Keppres, peraturan mengenai
kawasan industri ini telah mengalami perubahan beberapa kali, dengan tujuan untuk mempercepat perkembangan kawasan industri di Indonesia, Pertama, diterbitkan
Keppres Nomor 53 tahun 1989 , kemudian, Keppres tersebut dilakukan perubahan dan penambahan dengan diterbitkannya Keppres Nomor 98 tahun 1993, terakhir
peraturan tersebut diganti dengan Keppres Nomor 41 Tahun 1996. Kemudian Keppres tersebut diikuti dengan diterbitkannya peraturan yang sifatnya operasional
yaitu Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 50MPP Kep21997 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Kawasan Industri dan Izin
Perluasan Kawasan Industri.
Mengingat keberadaan kawasan industri sangat terkait dengan permasalahan investasi pada umumnya, maka dalam pembangunan dan
pengembangannya selain peraturan pokok yang khusus mengatur kawasan industri tersebut di atas terdapat beberapa peraturan perundangan yang terkait didalamnya