2 Pemerintah tidak perlu membangun dan membiayai penyediaan prasarana dan fasilitas karena semua prasarana dan fasilitas dibangun atas biaya
pengelola kawasan industri seperti penyediaan aliran listrik; penyediaan sambungan telepon; penyediaan jaringan jalan; penyediaan pengolahan air
limbah; dan penyediaan instalasi air bersih. 3 Peningkatan harga nilai tanah; peningkatan harga dan nilai tanah
mempunyai nilai tersendiri dari hamparan tanah kritis yang kosong dengan dibangunnya infrastruktur oleh pengelola kawasan industri akan merubah
status tanah dan peningkatan investasi yang tinggi. 4 Penerimaan pajak-pajak meningkat seperti : PBB, PPN, PPh dan BPHTB.
5 Promosi investasi potensi daerah, pengelola kawasan industri selalu mengadakan promosi investasi ke luar negeri maupun di dalam negeri dan
memberikan informasi konsultasi tentang investasi dan prosedur-prosedur lainya yang berkaitan dengan industri.
6 Pengelola kawasan industri sesuai peraturan yang berlaku wajib membantu pengurusan perizinan yang dibutuhkan investor, dengan demikian akan
meringankan tugas pemerintah dan membantu kelancaran investor. 7 Dengan berdirinya pabrik-pabrik di dalam kawasan industri, akan membantu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.
3. Kendala -Kendala Dalam Mengembangkan Kawasan Industri di Kota Semarang
Dalam mengembangkan kawasan industri supaya dapat menjadi sarana untuk meningkatkan minat investasi di kota Semarang, terdapat beberapa kendala yang menjadi
menghambat untuk mencapai tujuan pembangunan kawasan industri tersebut. Kendala tersebut berupa kendala Yuridis dan Non Yuridis sebagai berikut :
a. Kendala Yuridis
Kendala Yuridis yang dihadapi perusahaan kawasan industri antara lain sebagai berikut :
1 Peraturan yang menyangkut tentang industri dan investasi yang terbit setelah terbitnya Keppres Nomor 41 tahun 1996 Tentang Kawasan Industri, belum
banyak yang mengkaitkan dengan keberadaan kawasan industri, sehingga dukungan bagi tujuan kawasan industri untuk memudahkan dan berkembangnya
industri nasional melalui pembangunan kawasan industri sangat minim.
2 Tidak adanya peraturan baik pada tingkat nasional maupun tingkat daerah yang mengharuskan perusahaan industri supaya berlokasi di dalam kawasan industri.
3 Peraturan pertanahan terkait dengan Jangka waktu berlakunya Hak Guna Bangunan dapat menghambat investor yang menanamkan modalnya di dalam
kawasan industri , karena Hak Guna Bangunan yang dimiliki oleh investor yang berlokasi di dalam kawasan industri dapat berkurang dari 30 tahun, hal ini bisa
terjadi karena Hak Guna Bangunan tersebut merupakan pecahan dari Hak Guna Bangunan Induk kawasan industri.
4 Produk Peraturan Daerah kota Semarang yang diterbitkan belum memberikan perhatian khusus terhadap keberadaan kawasan industri.
b. Kendala Non Yuridis
Kendala Non Yuridis yang dihadapi perusahaan kawasan industri adalah sebagai berikut :
1 Iklim investasi secara nasional belum kondusif, faktor- faktor yang mempengaruhi iklim investasi tersebut antara lain yaitu kepastian hukum yang
masih dirasakan kurang,, kestabilan sosial, politik dan keamanan yang belum kondusif, belum jelasnya kewenangan penanganan penanaman modal dalam era
otonomi daerah, sistem pelayanan satu atap one roof service belum berjalan sehingga pengurusan perizinan masih berbelit-belit, kebijakan insentif fiskal
kurang kompetitif, dan kurang memadainya infrastruktur yang ada
1
. Kondisi iklim investasi nasional yang belum kondusif tersebut menyebabkan belum banyak
calon investor yang mau menanamkan modalnya di Indonesia, sehingga kesempatan kawasan industri untuk menjual produknya kepada para investor juga
ikut berpengaruh.
2 Tidak adanya insentif yang berarti bagi perusahaan industri yang memilih lokasi di dalam kawasan industri.
3 Minimnya dukungan dari pemerintah kota Semarang, terhadap keberadaan kawasan industri, dalam hal promosi, bantuan pembangunan fisik, pajak, dan
restribusi. Apabila dikaitkan dengan visi kota Semarang ke depan, sebagai kota jasa, keberadaan kawasan industri yang bertujuan untuk menampung kegiatan
investasi di sektor industrimanufactur, sektor ini adalah tidak begitu diperhatikan karena yang diutamakan adalah para investor yang bergerak dalam bidang jasa
dan perdagangan.
4 Minimnya pembinaan terhadap kawasan industri yang dilakukan oleh instansi teknis dalam hal ini adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
5 Dalam mengembangkan dan memajukan kawasan industri, Perusahaan kawasan industri terkesan berjalan sendiri tanpa adanya bantuan yang berarti dari
pemerintah. Menyadari keterbatasan bantuan tersebut para pengusaha kawasan industri membentuk asosiasi kawasan industri yang diberi nama Himpunan
Kawasan Industri Indonesia HKI, wadah tersebut antara lain dimaksudkan sebagai sarana berjuang dan bertukar pengalaman antar pengusaha kawasan
industri, sehingga apabila terjadi kesulitan-kesulitan dapat dihadapi bersama, untuk kemajuan kawasan industri kedepannya.
1
Unit Deputi Bidang pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM, Bimbingan dan Penyuluhan Ketentuan Pelaksanaan Penanaman Modal, 2006.
i. Upaya Mengembangkan Kawasan Industri Dalam Meningkatkan Investasi di Kota Semarang