Pola Tidur Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur Selama Kehamilan Kualitas Tidur

27

2.3.5 Siklus Tidur

Saat tidur,seseorang akan melewati 4 sampai 6 siklus tidur yang lengkap dimana setiap satu siklus terdiri dari 4 stadium NREM dan 1 tahapan REM. Siklus tidur biasanya semakin meningkat dari satadium 1 sampai stadium 4 ke stadium 3 kemudian ke stadium 2 dan diakhiri dengan periode tahapan tidur REM, dengan satu siklus yang berurutan, stadium 3 dan stadium 4 akan memendek dan tahapan tidur REM memanjang. Siklus tidur pada setiap orang berbeda karena memiliki total waktu yang berbeda pula Potter Perry,2003. Siklus tidur meliputi rangkaian tidur yang dimulai dengan 4 tahap tidur NREM secara berurutan, kembali lagi ketahap tidur NREM ke 3 kemudian tahap tidur NREM ke 2 dan selanjutnya diikuti dengan tahap tidur REM. Lamanya satu siklus tidur keseluruhan sekitar 70-90 menit White, 2003. Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus dari 24 jam dari kehidupan manusia sehari-hari. Keteraturan irama sirkadian ini juga merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu maka fungsi fisiologik dan psikologik dapat terganggu Potter Perry, 2003.

2.3.6 Pola Tidur

Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang relative menetap dan meliputi jadwal jatuh masuk tidur dan bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur, kepuasan tidur 28 Wahyuni, 2007. Pola tidur normal berdasarkan usia, yaitu bayi baru lahir membutuhkan tidur 14-18 jamhari, pernafasan teratur, 50 tidur Rapid Eye Movement REM, infant membutuhkantidur 12-14 jamhari, 20-30 tidur REM, toodler tidur sekitar 11-12 jamhari, 25 tidur REM, preschooler tidur sekitar 11 jam, 20 tidur REM, usia sekolah tidur sekitar 10 jamhari, 18.5 tidur REM, adolescent tidur sekitar 8.5 jamhari , 20 tidur REM, usia dewasa tidur sekitar 7 jamhari 20 tidur REM, usia lanjut tidur kira-kira 6 jamhari 20-25 tidur REM Kozier, 2004.

2.3.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur Selama Kehamilan

Sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur. Seringkali faktor tunggal tidak hanya menjadi penyebab masalah tidur. Faktor biologis, psikologis, dan lingkungan dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur. Beberapa faktor yang mempengaruhi tidur pada ibu hamil adalah ; keadaan perut yang semakin membesar sehingga sulit menentukan posisi tidur yang nyaman, gerakan janin, tertekannya kandung kemih akibatnya sering berkemih sehingga wanita hamil sering terjaga di malam hari Tiran, 2007. Menurut Lamadhah 2011, kekawatiran calon ibu untuk tidur dalam posisi tertentu, karena takut janin didalam kandungan menjadi tidak nyaman. Penyebab sulit tidur pada ibu hamil bukan karena perubahan hormon melainkan perubahan fisik, bobot tubuh ibu bertambah mengakibatkan punggung terasa pegal, posisi tidur serba salah Louise, 2006. Menurut Huliana 2006, gangguan psikis seperti kecemasan membuat ibu semakin susah tidur. 29

2.3.8 Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan kemampuan individu untuk tetap tertidur dan untuk mendapatkan jumlah yang cukup untuk tidur REM dan non-REM Kozier, 1991 dalam Junita, 2005. Kualitas tidur tersebut meliputi aspek kualitatif dan kuantitatif yaitu lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman tidur dan kepuasan tidur Daniel et al, 1998;Buysse, 1988 dalam Junita, 2005. Persepsi mengenai kualitas tidur itu sangant bervariasi dan individual yang dapat dipengaruhi oleh waktu yang digunakan untuk tidur pada malam hari atau efisiensi tidur Miller, 1995 dalam Junita, 2005. Pengkajian yang dapat dilakukan dalam menentukan kualitas tidur seseorang adalah melalui pengumpulan data subjektif yaitu berupa laporan atau pernyataan pasien dan data objektif berupa pengukuran di laboratorium seperti Electroencephaalogram EEG, Electrooculogram EOG, dan Electomyogram EMG Buysse, 1988; Guyton Hall, 1997 dalam Junita 2005. Salah satu kriteria yang sangat penting untuk menentukan terpenuhinya kebutuhan tidur pasien dapat diperoleh dari data subjektif, data subjektif tidur yang baik atau buruk dapat dievaluasi berdasarkan persepsi pasien tentang parameter tidur diantarannya adalah berapa lama waktu yang dibutuhkannya untuk tertidur, frekuensi terbangun pada malam hari, total waktu tidur dimalam hari dan kepuasan tidur Miller, 1995 dalam Junita, 2005. Menurut Buysse,1988 baik buruknya tidur seseorang dapat diidentifikasi melalui subjektif, diantaranya kualitas tidur, lama 30 waktu untuk tertidur, kebiasaan sebelum tidur dan gangguan tidur. Hanya pasien yang dapat melaporkan apakah mereka mendapatkan tidur yang baik dan buruk, jika pasien puas dengan kualitas dan kuantitas tidurnya maka mereka mempunyai tidur yang baik Potter Perry, 2001 dalam Junita, 2005. Data objektif bisa didapatkan melalui pengkajian fisik pasien yaitu dengan mengobservasi lingkaran mata, adanya respon pasien yang lamban, ketidakmampuankelemahan, penurunan konsentrasi, berapa kali pasien terbanngun karena nyeri, inkontinensia dan gangguan lain Hodges, 1996 dalam Junita, 2005. Disamping itu data objektif tentang kualitas tidur pasien juga bisa dianalisa melalui pemeriksaan laboratorium yaitu Electroencephalogram EEG yang merupakan rekaman arus listrik dari otak. Perekam listrik dari permukaan otak atau permukaan luar kepala dapat menunjukkan adanya aktivitas listrik yang terus menerus timbuldalam otak. Ini depengaruhi oleh derajat eksitasi otak akibat dari keadaan tidur, keadaan siaga atau karena penyakit lain. Tipe gelombang EEG diklasifikasikan sebagai gelombang alfa, betha, tetha, dan delta Guyton Hall, 1997 dalam Junita, 2005. Kualitas tidur seseorang dapat ditentukan dengan menggunakan metode Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI. Data penelitian diperoleh dengan memberikan kuesioner yang berisi data pribadi dan pertanyaan tentang komponen kualitas tidur selama satu bulan terakhir. Terdapat tujuh komponen kualitas tidur yaitu, kualitas tidur subjektif, tidur laten, lama tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, pemakaian obat 31 tidur, dan disfungsi siang hari. Dengan ketujuh komponen kualitas tidur didapatkan nilai PSQI, jika seseorang mendapat nilai PSQI 5 maka ia memiliki kualitas tidur yang baik dan jika seseorang mendapat nilai PSQI 5 maka ia memiliki kualitas tidur yang burukSanningtyas, 2013. Pada penelitian ini peneliti tidak melakukan uji validitas karena kuesioner yang digunakan diadopsi dari kuesioner baku yaitu Pittsburgh Sleep Quality IndexPSQI untuk kualitas tidur, memiliki konsistensi internal dan koefisien reliabilitasalpha cronbach sebesar 0,83 Komalasari, 2012. 32

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual ini disusun untuk mendeskripsikan hubungan kecemasan dan gangguan kenyamanan fisik terhadap kualitas tidur ibu hamil di Puskesmas Helvetia, kualitas tidur digambarkan dalam kriteria baik dan tidak baik. Ibu hamil sangat beresiko mengalami kecemasan, disamping itu ibu juga mengalami gangguan kenyamanan fisik. Kedua hal tersebut dapat mengganggu kualitas tidur. Cemas merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan pada individu merupakan pengalaman yang subjektif, dapat memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup Suliswati, 2005 . Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai atau juga dapat dikatakan sebagai suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan akan tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar. Jadi tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran