Hubungan Kecemasan dan Gangguan Kenyamanan Fisik Terhadap Kualitas Tidur Ibu Hamil di Puskesmas Helvetia Medan

(1)

i SKRIPSI

OLEH

DEWI KUSUMA IRIANA 121121096

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

iv

melimpahkan berkah, rahmat, dan hidayat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Hubungan Kecemasan dan Gangguan Kenyamanan Fisik Terhadap Kualitas Tidur Ibu Hamil di Puskesmas Helvetia Medan 2013’’.

Skripsi ini disusun dalam tujuan memenuhi syarat dalam menyelesaikan mata kuliah skripsi II. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan. Namun bekat adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. dr. Dedi Ardinata, M.kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, SKp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ellyta Aizar, S.Kep, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.


(5)

v

5. Erniyati, SKp, MNS dan Nur Afi Darti, SKp, M.Kep, selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan massukan dan daran dalam pembuatan skripsi ini. 6. Teristimewa kepada Ayahanda Edi Supomo dan Ibunda Menik Kasiyem tercinta,

dan keluarga tersayang yang selalu mendoakan serta memberikan segala bantuan baik dai segi moril maupun materi sehingga dengan restunya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman sejawat dan seperjuangan ankatan 2012 yang selalu memberikan bantuan, motivasi, partisipasi, dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri semoga kita selalu dalam lindungan serta limpahan rahmat-Nya dengan kerendahan hati penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

Medan, Februari 2014


(6)

vi Kata Pengantar

Daftar Isi Daftar Gambar

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Pertanyaan penelitian ... 6

1.3 Tujuan penelitian ... 6

1.4 Manfaat penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep kecemasan ... 7

2.1.1 Pengertian kecemasan ... 7

2.1.2 Teori kecemasan ... 9

2.1.3 Faktor pencetus kecemasan ... 10

2.1.4 Tingkat kecemasan ... 11

2.1.5 Alat ukur kecemasan ... 13

2.1.6 Kecemasan selama kehamilan ... 14

2.2 Ketidaknyamanan Fisik Selama Kehamilan Trimester III ... 16

2.3 Konsep Tidur ... 19

2.3.1 Pengertian tidur ... 19


(7)

vii

2.3.6 Pola tidur ... 27

2.3.7 Faktor yang mempengaruhi tidur selama kehamilan ... 27

2.3.8 Kualitas tidur ... 28

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka konsep ... 31

3.2 Defenisi operasional ... 33

3.3 Hipotesa ... 35

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain penelitian ... 36

4.2 Populasi, sampel penelitian dan teknik sampling ... 36

4.3 Lokasi dan waktu penelitian ... 37

4.4 Pertimbangan etik ... 37

4.5 Instrumen penelitian ... 38

4.6 Uji validitas dan reabilitas ... 39

4.6 Pengumpulan data ... 40

4.7 Analisa data ... 41

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil penelitian ... 42


(8)

viii Daftar Pustaka

Lampiran- lampiran 1.Inform consent 2.Instrumen Penelitian 3.Jadwal Kegiatan Penelitian 4.Lembar Bimbingan Skripsi 5.Riwayat Hidup

6.Lembar Survey Awal Penelitian 7.Lembar izin penelitian

8. Lembar balasan penelitian


(9)

ix

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan ibu hamil di Poliklinik KIA Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2013

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi gangguan kenyamanan fisik ibu hamil di Poliklinik KIA Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2013

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi kualitas tidur ibu hamil di Poliklinik KIA Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2013

Tabel 5.4 Hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil di Poliklinik KIA Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2013

Tabel 5.4.1 Hasil uji Spearman

Tabel 5.5 Hubungan gangguan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur di Poliklinik KIA Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2013


(10)

(11)

xi Tahun : 2013

ABSTRAK

Kecemasan dan gangguan kenyamanan fisik dapat mempengaruhi kualitas tidur pada ibu hamil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kecemasan dan gangguan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur ibu hamil di Poliklinik KIA Puskesmas Helvetia Medan. Rancangan penelitian menggunakan metode deskriptif korelasional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 69 orang ibu hamil trimester I,II, dan III dengan masing-masing berjumlah 23 orang dengan menggunakan tekhnik Purposive Sampling. Instrumen penelitian terdiri dari kuesioner HARS untuk mengukur tingkat kecemasan dengan konsistensi internal dan koefisen reliabilitas (alpha cronbach 0.93), kuesioner gangguan kenyamanan fisik dengan konsistensi internal dan koefisien reliabilitas (alpha cronbach 0.673), kuesioner PSQI dengan konsistensi internal dan koefisien reliabillitas (alpha cronbach 0.83). analisa korelasi menggunakan uji Spearman. Analisa menunjukkan ada hubungan antara kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil di Poliklinik KIA Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2013 ditandai dengan nilai p-value =0,00 <α-value (0,05). Ada hubungan antara gangguan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur ibu hamil di Poliklinik KIA Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2013 ditandai dengan nilai p-value=0,01 <α-value (0,05). Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan kecemasan dan gangguan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur ibu hamil di Poliklinik KIA Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2013. Disaran kepada peneliti selanjutnya agar meneliti hubungan karakteristik ibu hamil dengan kualitas tidur ibu hamil.


(12)

xii

Major : Bachelor of Nursing (S.Kep)

Year : 2013

ABSTRACT

Anxiety disorders and physical comforts distrubance may affect sleep quality in pregnant women. The purpose of this research is to know the relation of anxiety disorders and physical comfort distrubance with the quality of sleep of pregnant women in public health center are KIA Helvetia terrain. The design of research is using correlational descriptive method. Total samples in the research was 69 people pregnant women trimester I, II, and III with each totaling 23 people by using purposive sampling tehnique. Research instrument consisted of HARS questionnare to measure the anxiety level with internal consistency and reliability coefficient (alpha cronbach 0,93), physical comfort with disorder questionnare with internal consistency and reliability coefficient (alpha cronbach 0,88), a questionnare with internal consistency and reliability coeffiecient of PSQI (alpha cronbach 0,83), the correlation analysis using Spearmann test. Analysis shows there is a connection between anxiety and sleeper quality pregnant women in public health center are KIA Medan Helvetia 2013 marked with a p-value=0,00 <α-value (0,05) and the connection of physical comfort distrubance with sleep quality marked with a p-value = 0,01 <α-value(0,05). The result from this study shown an association of anxiety disorders and physical comfort distrubance with the quality of sleep of pregnant women in public helath center are KIA Medan Helvetia by 2013. Recomendation for other researcher to examine the relationship characteristics of pregnant women with sleep quality pregnant women.


(13)

xi Tahun : 2013

ABSTRAK

Kecemasan dan gangguan kenyamanan fisik dapat mempengaruhi kualitas tidur pada ibu hamil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kecemasan dan gangguan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur ibu hamil di Poliklinik KIA Puskesmas Helvetia Medan. Rancangan penelitian menggunakan metode deskriptif korelasional. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 69 orang ibu hamil trimester I,II, dan III dengan masing-masing berjumlah 23 orang dengan menggunakan tekhnik Purposive Sampling. Instrumen penelitian terdiri dari kuesioner HARS untuk mengukur tingkat kecemasan dengan konsistensi internal dan koefisen reliabilitas (alpha cronbach 0.93), kuesioner gangguan kenyamanan fisik dengan konsistensi internal dan koefisien reliabilitas (alpha cronbach 0.673), kuesioner PSQI dengan konsistensi internal dan koefisien reliabillitas (alpha cronbach 0.83). analisa korelasi menggunakan uji Spearman. Analisa menunjukkan ada hubungan antara kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil di Poliklinik KIA Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2013 ditandai dengan nilai p-value =0,00 <α-value (0,05). Ada hubungan antara gangguan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur ibu hamil di Poliklinik KIA Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2013 ditandai dengan nilai p-value=0,01 <α-value (0,05). Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan kecemasan dan gangguan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur ibu hamil di Poliklinik KIA Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2013. Disaran kepada peneliti selanjutnya agar meneliti hubungan karakteristik ibu hamil dengan kualitas tidur ibu hamil.


(14)

xii

Major : Bachelor of Nursing (S.Kep)

Year : 2013

ABSTRACT

Anxiety disorders and physical comforts distrubance may affect sleep quality in pregnant women. The purpose of this research is to know the relation of anxiety disorders and physical comfort distrubance with the quality of sleep of pregnant women in public health center are KIA Helvetia terrain. The design of research is using correlational descriptive method. Total samples in the research was 69 people pregnant women trimester I, II, and III with each totaling 23 people by using purposive sampling tehnique. Research instrument consisted of HARS questionnare to measure the anxiety level with internal consistency and reliability coefficient (alpha cronbach 0,93), physical comfort with disorder questionnare with internal consistency and reliability coefficient (alpha cronbach 0,88), a questionnare with internal consistency and reliability coeffiecient of PSQI (alpha cronbach 0,83), the correlation analysis using Spearmann test. Analysis shows there is a connection between anxiety and sleeper quality pregnant women in public health center are KIA Medan Helvetia 2013 marked with a p-value=0,00 <α-value (0,05) and the connection of physical comfort distrubance with sleep quality marked with a p-value = 0,01 <α-value(0,05). The result from this study shown an association of anxiety disorders and physical comfort distrubance with the quality of sleep of pregnant women in public helath center are KIA Medan Helvetia by 2013. Recomendation for other researcher to examine the relationship characteristics of pregnant women with sleep quality pregnant women.


(15)

1 1.1 Latar Belakang

Istirahat dan tidur suatu faktor bagi pemulihan kondisi tubuh setelah sehari penuh melakukan aktivitas, setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Manusia mempunyai kebutuhan istirahat tidur bervariasi dan istirahat tidur sering mengalami perubahan karena kondisi tertentu. Kesehatan fisik dan emosi tergantung pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah tidur yang cukup, kemampuan untuk berkosentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun dan meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2003).

Salah satu kondisi yang menyebabkan gangguan tidur pada wanita hamil adalah perubahan fisik yang terjadi seperti rasa mual dan muntah dipagi hari, meningkatnya frekuensi buang air kecil, pembesaran uterus, nyeri punggung,dan pergerakan janin. Sedangkan perubahan emosi meliputi kecemasan, rasa takut dan depresi ( Rafknowledge, 2004). Hasil penelitian Fied et.al (2007) menyatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang mengalami depresi akibat gangguan tidur selama kehamilan memiliki sedikit waktu tidur yang dalam. Hal ini bisa menimbulkan depresi dan stress yang berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Stress ringan menyebabkan janin mengalami peningkatan denyut jantung, tetapi stress yang


(16)

tergolong berat dan lama akan membuat janin menjadi hiperaktif (Musbikin, 2005). Rasa tidak nyaman selam kehamilan dan kecemasan menghadapi persalinan menyebabkan gangguan pola tidur pada wanita hamil (Bobak, 2005). Menurut Musbikin (2005), istirahat yang cukup merupakan kebutuhan ibu hamil tidak jarang ibu hamil terserang insomnia atau gangguan tidur yang disebabkan oleh masalah emosional selama hamil. Bentuk insomnia pun bervariasi, yaitu mulai dari tidur yang tidak tenang (gelisah), kurang tidur atau sama sekali tidak bisa tidur. Salah satu kondisi yang menyebabkan gangguan tidur pada wanita ialah perubahan fisik dan emosi selama kehamilan. Perubahaan fisik yang terjadi seperti rasa mual dan muntah dipagi hari, meningkatnya frekuensi berkemih, pembesaran uterus, nyeri punggung dan pergerakan janin. Sulit tidur tejadi selama kehamilan karena sering terbangun sepanjang malam terutama trimester pertama dan ketiga (Tiran, 2007).

Pada trimester pertama, ibu hamil sering merasa jengkel lantaran kerap bangun di malam hari hanya untuk buang air kecil. Tidur pun jadi sangat terganggu. Gejala sering buang air kecil ini terjadi lantaran kandung kemih mendapat tekanan akibat membesarnya rahim. Selain itu, di masa ini, kebanyakan ibu hamil juga didera oleh rasa mual yang tak cuma muncul pada pagi hari, tapi bisa jadi sepanjang hari (Kompas, 2013). Sedangkan kehamilan trimester kedua adalah saat energi memuncak dan kesehatan menjadi optimal. Bila ibu hamil merasa lesu ada kemungkinan mengalami anemia, terutama bila letih disertai dengan kulit pucat dan barangkali mengidam makanan yang mengandung zat besi (Kelly, 1997).


(17)

Pada trimester III pada umumnya wanita mengalami sulit tidur adapun penyebabnya yaitu perubahan hormon, stress, pergerakan janin yang berlebihan, posisi tidur yang tidak nyaman, sering buang air kecil dan sakit pada pinggang karena terjadi peregangan tulang-tulang terutama di daerah pinggang yang sesuai dengan bertambah besarnya kehamilan (Huliana, 2007). Sehingga gangguan tidur yang tadinya ringan dapat menjadi berat, bahkan bisa menimbulkan stress baru, stress yang dialami ibu hamil akan membawa pengaruh pada janin yang dikandungnya. Stress ringan hanya akan membuat janin mengalami peningkatan denyut jantung, tetapi bila stress yang dialami tergolong berat dan lama janin akan menjadi hiperaktif (Musbikin, 2005).

Pada trimester ketiga, calon ibu akan semakin peka perasaannya. Tingkat kecemasan ibu akan semakin meningkat. Calon ibu akan lebih sering mengelus-elus perutnya untuk menunjukkan perlindungannnya kepada janin, senang berbicara pada janin terutama ketika janin berubah posisi. Banyak calon ibu sering berkhayal atau bermimpi tentang hal-hal negatif akan terjadi pada bayinya saat melahirkan nanti. Khayalan-khayalan tersebut seperti kelainan letak bayi, tidak dapat melahirkan, atau bahkan janin akan lahir dengan kecacatan. Calon ibu menjadi sangat merasa bergantung pada pasangannya. Perasaan bahwa janin merupakan bagian yang terpisah semakin kuat dan meningkat. Peningkatan keluhan somatik dan ukuran tubuh pada trimester III dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap aktivitas seksual menurun (Rynerson, 1993 dalam Bobak, 2005).


(18)

Menurut survey dari 1,1 juta penduduk di Amerika yang dilakukan oleh American Cancer Society menemukan bahwa mereka yang dilaporkan tidur sekitar 7 jam setiap malam memiliki tingkat kematian terendah, sedangkan orang yang tidur kurang dari 6 jam atau 8 jam lebih tinggi tingkat kematiannya. Tidur selama 8,5 jam atau lebih setiap malam dapat meningkatkan angka kematian sebesar 155. Insomnia kronis tidur kurang dari 3,5 jam 9 wanita) dan 4,5 jam (laki-laki) juga dapat menyebabkan kenaikan sebesar 15% tingkat kematian. Setelah mengontrol durasi tidur dan insomnia penggunaan pil tidur juga berkaitan dengan meningkatnya angka kematian (Supriatna, 2011). Manusia menggunakan sepertiga waktu dalam hidup untuk tidur. Data hasil poling tidur di Amerika oleh National Sleep Foundation (NSF) didapat bahwa ternyata wanita lebih banyak mengalami gangguan tidur dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 63%:54%. Menurut data hasil survei National sleep Foundation (2007), 78% wanita hamil di Amerika mengalami gangguan tidur. Sedangkan hasil penelitian Karger (2009) di Perancis, menyatakan bahwa 75% wanita hamil mengalami gangguan tidur. Berdasarkan pendapat Widiyani dalam Kompas (2013), diperkirakan 78 persen wanita mengalami kesulitan tidur saat hamil. Perubahan hormon yang menimbulkan ketidaknyamanan menjadi penyebab berkurangnya jam tidur. Meningkatnya progesteron membuat ibu hamil lebih mengantuk di siang hari terutama pada trimester pertama. Ibu hamil yang obesitas juga kerap tidur mendengkur dan sering ke kamar mandi saat malam hari. Keadaan ini menyebabkan berkurangnya jam tidur. Idealnya orang dewasa tidur selama 7-8 jam, namun untuk ibu hamil bisa mencapai 10 jam. Hal ini bergantung pada usia dan


(19)

stamina saat ibu hamil. Tidur cukup akan menjamin kesehatan ibu selama hamil serta

memberikan cukup energi saat persalinan. Penelitian yang dilakukan University of

California di San Francisco menemukan fakta, wanita yang tidur kurang dari 6 jam per malam memiliki kemungkinan menjalani operasi caesar 4,5 kali lebih besar

Menurut penelitian yang dilakukan University of Medicine and Dentistry of New jersey, New Brunswick, gangguan tidur ini meningkatkan risiko meningginya tekanan darah saat hamil menjadi empat kali lipat. Parahnya lagi risiko mengalami diabetes saat hamil juga dapat meningkat dua kali lipat emosi meliputi kecemasaan, rasa takut dan depresi (Rafknowledge, 2004). Hasil penelitian Irmayana (2008) tentang pola tidur ibu hamil trimester tiga di RSU Dr.Pirngadi Medan menunjukkan bahwa ibu hamil mengalami gangguan pola tidur karena frekuensi terbangun (50%) dan mengalami ketidakpuasan saat tidur (31%). Gangguan tidur tidak hanya dialami oleh wanita hamil fisiologis namun juga oleh wanita hamil dengan Diabetes Gestasional, Preeklamsi- eklamsia, anemia, Hiperemesis Gravidarum, Hipertensi. Berdasarkan data dari Universitas Indraprasta (2011), 34% kaum wanita mengalami insomnia. Bulan September - November 2003, Seksi Pelayanan Khusus Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan RS Jiwa Bandung, RS Jiwa Cimahi, dan Bagian Psikiatri FKUP/RSHS melakukan survei kesehatan jiwa pada ibu hamil dan menyusui di 112 puskesmas, di 24 kabupaten provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan, 798 orang atau (27%) dari 2.928 responden ibu hamil dan menyusui, menunjukkan tanda gangguan psikiatri berupa kecemasan atau ansietas (Dinkes Jabar, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2005) mengenai


(20)

faktor-faktor penyebab kecemasan ibu hamil, dari 50 responden diperoleh 46% mengalami kecemasan ringan, 50% kecemasan sedang, dan 4% kecemasan berat. Sedangkan penelitian Yuliana (2008), mengenai kecemasan pada ibu hamil trimester III, dimana kecemasan yang dialami dibagi ke dalam kategori jenis kehamilan (graviditas), usia, dan tingkat pendidikan, dari 51 responden yang diteliti diperoleh 49% tidak mengalami kecemasan (normal), 47.1% kecemasan ringan, 3.9% kecemasan sedang, dan tidak ada yang mengalami kecemasan berat. Kehamilan dapat merupakan sumber stressor kecemasan, terutama pada seorang ibu yang labil jiwanya. Data yang diperoleh peneliti pada tanggal 30 Mei 2013 dari Puskesmas Helvetia didapatkan bahwa jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di Poli Kesehatan Ibu dan Anak dari bulan Maret sampai dengan Mei tahun 2013 berjumlah 276 orang.

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, peneliti merasa perlu untuk diadakan penelitian tentang hubungan antara kecemasan dan gangguan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur ibu hamil.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah:

1.2.1 Bagaimana kualitas tidur pada ibu hamil di Puskesmas Helvetia? 1.2.2 Bagaimana tingkat kecemasan pada ibu hamil di Puskesmas Helvetia? 1.2.3 Apakah ada gangguan kenyamanan fisik yang dialami oleh ibu hamil di Puskesmas Helvetia?


(21)

1.2.4 Apakah ada hubungan antara tingkat kecemasan dan gangguan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur pada ibu hamil di Puskesmas Helvetia?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada ibu hamil di Puskesmas Helvetia

1.3.2 Untuk mengetahui gangguan kenyamanan fisik yang dialami oleh ibu hamil di Puskesmas Helvetia

1.3.3 Untuk mengetahui kualitas tidur pada ibu hamil di Puskesmas Helvetia 1.3.4 Mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dan gangguan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur ibu hamil di Puskesmas Helvetia

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi praktik keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi kesehatan di komunitas dan dapat menjadi informasi yang mendukung dalam pembuatan intervensi keperawatan yang tepat dalam memberikan asuhan keperawatan maternitas.

1.4.2 Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai referensi tentang kualitas tidur pada ibu hamil.


(22)

1.4.3 Bagi penelitian keperawatan

Hasil penelitian dapat dijadikan referensi untuk penelitian keperawatan dan untuk dikembangkan pada penelitian berikutnya dalam ruang lingkup kualitas tidur pada ibu hamil.


(23)

9 2.1. Konsep Kecemasan

2.1.1 Pengertian Kecemasan

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik. Kecemasan merupakan perasaan individu dan pengalaman subjektif yang tidak dapat diamati secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik dipacu oleh ketidaktahuan dan didahului oleh pengalaman baru (Stuart and Sundeen, 1998).

Cemas merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan pada individu merupakan pengalaman yang subjektif, dapat memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup ( Suliswati, 2005 ) . Kehamilan trimester pertama menimbulkan kekhawatiran yang berkaitan dengan kemungkinan terjadinya keguguran (Kusmiyati, 2009), dan pada trimester kedua perasaan cemas pun muncul kembali ketika melihat keadaan perutnya yang bertambah besar , payudara semakin besar, dan bercak hitam yang semakin melebar, perasaan cemas muncul karena mereka mengkhawatirkan penampilannya akan rusak dan merasa takut suaminya tidak mencintai dirinya lagi


(24)

(Huliana, 2006). Pada kehamilan trimester III, psikologi dan emosional wanita hamil dikuasai oleh perasaan dan pikiran mengenai persalinan yang akan datang dan tanggung jawab sebagai ibu yang akan mengurus anaknya (Aprianawati, 2007 dalam Astria, 2009).

Dapat penulis simpulkan, bahwa kecemasan ibu hamil pada trimester III dalam menghadapi persalinan adalah suatu kondisi psikologis atau perasaan yang tidak menyenangkan yang mengancam individu pada masa kandungan 7-9 bulan dimana objek kecemasan itu tidak jelas, dikarenakan adanya perubahan-perubahan fisiologis seperti perubahan bentuk tubuh ataupun rahim yang semakin membesar dan perut menurun serta tekanan-tekanan yang dirasakan dalam perut yang menyebabkan ketidakstabilan kondisi psikologis, seperti merasa takut, khawatir, was-was dan tidak tahu apa yang akan terjadi dan yang harus dia lakukan setelah anaknya lahir.

2.1.2. Teori Kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen (1998), ada beberapa teori penyebab kecemasan antara lain:

a. Teori psikoanalitik

Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan super ego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikembangkan oleh norma budaya.


(25)

b. Teori interpersonal

Bahwa kecemasan timbul akibat ketakutan atau ketidakmampuan untuk berhubungan secara interpersonal serta sebagai akibat penolakan. Hal ini dikaitkan dengan trauma perkembangan, perpisahan, kehilangan, dan lain sebagainya.

c. Teori perilaku

Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

d. Teori biologik

Dalam otak terdapat reseptor spesifik terhadap benzodiazepin, dimana reseptor ini dapat mengatur timbulnya kecemasan.

e. Kajian keluarga

Menunjukkan bahwa kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.

2.1.3. Faktor Pencetus Kecemasan

Menurut Stuart and Sundeen (1998), pencetus timbulnya kecemasan dapat disebabkan oleh berbagai sumber yaitu sumber internal maupun sumber eksternal, hal tersebut dibedakan menjadi:

a. Ancaman terhadap integritas fisik

Merupakan ketidakmampuan fisiologis atau penurunan kapasitas seseorang untuk melakukan aktifitas sehari-hari, meliputi sumber eksternal bisa disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, polusi, lingkungan, ancaman keselamatan, injuri; sedangkan sumber internal merupakan kegagalan mekanisme fisik seseorang seperti


(26)

jantung, sistem imun, termoregulator menurun, perubahan biologis normal seperti kehamilan.

b. Ancaman terhadap self esteem

Merupakan sesuatu yang terjadi yang dapat merusak identitas harapan diri dan integritas fungsi sosial, meliputi sumber eksternal yaitu berbagai kehilangan seperti kehilangan orang tua, teman dekat, perceraian, perubahan status pekerjaan, pindah rumah, tekanan sosial; sedangkan sumber internal yaitu kesulitan dalam hubungan interpersonal di dalam rumah, di tempat kerja, dan di dalam masyarakat.

2.1.4. Tingkat Kecemasan

Menurut Suliswati (2005), tingkat kecemasan dibagi 4 (empat), yaitu: a. Kecemasan Ringan

Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Individu akan berhati-hati dan waspada serta lahan persepsi meluas, belajar menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respon cemas ringan seperti sesekali bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bergetar, telinga berdengung, waspada, lapang persepsi meluas, sukar konsentrasi pada masalah secara efektif, tidak dapat duduk tenang dan tremor halus pada tangan. b. Kecemasan Sedang

Pada tingkat ini, lahan persepsi terhadap masalah menurun. Individu telah berfokus pada hal-hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal-hal yang lain. Respon cemas sedang seperti sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, muka merah dan pucat, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit, rangsangan


(27)

luar mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak enak, firasat buruk.

c. Kecemasan Berat

Pada tingkat ini, lapangan persepsi individu sangat sempit. Seseorang cenderung hanya memikirkan hal kecil saja dan mengabaikan hal yang penting. Tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan lebih banyak pengarahan atau tuntutan. Responnya meliputi nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, rasa tertekan pada dada, berkeringat dan sakit kepala, mula-mual, gugup, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, verbalisasi cepat, takut pikiran sendiri dan perasaan ancaman meningkat dan seperti ditusuk-tusuk.

d. Panik

Pada tingkat ini, lapangan persepsi individu telah terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa, walaupun telah diberi pengarahan. Respon panik seperti napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, penglihatan kabur, hipotensi, lapang persepsi sempit, mudah tersinggung, tidak dapat berpikir logis, agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali dan persepsi kacau, menjauh dari orang.


(28)

Bagan 2.1 Rentang Respon Kecemasan

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik (Sumber: Stuart dan Sundeen, 1998)

2.1.5 Alat Ukur Kecemasan

Kecemasan seseorang dapat diukur dengan menggunakan instrumen Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), Analog Anxiety Scale, Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS), dan Trait Anxiety Inventory Form Z-I (STAI Form Z-I) (Kaplan & Saddock, 1998).

Menurut Hawari (2001) Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau sangat berat dengan menggunakan alat ukur yang dikenal dengan nama HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).

Nilai 0 = tidak ada gejala atau keluhan Nilai 1 = gejala ringan

Nilai 2 = gejala sedang Nilai 3 = gejala berat Nilai 4 = gejala sangat berat


(29)

Penilaian derajat kecemasan score : < 14 = tidak ada kecemasan 14– 20 = kecemasan ringan 21– 27 = kecemasan sedang 28 - 41 = kecemasan berat

42 - 56 = kecemasan berat sekali / panic 2.1.6 Kecemasan Selama Kehamilan

Menurut Kusmiyati (2009), Peristiwa kehamilan adalah peristiwa fisiologis namun proses tersebut dapat mengalami penyimpangan sampai berubah menjadi patologis. Ada dua macam stressor, yaitu:

1. Stressor internal, meliputi kecemasan, ketegangan, ketakutan, penyakit, cacat, tidak percaya diri, perubahan penampilan, perubahan peran sebagai orang tua, sikap ibu terhadap kehamilan, takut terhadap kehamilan persalinan, kehilangan pekerjaan. 2. Stressor eksternal: status marital, maladaptasi, relathionship, kasih sayang, support mental, broken home.

Pada peristiwa kehamilan merupakan suatu rentang waktu dimana tidak hanya terjadi perubahan fisiologis, tetapi juga perubahan psikologis yang memerlukan penyesuaian emosi, pola berfikir dan perilaku yang berlanjut hingga bayi lahir.

Trimester pertama sering dikatakan sebagai masa penentuan, saat inilah tugas pikologis pertama sebagai calon ibu untuk dapat menerima kenyataan akan kehamilannya. Selain itu, dampak dari peningkatan hormo estrogen dan progesteron pada tubuh ibu hamil akan mempengaruhi perubahan pada fisik sehingga banyak ibu


(30)

hamil yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan. Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda-beda selama hamil. Kekhawatiran pertama timbul berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kegugguran. Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama (Kusmiyati, 2009). Reaksi psikologi dan emosional wanita yang pertama kali hamil ditunjukkan dengan adanya rasa kecemasan, kegusaran, ketakutan, dan kepanikan. Diantara mereka ada yang berpikiran bahwa kehamilan merupakan ancaman maut yang menakutkan dan membahayakan bagi diri mereka (Huliana, 2006).

Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan, saat ibu merasa sehat. Quickening mungkin menyerang wanita untuk memikirkan bayinnya sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya. Pada trimester ini kecemasan yang terutama ialah kemungkinan cacat pada anaknya (Kusmiyati, 2009). Pada periode ini perasaan cemas pun muncul kembali ketika melihat keadaan perutnya yang bertambah besar, payudara semakin membesar, dan bercak-bercak hitam yang semakin melebar. Perasaan cemas muncul karena mereka mengkhawatirkan penampilannya akan rusak dan merasa takut suaminya tidak akan mencintai dirinya lagi (Huliana, 2006).

Sejumlah ketakutan terlihat selama trimester ketiga. Wanita mungkin khawatir terhadap hidupnya dan bayinya, dia tidak tahu kapan akan melahirkan. Mimpinya mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya. Ibu hamil akan lebih sering bermimpi


(31)

tentang bayinya, anak-anak, persalinan, kehilangan bayi, atau terjebak disuatu tempat kecil dan tidak bisa keluar. Ibu mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman timbul kembali karena perubahan body image yaitu merasa dirinya aneh dan jelek. Ibu memerlukan dukungan dari suami, keluarga dan bidan. Dan menurut Musbikin (2005), semua kegelisahan mengenai keadaan bayi, sehingga menghasilkan mimpi yang bervariasi. Bayi yang cacat, sangat kecil atau sangat besar misalnya, menggambarkan kecemasan akan kesehatan bayi.

Wanita juga mengalami proses berduka seperti kehilangan perhatian dan hak istimewa yang dimiliki selama kehamilan, terpisahnya bayi dari bagian tubuhnya, dan merasa kehilangan kandungan dan menjadi kosong. Perasaan mudah terluka juga terjadi pada masa ini wanita merasa canggung, jelek, tidak rapi, membutuhkan perhatian yang lebih besar dari pasangannya (Kusmiyati, 2009).

Perubahan mood dan peningkatan sesitivitas terhadap orang lain akan membingungkan mereka sendiri dan juga orang di sekelilingnya. Mudah tersinggung, menangis tiba-tiba, dan ledakan kemarahan serta perasaan sukacita, kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti hanya karena suatu masalah kecil atau bahkan masalah sama sekali ( Kusmiyati, 2009).

Penyebab perubahan mood ini kemungkinan karena perubahan hormonal dalam kehamilan, ini hampir seperti pre menstrual syndrom atau selama menopause. Selain itu masalah seksual atau rasa takut terhadap nyeri melahirkan, mungkin juga menjadi penyebab perubahan mood (Kusmiyati, 2009).


(32)

Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluh ketidaknyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu dan tanggung jawabnya. Pengkajian ebih lanjut tentang toleransi dan kemampuan koping perlu dilakukan ( Lederman, 1984 dalam Kusmiyati, 2009).

2.2. Ketidaknyamanan Fisik Ibu Hamil

Menurut Louise (2006), tidak semua wanita mengalami semua ketidaknyamanan yang umum muncul selama kehamilan, tetapi banyak wanita mengalaminya dalam tingkat ringan hingga berat, diantaranya adalah:1).Nyeri punggung; dialami oleh ibu hamil trimesteer III Untuk mempertahankan keseimbangan tubuh, perut yang membesar akan menarik otot punggung lebih kencang. Beban yang berat membuat ibu hamil sering mengeluh pegal dan nyeri ditubuh bagian belakang, termasuk sekitar pinggang. Keluhan ini membuat tidur jadi tidak nyaman dan sulit tidur. 2). Sering buang air kecil; dapat terjadi pada trimester pertama dan ketiga seiring bertambah usia kehamilan maka uterus semakin membesar sehingga akan menekan kandung kemih. Akibatnya, kapasitas kandung kemih jadi terbatas sehingga wanita hamil sering buang air kecil sehingga kebutuhan istirahat terganggu. 3). Kaki Kram dan Bengkak pada Kaki; menurut Tiran (2007), kram pada kaki sering dialami pada trimester kedua dan ketiga disebabkan gangguan sirkulasi sehingga terjadi penumpukan cairan dalam tubuh. 4). Insomnia; Insomnia dapat disebabkan oleh sejumlah penyebab seperti kekhawatiran, kecemasan, terlalu gembira menyambut sesuatu. Pada wanita hamil hal ini ditambah dengan ketidaknyamanan


(33)

akibat uterus yang membesar, ketidaknyamanan lain selama kehamilan dan pergerakan janin, terutama jika janin tersebut aktif (Varney, 2007). 5). Nyeri abdomen; hal ini dapat terjadi pada ibu hamil trimester III bila berdiri terlalu lama, ibu mungkin akan merasakan sensasi nyeri di abdomen bawah. Secara umum, hal ini bukanlah tanda-tanda suatu kelainan tetapi hanya pengaruh gaya gravitasi yang menarik beban berat bayi kebawah(Kelly, 1997). 6). Keputihan; dapat terjadi pada trimester I,II,III karena peningkatan produksi lendir dan kelenjar endocervikal sebagai akibat dari peningkatan estrogen (Musbikin, 2005). 7). Hemorroid;terjadi pada trimester II dan III karena konstipasi mengakibatkan tekanan yang meningkat dari uterus gravid terhadap vena hemorroida kurangnya klep dalam pembuluh-pembuluh ini yang berakibat pada perubahan secara langsung pada aliran darah. 8). Konstipasi; hal ini terjadi pada trimester II dan III karena peningkatan kadar progesteron yang menyebabkan peristaltik usus jadi lambat, penurunan motilitas sebagai akibat dari relaksasi otot halus dan penyerapan air di colon meningkat disebabkan oleh tekanan dari uterus yang membesar di usus, suplemen zat besi, diit, kurang senam (Musbikin,2005). 9). Sesak nafas (hiperventilasi); masalah ini terjadi pada trimester II dan III karena peningkatan kadar progesteron berpengaruh secara langsung pada pusat pernapasan untuk menurunkan kadar CO2 serta meningkatkan kadar O2, meningkatkan aktifitas metabolik, meningkatkan kadar CO2, hiperventilasi yang lebih ringan ini adalah SOB, uterus membesar dan menekan diafragma (Musbikin,2005). 10). Pusing; sering terjadi pada trimester II dan III kehamilan hipertensi postural yang berhubungan dengan perubahan-perubahan hemodinamis,


(34)

pengumpulan darah didalam pembuluh tungkai yang mengurangi aliran balik vena dan menurunkan output cardiac serta tekanan darah dengan tegangan othostatis yang meningkat (Musbikin,2005). 11). Varises kaki/vulva; dapat terjadi pada trimester II dan III karena kongesti vena dalam vena bagian bawah yang meningkat sejalan dengan kehamilan karena tekanan dari uterus yang hamil, kerapuhan jaringan elastis yang diakibatkan oleh estrogen (Musbikin,2005). 12). Sindrom Carpal Tunnel; kompresi saraf median dan ulnar yang terjadi akibat perubahan postur, edema, atau gerakan berulang dapat menimbulkan rasa terbakar, kesemutan, nyeri atau kebas dibagian tengah tangan, ibu jari, dua jari pertama (telunjuk dan jari tengah), dan aspek medial jari manis. Satu atau dua tangan dapat terkena. Gejala dapat memburuk saat tangan digunakan atau pada malam hari (Sinclair, 2010). 13). Kelelahan (fatique) : hal ini terjadi pada trimester I berhubungan dengan tingginya kadar hormon yng beredar dalam sistem tubuh. 14). Chloasma : terjadi pada trimester II karena peningkatan pigmentasi kulit terjadi pada kehamilan di usia 1 minggu. Warna kulit menjadi lebih hitam pada bagian tertentu yang disebabkan oleh perubahan hormon misalnya sekitar pipi dan payudara, dinding perut, kadang-kadang bagian leher (Huliana, 2006).

Menurut Musbikin (2005), kondisi emosi pada ibu hamil mudah berubah-ubah sehingga akan semakin sulit tidur dan juga kondisi bayi yang menendang dan berputar sepanjang malam membuat ibu sering terbangun sehingga menyebabkan kebutuhan tidur ibu tidak terpenuhi.


(35)

2.3. Konsep Tidur 2.3.1. Pengertian tidur

Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai atau juga dapat dikatakan sebagai suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan akan tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar. Jadi tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik, dengan tidur akan dapat diperoleh kesempatan untuk beristirahat dan memulihkan kondisitubuh baik secara fisiologis maupun psikis, dan tidur merupakan aktivitas sehari hari yang menjadi kebutuhan dasar bagi setiap manusia ( Alimul,2006). Sehingga tanpa tidur yang cukup, kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi membuat keputusan serta melakukan kegiatan sehari-harinya dapat menurun (Potter & Perry, 2003).

2.3.2. Fisiologi Tidur

Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus yang bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Siklus tidur terjaga mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respons perilaku.

a. Irama Sirkadian

Menurut Potter & Perry (2005) Irama Sirkadian mempanguruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi perilaku. Fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh, denyut jantung,


(36)

tekanan darah, sekresi hormon, kemampuan sensorik, dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam. Rutinitas yang tipikal menyebabkan gangguan dalam tidur atau mencegah klien tertidur pada waktu biasanya. Jika siklus tidur-bangun seseorang berubah secara bermakna, maka akan menghasilkan kualitas tidur yang buruk. Kecemasan, kurang istirahat, mudah tersinggung, dan gangguan penilaian adalah gejala umum ganngguan dalam siklus tidur. Jika siklus tidur-bangun menjadi terganggu,fungsi fisiologis lain dapat berubah juga. Kegagalan untuk mempertahankan siklus tidur-bangun individual yang biasanya dapat secara berlawanan mampengaruhi kesehatan keseluruhan seseorang.

b. Pengantar Tidur

Tidur merupakan suatu uruan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh integrasi tinggi aktivitas sistem sarf pusat yang berhubungan dengan perubahan dalam sistem saraf periferal, endokrin, kardiovaskular, pernapasan, dan muscular. Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermiten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga, dan yang lain menyebabkan tertidur.

Selama tidur dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis. Perubahan tersebut antara lain: Penurunan tekanan darah, denyut jantung, dilatasi pembuluh darah perifer, kadang-kadang terjadi peningkatan traktus gastrointestinal, relaksasi otot-otot rangka, basal metabolisme rate(BMR) menutun sekitar 10-30%.


(37)

Pada waktu tidur terjadi perubahan tingkat kesadaran yang berfluktuasi. Tingkat kesadaran pada organ pengindraan berbeda-beda. Organ pengindraan yang mengalami penurunan kesadaran yang paling dalam selama tidur adalah indra pencium. Organ pengindraan yang mengalami penurunan tingkat kesadaran yang paling kecil adalah indra pendengaran dan rasa sakit (Potter & Perry,2005).

Menurut Asmadi (2008), tidur tidak dapat diartikan sebagai manifestasi deaktifasi system syaraf pusat. Sebab pada orang tidur, sistem syaraf pusatnya tetap aktif dalam sinkronisasi terhadap neuro-neuron substansia retikularis dari batang otak hal ini dapat diperiksa dengan electroencephalogram (EEG). Sistem tersebut mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat, termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan ini terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam keadaan sadar, neuron dalam reticular activating system (RAS) akan melepaskan katekolamin seperti norepinerin. Selain itu, RAS yang dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan peradaban, juga dapat menerimastimulasi dari korteks serebri termasuk rangsanngan emosi dan proses pikir. Pada saat tidur, terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR). Sedangkan saat bangun bergantung dari keseimbangan implus yang diterima di pusat otak dan system limbik. Dengan demikkian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Alimul, 2008).


(38)

2.3.3 Jenis Tidur

Berdasarkan prosesnya, tidur dibagi menjadi dua jenis tidur yaitu: 1). Tidur gelombang lambat / Nonrapid eye movement (NREM)

Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh, dengan gelombang otak yang lebih lambat, atau juga dikenal dengan tidur nyenyak. Ciri-ciri tidur nyenyak adalah menyegarkan, tanpa mimpi, atau tidur dengan gelombang delta. Ciri lainnya adalah individu berada dalam keadaan istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang, dan metebolisme menurun.

Perubahan selama proses NREM tampak melalui elektroensefalografi dengan memperlihatkan gelombang otak berada pada setiap tahap tidur NREM. Tahap terhadap, yaitu: kewaspadaan penuh denngan gelombang beta yang berfrekuensi tinggi dan bervoltase rendah; istirahat tenang yang dapat diperlihatkan pada gelombang alfa; tidur ringan terjadi karena terjadi perlambatan gelombang alfa ke jenis beta atau delta yang bervoltase rendah(Alimul,2008).

Tahapan tidur jenis NREM dibagi menjadi 4 tahap yaitu: a. Tahap 1

Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri sebagai berikut: rileks, masih sadar dengan lingkuungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan napas sedikit menurun, serta dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung sekitar 5 menit.


(39)

b. Tahap 2

Tahap ini merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan ciri sebagai berikut: mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi napas menurun, temperatur tubuh menurun, metabolisme menurun, serta berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.

c. Tahap 3

Tahap ini merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi, frekuensi napas, dan proses tubuh lainnya lambat. Hal ini disebabkan olleh adanya dominasi sistem saraf parasimpatis sehingga sulit bangun.

d. Tahap 4

Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan pernapasan turun, jarang bergerak, sulit dibanggunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun, dan tonus otot menurun (Alimul,2008).

2). Tidur paradoks/Rapid eye movement (REM)

Tidur yang berlangsung pada tidur malam yang terjadi sela 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. periode pertama terjadi selama 80-100 menit. ciri tidur REM adalah sebagai berikut:

a. Biasanya disertai dengan mimpi aktif

b. Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak NREM

c. Tonus otot selama tidur sangat tertekan, menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis.


(40)

e. Pada otot perifer, terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur

f. Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irreguler, tekanan darah meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme meningkat. g. Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi (Alimul,2008).

2.3.4 Fungsi dan Tujuan Tidur

Menurut Alimul (2008) fungsi dan tujuan tidur belum dikrtahui secara jelas. Meskipun demikian, tidur diduga bermanfaaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan. Selain itu,stress pada paru-paru, sistem kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lainnya juga menurun aktivitasnya. Energi yang tersimpan selama tidur diarahkan untuk fungsi-fungsi sel yang pentinng. Secara umum terdapat dua efek fisiologis tidur, pertama efek pada sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf. Kedua, efek pada struktur tubuh yang dapat memulihkan kesegaran dan fungsi organ dalam tubuh, karena selama tidur telah terjadi penurunan aktivitas organ-organ tibuh tersebut.

Pola tidur yang teratur dan berkualitas turut mendukung peningkatan kesehatan tubuh tidur yang baik akan membantu menjaga daya tahan tubuh. Dengan tidur yang teratur tingkat kecerdasan dan kondisi emosional seseoranng akan menjadi lebih baik (Prasadja, 2009).


(41)

2.3.5 Siklus Tidur

Saat tidur,seseorang akan melewati 4 sampai 6 siklus tidur yang lengkap dimana setiap satu siklus terdiri dari 4 stadium NREM dan 1 tahapan REM. Siklus tidur biasanya semakin meningkat dari satadium 1 sampai stadium 4 ke stadium 3 kemudian ke stadium 2 dan diakhiri dengan periode tahapan tidur REM, dengan satu siklus yang berurutan, stadium 3 dan stadium 4 akan memendek dan tahapan tidur REM memanjang. Siklus tidur pada setiap orang berbeda karena memiliki total waktu yang berbeda pula (Potter & Perry,2003).

Siklus tidur meliputi rangkaian tidur yang dimulai dengan 4 tahap tidur NREM secara berurutan, kembali lagi ketahap tidur NREM ke 3 kemudian tahap tidur NREM ke 2 dan selanjutnya diikuti dengan tahap tidur REM. Lamanya satu siklus tidur keseluruhan sekitar 70-90 menit (White, 2003).

Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus dari 24 jam dari kehidupan manusia sehari-hari. Keteraturan irama sirkadian ini juga merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu maka fungsi fisiologik dan psikologik dapat terganggu (Potter & Perry, 2003).

2.3.6 Pola Tidur

Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang relative menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur, kepuasan tidur


(42)

(Wahyuni, 2007). Pola tidur normal berdasarkan usia, yaitu bayi baru lahir membutuhkan tidur 14-18 jam/hari, pernafasan teratur, 50% tidur (Rapid Eye Movement) REM, infant membutuhkantidur 12-14 jam/hari, 20-30% tidur REM, toodler tidur sekitar 11-12 jam/hari, 25% tidur REM, preschooler tidur sekitar 11 jam, 20% tidur REM, usia sekolah tidur sekitar 10 jam/hari, 18.5 % tidur REM, adolescent tidur sekitar 8.5 jam/hari , 20% tidur REM, usia dewasa tidur sekitar 7 jam/hari 20% tidur REM, usia lanjut tidur kira-kira 6 jam/hari 20-25% tidur REM (Kozier, 2004). 2.3.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur Selama Kehamilan

Sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur. Seringkali faktor tunggal tidak hanya menjadi penyebab masalah tidur. Faktor biologis, psikologis, dan lingkungan dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur. Beberapa faktor yang mempengaruhi tidur pada ibu hamil adalah ; keadaan perut yang semakin membesar sehingga sulit menentukan posisi tidur yang nyaman, gerakan janin, tertekannya kandung kemih akibatnya sering berkemih sehingga wanita hamil sering terjaga di malam hari (Tiran, 2007). Menurut Lamadhah (2011), kekawatiran calon ibu untuk tidur dalam posisi tertentu, karena takut janin didalam kandungan menjadi tidak nyaman. Penyebab sulit tidur pada ibu hamil bukan karena perubahan hormon melainkan perubahan fisik, bobot tubuh ibu bertambah mengakibatkan punggung terasa pegal, posisi tidur serba salah (Louise, 2006). Menurut Huliana (2006), gangguan psikis seperti kecemasan membuat ibu semakin susah tidur.


(43)

2.3.8 Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan kemampuan individu untuk tetap tertidur dan untuk mendapatkan jumlah yang cukup untuk tidur REM dan non-REM (Kozier, 1991 dalam Junita, 2005). Kualitas tidur tersebut meliputi aspek kualitatif dan kuantitatif yaitu lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman tidur dan kepuasan tidur (Daniel et al, 1998;Buysse, 1988 dalam Junita, 2005). Persepsi mengenai kualitas tidur itu sangant bervariasi dan individual yang dapat dipengaruhi oleh waktu yang digunakan untuk tidur pada malam hari atau efisiensi tidur (Miller, 1995 dalam Junita, 2005).

Pengkajian yang dapat dilakukan dalam menentukan kualitas tidur seseorang adalah melalui pengumpulan data subjektif yaitu berupa laporan atau pernyataan pasien dan data objektif berupa pengukuran di laboratorium seperti Electroencephaalogram (EEG), Electrooculogram (EOG), dan Electomyogram (EMG) (Buysse, 1988; Guyton & Hall, 1997 dalam Junita 2005).

Salah satu kriteria yang sangat penting untuk menentukan terpenuhinya kebutuhan tidur pasien dapat diperoleh dari data subjektif, data subjektif tidur yang baik atau buruk dapat dievaluasi berdasarkan persepsi pasien tentang parameter tidur diantarannya adalah berapa lama waktu yang dibutuhkannya untuk tertidur, frekuensi terbangun pada malam hari, total waktu tidur dimalam hari dan kepuasan tidur (Miller, 1995 dalam Junita, 2005). Menurut Buysse,(1988) baik buruknya tidur seseorang dapat diidentifikasi melalui subjektif, diantaranya kualitas tidur, lama


(44)

waktu untuk tertidur, kebiasaan sebelum tidur dan gangguan tidur. Hanya pasien yang dapat melaporkan apakah mereka mendapatkan tidur yang baik dan buruk, jika pasien puas dengan kualitas dan kuantitas tidurnya maka mereka mempunyai tidur yang baik (Potter & Perry, 2001 dalam Junita, 2005).

Data objektif bisa didapatkan melalui pengkajian fisik pasien yaitu dengan mengobservasi lingkaran mata, adanya respon pasien yang lamban, ketidakmampuan/kelemahan, penurunan konsentrasi, berapa kali pasien terbanngun karena nyeri, inkontinensia dan gangguan lain (Hodges, 1996 dalam Junita, 2005). Disamping itu data objektif tentang kualitas tidur pasien juga bisa dianalisa melalui pemeriksaan laboratorium yaitu Electroencephalogram (EEG) yang merupakan rekaman arus listrik dari otak. Perekam listrik dari permukaan otak atau permukaan luar kepala dapat menunjukkan adanya aktivitas listrik yang terus menerus timbuldalam otak. Ini depengaruhi oleh derajat eksitasi otak akibat dari keadaan tidur, keadaan siaga atau karena penyakit lain. Tipe gelombang EEG diklasifikasikan sebagai gelombang alfa, betha, tetha, dan delta (Guyton & Hall, 1997 dalam Junita, 2005).

Kualitas tidur seseorang dapat ditentukan dengan menggunakan metode Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Data penelitian diperoleh dengan memberikan kuesioner yang berisi data pribadi dan pertanyaan tentang komponen kualitas tidur selama satu bulan terakhir. Terdapat tujuh komponen kualitas tidur yaitu, kualitas tidur subjektif, tidur laten, lama tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, pemakaian obat


(45)

tidur, dan disfungsi siang hari. Dengan ketujuh komponen kualitas tidur didapatkan nilai PSQI, jika seseorang mendapat nilai PSQI < 5 maka ia memiliki kualitas tidur yang baik dan jika seseorang mendapat nilai PSQI > 5 maka ia memiliki kualitas tidur yang buruk(Sanningtyas, 2013).

Pada penelitian ini peneliti tidak melakukan uji validitas karena kuesioner yang digunakan diadopsi dari kuesioner baku yaitu Pittsburgh Sleep Quality Index(PSQI) untuk kualitas tidur, memiliki konsistensi internal dan koefisien reliabilitas(alpha cronbach) sebesar 0,83 (Komalasari, 2012).


(46)

32

Kerangka konseptual ini disusun untuk mendeskripsikan hubungan kecemasan dan gangguan kenyamanan fisik terhadap kualitas tidur ibu hamil di Puskesmas Helvetia, kualitas tidur digambarkan dalam kriteria baik dan tidak baik. Ibu hamil sangat beresiko mengalami kecemasan, disamping itu ibu juga mengalami gangguan kenyamanan fisik. Kedua hal tersebut dapat mengganggu kualitas tidur.

Cemas merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan pada individu merupakan pengalaman yang subjektif, dapat memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup ( Suliswati, 2005 ) .

Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai atau juga dapat dikatakan sebagai suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan akan tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar. Jadi tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran


(47)

secara normal dan periodik, dengan tidur akan dapat diperoleh kesempatan untuk beristirahat dan memulihkan kondisi tubuh baik secara fisiologis maupun psikis, dan tidur merupakan aktivitas sehari hari yang menjadi kebutuhan dasar bagi setiap manusia ( Alimul, 2008).

Kualitas tidur merupakan kemampuan individu untuk tetap tertidur dan untuk mendapatkan jumlah yang cukup untuk tidur REM dan non-REM (Kozier, 1991 dalam Junita, 2005). Kualitas tidur tersebut meliputi aspek kualitatif dan kuantitatif yaitu lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman tidur dan kepuasan tidur (Daniel et al, 1998;Buysse, 1988 dalam Junita, 2005).

Menurut Louise (2006), tidak semua wanita hamil mengalami semua ketidaknyamanan yang umum selama kehamilan,tetapi banyak wanita mengalaminya dalam tingkat ringan hingga berat yang disebabkan karena faktor perubahan fisiologi dan anatomi pada kehamilan.


(48)

Ket: Diteliti Tidakditeliti ...

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual Ibu hamil 

trimester   I,II,III 

Perubahan/ggn  Psikologi; 

 * kecemasan 

‐ Ringan 

‐ Sedang 

‐ Berat 

Ggn Kenyamanan fisik;  * Nyeri punggung  *Sering BAK 

*Kram dan bengkak  pada kaki 

* Sesak Nafas  *Kelelahan  *Nyeri abdomen  *Pusing 

*Keputihan  *Hemorroid  *Konstipasi 

*Karpal Tunnel sindrom    *Insomnia 

*Chloasma  *Varises 

Kualitas Tidur 

‐ Baik 


(49)

3.2. Defenisi Operasional

Tabel 3.2.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian Defenisi Operasional Cara Ukur

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Pengukuran Kecemasan Respon emosional

yang tidak menentu terhadap suatu objek yang tidak jelas yang

dialami oleh sebagian ibu hamil

di Puskesmas Helvetia Dengan mengguna kan angket ibu ditanyakan tentang hal-hal yang berhubung an gejala kecemasan selama kehamilan sekarang Kuesioner (lembar checklist) Kecemasan ringan:jika responden menjawab pertanyaan kuesioner kecemasan dengan skor 0-14 Kecemasan sedang: jika responden dapat menjawab pertanyaan kuesioner dengan skor 15-29 Kecemasan berat: jika responden dapat menjawab pertanyaan kuesioner dengan skor 30-44 Ordinal Gangguan kenyamana n fisik Merupakan suatu ketidaknyamanan fisik karena perubahan fisiologis kehamilan meliputi nyeri punggung, sering buang air kecil, kram dan bengkak pada kaki,dan sesak nafas,

nyeri

abdomen,kelelahan, pusing yang dialami ibu hamil di Puskesmas Helvetia Dengan mengguna kan angket ibu ditanyakan tentang hal-hal yang berhubung an dengan gangguan kenyaman an fisik selama kehamilan meliputi; Kuesioner (lembar checklist) Tidak terganggu: Jika responden menjawab pertanyaan kuesioner dengan skor > 0-3

Ya, Ringan: jika responden

menjawab pertanyaan

kuesioner dengan skor ≥ 4-7 Ya, Berat:jika responden

menjawab pertanyaan


(50)

nyeri punggung, sering BAK,kram dan bengkak pada kaki,dan sesak nafas, nyeri abdomen, kelelahan, pusing selama kehamilan sekarang kuesioner dengan skor ≥ 8

Kualitas Tidur

Kemampuan ibu hamil untuk tetap tertidur dan untuk mendapatkan jumlah tidur yang cukup meliputi aspek kualitas dan kuantitatif yaitu lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk tidur, frekuensi terbangun,

kedalaman tidur dan kepuasan tidur yang dialami oleh ibu hamil di Puskesmas Helvetia Dengan mengguna kan angket ibu ditanyakan tentang hal-hal yang berhubung an dengan kualitas tidur selama kehamilan sekarang

Kuesioner Kualitas tidur baik jika skor PSQI <5

Kualitas tidur tidak baik jika skor PSQI >5

Ordinal

3.3.Hipotesa Penelitian

Ha : Ada hubungan kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil

Ada hubungan gangguan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur ibu hamil


(51)

37

Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel. Hubungan korelatif dilaksanakan untuk mengembangkan hubungan antar variabel dan menjelaskan hubungan yang ditemukan dengan melibatkan minimal dua variabel dan desain cross sectional yaitu penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi dari data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat.

4.2. Populasi, sampel dan teknik sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang datang untuk memeriksakan kehamilan di Poli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Helvetia pada bulan Maret sampai dengan Mei tahun 2013, jumlah populasi ibu hamil sebanyak 276 orang.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling yaitu tenik pengambilan sampel dari responden atau kasus yang kebetulan ada di suatu tempat atau keadaan tertentu sesuai persyaratan data yang diinginkan dengan kriteria inklusi ibu hamil normal trimester I,II, dan III, bersedia menjadi responden, ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilan di Puskesmas Helvetia. Dan kriteria eksklusi ibu hamil yang tidak bersedia menjadi responden, ibu dengan plasenta previa, janin kembar. Dengan jumlah sampel 69 orang dengan pengambilan sampel 25% dari


(52)

jumlah populasi, untuk memudahkan peneliti dalam pengumpulan data maka peneliti membagi responden dalam tiga kelompok yaitu, 23 orang ibu hamil trimester I, 23 orang ibu hamil trimester II, dan 23 orang ibu hamil trimester III.

4.3. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Helvetia Medan. Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2013.

4.4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kepala Puskesmas Helvetia dan penelitian ini telah mendapat izin dari komite etik Fakultas Keperawatan Sumatera Utara. Selanjutnya peneliti memperkenalkan diri serta menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden. Jika responden bersedia, maka lebih dahulu harus menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Bila responden tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan, maka responden dapat memberikan persetujuan secara verbal (lisan). Selama proses penelitian, peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya sebagai responden.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor dan kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin peneliti dan hanya digunakan dalam penelitian ini.


(53)

4.5. Instrumen Penelitian 4.5.1 Kuesioner Penelitian

Untuk memperoleh data dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa angket/kuesioner yang terdiri atas tiga bagian kuesioner yaitu; PSQI (Pittsburgh Scale Quality Index) , Kuesioner HARS (Harrison Anxiety Rating Scale), dan Kuesioner gangguan kenyamanan Fisik dengan cara pengisian kuesioner adalah dengan cara memberikan tanda checklist (√) sesuai dengan hasil yang diinginkan.

a. Kuesioner PSQI

Bertujuan untuk mengukur kualitas tidur ibu hamil trimester I,II,III selama sebulan terakhir dengan item pertanyaan sebanyak 7 buah yang diadopsi dari pitsburgh scale quesioner index (PSQI) dan yang telah dimodifikasi sesuai kebutuhan penelitian menjadi 11 sub pertanyaan.PSQI merupakan instrument yang efektif digunakan untuk mengukur kualitas dan pola tidur orang dewasa untuk ketujuh komponennya peneliti juga mengadopsi kuesioner PSQI dari penelitian Irmayana(2008) pada pertanyaan waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur (kuesioner nomor 1), total jam tidur (Kuesioner nomor 2), dan pada pertanyaan tidur dengan nyenyak (kuesioner nomor 10), terbangun dengan perasaan segar (kuesioner nomor 11) di adopsi dari (Karota, 2003 dalam Irmayana, 2008). Jadi kuesioner kualitas tidur terdiri dari 11 pertanyaan dengan Skala Likert dengan pilihan jawaban dan masing-masing pertanyaan di beri skor dengan range 1-4 dimana skor 1 adalah nilai terendah


(54)

dan skor 4 adalah nilai tertinggi. Kualitas tidur dikatakan baik apabila jumlah skor penilaian <5, sedangkan kualitas tidur buruk jika jumlah skor >5.

b. Kuesioner HARS

Bertujuan untuk mengukur tingkat kecemasan yang dialami responden pada kehamilan dengan item pertanyaan sebanyak 14 buah yang diadopsi dari Hamilton Anxiety Rating Scale yang telah dimodifikasi sesuai kebutuhan penelitian menjadi 11 item pertanyaan. Pada item pertanyaan kuesioner HARS nomor 7, 8, 9, 10, 11 diubah ke adaptasi psikologis ibu hamil agar lebih fokus pada gejala kecemasan yang ibu rasakan selma kehamilan selain itu pada item pertanyaan nomor 12 gejala urogenital tidak peneliti masukkan sebagi pertanyaan kuesioner karena sering kencing, tidak dapat menahan kencing, amenorea/menstruasi yang tidak teratur karena hal ini adalah gejala fisiologis yang terdapat pada ibu hamil, dan frigiditas karena di negara timur kurang etis jika hal ini ditanyakan selain itu pada wanita hamil biasanya terjadi peningkatan gairah karena perubahan hormon.

c. Kuesioner Gangguan Kenyamanan Fisik

Bertujuan untuk mengidentifikasi gangguan kenyamanan fisik yang dialami oleh responden selama kehamilan trimester, kuesioner gangguan kenyamanan fisik disusun oleh peneliti berdasarkan kerangka konsep dan tinjauan pustaka dengan jumlah pertanyaan sebanyak 8 buah.

4.6. Uji Validitas dan Reabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai


(55)

validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan valid secara isi yaitu sesuai antara pertanyaan instrumen dengan konsep teori yang ada. Pada penelitian ini digunakan tiga jenis kuesioner yaitu; kuesioner HARS untuk mengukur tingkat kecemasan, kuesioner yang digunakan telah baku sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas dengan nilai validitas dan reabilitas 0.93, kuesioner PSQI untuk mengukur kualitas tidur, keusioner yang digunakan telah baku sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas dengan konsistensi internal dan koefisien reabilitas (alpha cronbach) sebesar 0.83, Kuesioner gangguan kenyamanan fisik untuk mengetahui adanya gangguan kenyamanan fisik yang dialami oleh ibu hamil, kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti sehingga perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas, uji validitas pada instrumen ini dilakukan oleh dosen ahli dibidang Maternitas Fakultas Keperawatan Sumatera Utara. Uji reliabilitas pada penelitian ini telah dilakukan uji coba terhadap 30 orang responden yang memenuhi kriteria sampel di luar sampel penelitian dengan menggunakan formula Cronbach Alpha yang dilakukan dengan menggunakan sistem komputerisasi dengan nilai reliabilitas >0,632 (Notoadmodjo, 2010). Telah dilakukan uji reabilitas kuesioner gangguan kenyamanan fisik dengan hasil 0.673.

4.7. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan USU dan surat izin penelitian dari Dinas


(56)

Kesehatan, kemudian mengantarkan surat izin penelitan tersebut ke Puskesmas Helvetia. Setelah mendapatkan izin peneliti melakukan pengumpulan data penelitian dengan cara menjelaskan waktu, tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan yang bersedia berpartisipasi responden diminta untuk menandatangani informed consent. Kemudian, responden diminta untuk menjawab pertanyaan pada kuesioner dengan didampingi oleh peneliti.

4.8. Analisa Data

Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan pengolahan data. Analisis data yang dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas data dari responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, dilanjutkan dengan koding yaitu melakukan pengkodean untuk memudahkan peneliti melakukan tabulasi data. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi.

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan dengan menghitung proporsi pada seluruh variabel, dalam analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase tiap variabel. b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan kelanjutan dari analisa univariat dengan cara melakukan tabulasi silang dengan menggunakan uji Spearman untuk mengetahui hubungan kecemasan dengan kualitas tidur dan untuk mengetahui gangguan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% dengan tingkat kemaknaan α (alpha)= 0,05.


(57)

Keputusan uji statistik dalam penelitian ini berdasarkan dengan program statistik komputer yang tersedia. Peneliti menggunakan nilai α (alpha) 0,05 dengan kriteria hasil :

 Jika P value > nilai α maka keputusannya Ha ditolak  Jika P value < nilai α maka keputusannya Ha diterima


(58)

44 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Subjek Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan dari tanggal 16 Oktober 2013 sampai dengan 17 November 2013 di Puskesmas Helvetia Medan dengan jumlah responden 69 orang ibu hamil trimester I, II, dan III masing-masing berjumlah 23 orang terdiri dari 29 orang (42%) ibu primigravida dan 40 orang (58%) ibu multigravida. Semua responden berdomisili di Kecamatan Medan Helvetia dengan latar belakang suku dan agama yang berbeda.

Berikut ini akan dipaparkan hasil penelitian tentang hubungan tingkat kecemasan dan gangguan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur ibu hamil trimester I,II,dan III di Puskesmas Helvetia Medan.

5.1.2 Tingkat Kecemasan

Tingkat kecemasan ibu hamil di Puskesmas Helvetia Medan dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(59)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Ibu Hamil di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2013 (n=69)

No Tingkat Kecemasan Frekuensi (f) Persentase (%)

1. Tidak Ada Kecemasan 1 1,4

2. Kecemasan Ringan 37 53,6

3. Kecemasan Sedang 28 40,6

4. Kecemasan Berat 3 4,3

Total 69 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa ibu hamil di Puskesmas Helvetia Medan memiliki tingkat kecemasan yang beragam, mayoritas ibu mengalami kecemasan ringan (53,6%), dan sebanyak (4,3%) ibu hamil mengalami kecemasan berat.

5.1.3 Gangguan Kenyamanan Fisik

Gambaran gangguan kenyamanan fisik ibu hamil di Puskesmas Helvetia Medan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(60)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Gangguan kenyamanan Fisik Ibu Hamil di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2013 (n=69)

No Gangguan Kenyamanan Fisik Frekuensi (f) Persentase (%) 1. Tidak Terganggu 23 33,3

2. Terganggu Ringan 36 52,2

3. Terganggu Berat 10 14,5

Total 69 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil di Puskesmas Helvetia Medan mengalami gangguan kenyamanan fisik ringan (52,2%), dan ibu yang mengalami gangguan kenyamanan fisik berat sebanyak (14,5%).

5.1.4 Kualitas Tidur

Distribusi frekuensi kualitas tidur ibu hamil di Puskesmas Helvetia Medan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi Kualitas Tidur Ibu Hamil di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2013 (n=69)

No Kualitas Tidur Frekuensi (f) Persentase (%) 1. Baik 34 49,3

2. Buruk 35 50,7

Total 69 100

Dari tabel 5.3 dapat diketahui mayoritas ibu hamil memiliki kualitas tidur yang buruk (82,6%), dan sebanyak (17,4%) ibu memiliki kualitas tidur yang baik.


(61)

5.1.5 Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur Ibu hamil

Tabel dibawah ini menampilkan gambaran kualitas tidur ibu pada berbagai tingkat kecemasan yang dialaminya.

Tabel 5.4 Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2013 (n=69)

Tingkat Kecemasan Kualitas Tidur Total

Baik Buruk

f % f % f %

Tidak Ada Kecemasan 1 1,4 - - 1 1,4 Kecemasan ringan 25 36 12 17,4 37 53,6 Kecemasan sedang 7 10 21 30,4 28 40,6

Kecemasan berat 1 1,4 2 2,9 3 4,3

Total 34 49,2 35 50,7 69 100

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 1 responden (1,4%) tidak mengalami kecemasan dan kualitas tidurnya baik, responden dengan kecemasan ringan lebih banyak yang memiliki kualitas tidur yang baik yaitu 25 responden (36%), dan 21 responden (30,4%) mengalami kecemasan sedang dan memiliki kualitas tidur yang buruk, serta responden dengan kecemasan berat dan memiliki kualitas tidur buruk dua kali lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki kualitas tidur baik yaitu (2,9%). Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat kecemasan maka akan semakin buruk kualitas tidur yang dimiliki ibu hamil. Analisa hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil

Pada penelitian yang telah dilakukan diperoleh data yang terdistribusi tidak normal dan telah dilakukan uji normalitas dan transformasi data namun data tetap tidak terdistribusi normal maka analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji


(62)

Spearman pada tingkat kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.4.1 Hasil Uji Spearman

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Spearman diperoleh nilai p<0,05 (p=0,00) menunjukkan adanya hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur dimana nilai koefisien korelasi ( r ) 0,418 yang artinya terdapat hubungan yang sedang antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur.

5.1.6 Hubungan Gangguan Kenyamanan Fisik dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil

Tabel dibawah ini menampilkan gambaran kualitas tidur ibu pada berbagai tingkat gangguan kenyamanan fisik yang dialaminya.

Tabel 5.5 Hubungan Gangguan Kenyamanan Fisik dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2013 (n=69)

Gangguan kenyamanan fisik Kualitas tidur Total

Baik Buruk

f % f % f %

Tidak Terganggu 15 21,7 8 11,6 23 33,3 Terganggu ringan 17 24,6 19 27,5 36 52,2 Terganggu berat 2 2,9 8 11,6 10 14,5

Total 34 49,2 35 50,7 69 100

Kualitas Tidur

Tingkat Kecemasan r 0,418

p 0,00


(63)

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa 8 responden (11,6%) tidak mengalami gangguan kenyamanan fisik dan memiliki kualitas tidur buruk, terdapat 19 responden (27,5%) dengan gangguan kenyamanan fisik ringan dan kualitas tidurnya buruk, serta 8 responden (11,6%), mengalami gangguan kenyamanan fisik berat memiliki kualitas tidur yang buruk. Kualitas tidur yang buruk pada ibu hamil dapat disebabkan oleh faktor lain selain gangguan kenyamanan fisik dan kecemasan, seperti lingkungan.

Analisa hubungan gangguan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur ibu hamil Data hasil penelitian berikut ini tentang gangguan kenyamanan fisik ibu juga berdistribusi tidak normal. Setelah dilakukan transformasi data ternyata data tersebut juga masih tidak berdistribusi normal oleh karena itu dilakukan uji Spearman untuk mengetahui hubungan gangguan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur ibu hamil. Hasil uji tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.5.1 Hasil Uji Spearman

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Spearman diperoleh nilai p<0,05 (p=0,01), menunjukkan adanya hubungan gangguan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur, dengan koefisien korelasi ( r ) 0,282. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang lemah antara kenyamanan fisik dengan kualitas tidur.

Kualitas Tidur

Gangguan Kenyamanan Fisik r 0,282

p 0,01


(64)

5.2 Pembahasan

Hasil uji Spearman untuk mengetahui hubungan kecemasan dengan kualitas tidur diperoleh nilai p (0,00) dan hubungan kenyamanan fisik dengan kualitas tidur pada ibu hamil diperoleh nilai p (0,01) menunjukkan antara kecemasan dan gangguan kenyamanan fisik berhubungan kualitas tidur ibu hamil.

Kehamilan pada seorang ibu dapat menyebabkan kecemasan dan gangguan kenyamanan fisik selama kehamilan. Hal ini dapat menganggu tidur pada ibu hamil sehingga dapat mempengaruhi kualitas tidur.

Gangguan kenyamanan fisik dan kecemasan dapat terjadi pada ibu hamil primigravida maupun multigravida.

5.2.1 Tingkat kecemasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk variabel kecemasan diperoleh bahwa sebanyak 37 orang (53,6%), mengalami kecemasan ringan.

Kecemasan merupakan keadaan yang tidak dapat dielakkan pada kehidupan manusia begitupun pengalaman seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Hal ini sesuai dengan pendapat Suliswati (2005), yang mengatakan bahwa cemas merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Bagi primigravida kehamilan yang dialaminya merupakan pengalaman pertama kali, ibu akan cenderung merasa cemas dengan kehamilannya, merasa gelisah dan takut menghadapi persalinan, mengingat ketidaktahuan menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartono (1996) dalam Astria


(65)

(2009), yang menyatakan bahwa ibu yang pernah hamil sebelumnya (multigravida) mungkin timbul kecemasan yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu yang pernah dialaminya. Namun dalam penelitian ini peneliti tidak mengkaji pengalaman persalinan masa lalu pada kehamilan multigravida.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Hasanah M (2012) dalam Dewi (2013), di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi persalinan didapatkan kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan, pendidikan, dan dukungan suami berpengaruh terhadap kecemasan ibu primigravida. 10 ibu hamil trimester pertama meliputi ibu hamil primigravida dan multigravida yang mengatakan takut akan terjadinya keguguran. Sedangkan pada kehamilan trimester kedua perasaan cemas dapat muncul kembali ketika melihat keadaan perutnya yang bertambah besar, payudara semakin besar, dan bercak hitam yang semakin melebar, perasaan cemas muncul karena mereka mengkhawatirkan penampilannya akan rusak dan merasa takut suaminya tidak mencintai dirinya lagi. Dari hasil penelitian terdapat 15 orang ibu hamil trimester kedua menyatakan kekhawatiran terhadap perubahan fisik karena kehamilan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Astria (2009), menyatakan bahwa pada kehamilan trimester ketiga psikologi dan emosional wanita hamil dikuasai oleh pikiran mengenai persalinan yang akan datang dan tanggung jawab sebagai ibu yang akan mengurus anaknya. Pada penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil 23 ibu


(66)

hamil mengalami kecemasan, hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Dewi (2013), tentang kecemasan pada ibu hamil trimester III dari 42 responden terdapat 16 responden (38,1%) ibu mengalami kecemasan sedang. Penelitian diatas memperkuat hasil penelitian yang diperoleh peneliti dari 23 ibu hamil trimester III terdapat 13 ibu yang mengeluhkan ketengangan otot/tonus, selain itu satu orang responden mengeluhkan merasa sering mukanya merah. Hal ini sesuai dengan pendapat Detiana (2010), yang menyatakan bahwa muka merah termasuk kepada tanda kecemasan.

Melihat hasil penelitian diatas maka tingkat kecemasan yang dialami oleh ibu hamil adalah tingkat kecemasan ringan yang berkaitan dengan kekhawatiran yang timbul, rasa cemas akibat perubahan fisik yang dialami ibu dan juga kondisi psikologis dan kesiapan emosional calon ibu dalam menghadapi persalinan turut mempengaruhi kecemasan.

5.2.2 Gangguan kenyamanan fisik

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk variabel gangguan kenyamanan fisik didapatkan data bahwa sebanyak 36 orang (52,2%), ibu hamil mengalami gangguan kenyamanan fisik ringan.

Menurut Louise (2006), tidak semua wanita mengalami ketidaknyamanan yang umum muncul selama kehamilan, tetapi banyak wanita mengalaminya dalam tingkat ringan hingga berat diantaranya : nyeri punggung, kram dan bengkak pada


(67)

kaki, sering buang air kecil, sesak nafas, kelelahan, nyeri pada bagian perut, dan sakit kepala. Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluh ketidaknyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu dan tanggung jawabnya. Pada penelitian yang dilakukan terdapat 46 ibu hamil (66,7%), mengeluhkan nyeri punggung hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Komalasari (2012 ), yang menyatakan terdapat 33 ibu hamil dari 54 ibu hamil yang diteliti merasa pegal atau nyeri diarea tertentu misalnya pinggang, sendi-sendi tangan ataupun sendi kaki, selain itu karena perut ibu yang semakin membesar terdapat 25 ibu hamil mengatakan kesukaran untuk menentukan posisi tidur. Pada penelitian yang dilakukan terdapat 17 ibu hamil (24,6%), mengalami kram dan bengkak pada kaki, 63 ibu (91%), mengatakan sering buang air kecil, 23 ibu hamil (33,3%), mengeluhkan sesak saat bernafas, menurut Musbikin (2005) sesak nafas yang dilami ibu hamil dapat terjadi karena uterus membesar dan menekan diafragma, saat melakukan penelitian didapatkan 61 ibu (88,4%), mengalami kelelahan setelah beraktivitas, dan terdapat 56 ibu (81%), mengalami nyeri pada perut karena gaya gravitasi pada kehamilan hal ini selaras dengan pendapat yang dikemukakan Kelly (1997), bahwa nyeri pada perut dapat terjadi pada ibu hamil trimester III bila berdiri terlalu lama, ibu mungkin akan merasakan sensasi nyeri di abdomen bawah. Secara umum, hal ini bukan tanda-tada kelainan tetapi hanya pengaruh gaya gravitasi yang menarik beban berat bayi kebawah, dan terdapat 56 ibu yang mengeluhkan rasa pusing pada kehamilan yang dialaminya.


(68)

Dilihat dari hasil penelitian diatas, bahwa ibu hamil mengalami gangguan keyamanan ringan dengan mengalami satu atau lebih dari gejala yang ada seperti nyeri punggung, sering buang air kecil, kelelahan, nyeri pada bagian perut, kram dan bengkak pada kaki namun masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

5.2.3 Kualitas tidur

Untuk variabel kualitas tidur dari hasil penelitian didapatkan data bahwa 50,7% ibu hamil memiliki kualitas tidur yang buruk. Hal ini sesuai dengan penelitian Karger (2009) di Perancis, yang menyatakan bahwa 75% wanita hamil mengalami gangguan tidur. Penelitian diatas diperkuat dengan data hasil survei National Sleep Foundation (2007), bahwa 78% wanita hamil di Amerika mengalami gangguan tidur. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Irmayana (2008), tentang pola tidur ibu hamil trimester tiga di RSU Dr.Pirngadi Medan menunjukkan bahwa ibu hamil mengalami gangguan pola tidur karena frekuensi terbangun 50% dan mengalami kepuasan tidur kurang 31%.

Menurut Tiran (2007), ada sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur. Seringkali faktor tunggal tidak hanya menjadi penyebab masalah tidur. Faktor biologis, psikologis, dan lingkungan dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur. Beberapa faktor yang mempengaruhi tidur ibu hamil adalah: keadaan perut yang semakin membesar sehingga sulit menentukan posisi tidur yang


(69)

nyaman, gerakan janin, tertekannya kandung kemih akibatnya sering berkemih sehingga wanita hamil sering terjaga di malam hari.

Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ibu hamil memiliki kualitas tidur yang buruk mungkin dapat dipicu oleh kekhawatiran calon ibu untuk tidur dalam posisi tertentu karena takut janin dalam kandungan menjadi tidak nyaman. Penyebab sulit tidur pada ibu hamil bukan karena hormon melainkan perubahan fisik, bobot tubuh ibu bertambah mengakibatkan punggung terasa pegal, posisi tidur serba salah, selain itu gangguan psikis seperti kecemasan membuat ibu semakin susah tidur.

5.2.4 Hubungan Kecemasan dengan Kualitas Tidur

Hasil uji normalitas data yang dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan data terdistribusi tidak normal kemudian dilakukan transformasi data guna menormalkan data yang ada dengan metode log10 dan diperoleh nilai probabilitas (p) sebesar 0,00. Karena nilai p kurang dari 0,05 maka diambil kesimpulan bahwa data terdistribusi tidak normal. Pada uji analisa data variabel kecemasan dengan kualitas tidur menggunakan uji Spearman dengan hasil p-value < taraf kekeliruan α (0.05) (p-value=0,00) dari hasil perbandingan dalam analisis data apabila nilai p-value < α =5% maka Ho ditolak atau Ha diterima. Sehingga demikian dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil.


(1)

Correlations

gangguan

kenyamanan fisik kualitas tidur Spearman's rho gangguan kenyamanan fisik Correlation Coefficient 1.000 .282*

Sig. (2-tailed) . .019

N 69 69

kualitas tidur Correlation Coefficient .282* 1.000

Sig. (2-tailed) .019 .

N 69 69

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Correlations

tingkat

kecemasan kualitas tidur Spearman's rho tingkat kecemasan Correlation Coefficient 1.000 .418**

Sig. (2-tailed) . .000

N 69 69

kualitas tidur Correlation Coefficient .418** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 69 69

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

gangguan kenyamanan fisik *


(2)

gangguan kenyamanan fisik * kualitas tidur Crosstabulation

Count

kualitas tidur

Total <5 kualitas tidur

baik

>5 kualitas tidur buruk

gangguan kenyamanan fisik 0-3 tidak terganggu 15 8 23

4-7 terganggu ringan 17 19 36

>8 terganggu berat 2 8 10

Total 34 35 69

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

tingkat kecemasan * kualitas

tidur 69 100.0% 0 .0% 69 100.0%

tingkat kecemasan * kualitas tidur Crosstabulation

Count

kualitas tidur

Total <5 kualitas tidur

baik

>5 kualitas tidur buruk

tingkat kecemasan <6 tidak ada kecemasan 1 0 1

6-14 kecemasan ringan 25 12 37

15-29 kecemasan sedang 7 21 28

30-44 kecemasan berat 1 2 3


(3)

Frequencies

Statistics

gangguan

kenyamanan fisik kualitas tidur

trimester

kehamilan Graviditas

N Valid 69 69 69 69

Missing 0 0 0 0

Mean 1.81 1.51 2.00 1.59

Median 2.00 2.00 2.00 2.00

Mode 2 2 1a 2

Std. Deviation .670 .504 .822 .495

Variance .449 .254 .676 .245

Range 2 1 2 1

Minimum 1 1 1 1

Maximum 3 2 3 2

Sum 125 104 138 110

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Frequency Table

gangguan kenyamanan fisik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 0-3 tidak terganggu 23 33.3 33.3 33.3

4-7 terganggu ringan 36 52.2 52.2 85.5

>8 terganggu berat 10 14.5 14.5 100.0

Total 69 100.0 100.0

kualitas tidur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid <5 kualitas tidur baik 34 49.3 49.3 49.3

>5 kualitas tidur buruk 35 50.7 50.7 100.0


(4)

trimester kehamilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-3 bulan 23 33.3 33.3 33.3

4-6 bulan 23 33.3 33.3 66.7

7-9 bulan 23 33.3 33.3 100.0

Total 69 100.0 100.0

graviditas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid primigravida 28 40.6 40.6 40.6

multigravida 41 59.4 59.4 100.0

Total 69 100.0 100.0

Statistics

tingkat kecemasan

N Valid 69

Missing 0

Mean 2.48

Median 2.00

Mode 2

Std. Deviation .609

Variance .371

Range 3

Minimum 1

Maximum 4

Sum 171

tingkat kecemasan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <6 tidak ada kecemasan 1 1.4 1.4 1.4

6-14 kecemasan ringan 37 53.6 53.6 55.1

15-29 kecemasan sedang 28 40.6 40.6 95.7

30-44 kecemasan berat 3 4.3 4.3 100.0


(5)

No Kegiatan

Febr-uari

Ma

-ret

Apr-il

Mei Juni Juli Agus

-tus

Septe-mber

Okto-ber

Nove-mber

Dese-mber

Janu-ari

1.

Penentuan Pembimbing

2.

Pengarahan mekanisme

bimbingan Proposal

3.

Pengajuan Judul Proposal

4.

Penyusunan proposal dan

proses bimbingan

5.

Survey awal diPuskesmas

Helvetia Medan

6.

Sidang proposal skripsi

7.

Perbaikan proposal

8.

Penelitian

9.

Pengolahan

data

10.

Proses

bimbingan

skripsi


(6)