√ Kesulitan m em buat suatu urutan prioritas dalam

√ Kesulitan m em buat suatu urutan prioritas dalam

redistribusi tanah baik karena banyak tuan tanah t id a k m em iliki b u r u h m a u p u n ka r en a , d en ga n p er u bah an d alam p en d aftar an , p ar a bu r u h tan i t er seb u t t er ca t a t seb a ga i or a n g ya n g d ilu a r kecamatan. Kasus-kasus semacam itu memunculkan pertentangan sengit antara tuan tanah dengan buruh tani atau di antara sesama buruh tani sendiri, yang kemudian, seringkali berujung pada pertengkaran di an tara berbagai organ isasi politik (dikutip dalam Utrecht 1969:79).

Land reform menjadi kerangka pertarungan kelas di pedesaan J awa, Bali, dan sejumlah tempat di Sumatera, termasuk melalui apa yang disebut “aksi-aksi sepihak”, dan para tuan tanah yang bertindak m em pertahankan diri secara politik karena posisi kelas mereka yang terancam (Wertheim 1969:14; untuk beberapa contoh konkret dari konflik antara tuan tanah dan petani, lihat Utrecht 1969; Lyon 1970).

H in gga a kh ir n ya p r ogr a m la n d r efor m seca r a m en geju t kan ber h en t i d i akh ir t ah u n 19 6 5. Sebu ah manuver yang diorganisir oleh sejumlah elite militer dan elite PKI yang dimulai dengan menculik dan membunuh

54 Land Reform Dari Masa Ke Masa sejumlah jenderal angkatan darat pada tanggal 30 Sep-

tem ber 1965, ternyata telah m enyediakan m om entum untuk pimpinan angkatan darat yang dipimpin oleh Mayor J enderal Suharto untuk menyatukan kekuatan-kekuatan anti-komunis hingga berhasil melarang keberadaan PKI

d an or gan isasi on d er bou w n ya, ajar an n ya, ter m asu k memusnahkan orang-orang komunis, dan yang dituduh komunis, dengan cara pembunuhan sistematis terhadap lebih dari lima ratus ribu hingga sejuta orang komunis di pedesaan J awa, dan juga di Bali serta beberapa bagian Sumatera dan Nusa Tenggara (Cribb 1990, 2001, 2002). Pem b a n t a ia n in i m er u p a ka n ger a ka n p u n ca k d a r i ket ega n ga n -ket ega n ga n kela s d i p ed esa a n , ya n g sebagaim an a disebut sebelum n ya telah diin ten sifkan

d en ga n p en er a p a n p r ogr a m la n d r efor m . H a l in i kemudian dilanjutkan dengan penahanan dan penyiksaan ratusan ribu pemimpin komunis tanpa proses pengadilan.

H an tam an terakhir adalah un tuk m en yin gkirkan Sukarno m elalui sebuah keputusan resm i dari Majelis Permusyawarakatan Rakyat Sementara (MPRS) di tahun

1967, 44 dan penunjukkan Jenderal Suharto sebagai Presiden Indonesia. 45 Seorang sejarawan Indonesia baru-baru ini berpendapat bahwa proses-proses ini merupakan bagian dari

44 Kem udian Sukar n o ditah an oleh r ejim Suh ar to sam pai ia m en in ggal di tah un 1970 .

45 Kudeta dan pem bun uh an tersebut m erupakan dua kejadian politik yan g palin g m isterius di In don esia. Selam a kediktatoran

Suharto (1967- 1998) pembicaraan dan penelitian terbuka mengenai kudeta dan pem bun uh an ter sebut dilar an g. Rejim h an ya m en gijin kan sebu ah ver si sejar ah r esm i. Bu ku bacaan , film , monumen, museum, dan upacara tahunan menyebar- luaskan versi resm i secara berulan g-ulan g

Penelitian akademis dan penerbitan dari ilmuwan kritis asing disen sor . Adam (20 0 5) dan McGr egor (20 0 7) m em ber ikan penjelasan kritis terbaru mengenai cara-cara militer untuk membuat dan m en yebarkan versi resm i yan g terbukti m en yesatkan .

55 “kudeta merangkak” yang didukung oleh Central Inteligence

Kebangkitan dan Kejatuhan Land Reform 1960-1965

Agency (CIA), Dinas Rahasia Amerika Serikat (Wardaya 2007a, 2007b).

Di bawah pemerintahan J enderal Suharto, Menteri Urusan Agraria diperkecil m en jadi sebuah direktorat jenderal di bawah Menteri Dalam Negeri. Di tahun 1968, unit penelitian dari Direktorat Jenderal Agraria menerbitkan sebuah data mengenai hasil program redistribusi tanah sampai J uni 1968 dalam majalah resmi mereka, Penyuluh Land Reform dan Agraria seperti yang ditampilkan dalam Tabel 4 (Lihat juga Utrecht 1969:87). Dalam tabel tersebut diperlihatkan bahwa lebih dari 450 ribu hektar tanah telah diredistribusikan kepada lebih dari 500 ribu keluarga di J awa. Petan i pen erim a dari reform a agraria biasan ya mendapat kurang dari satu hektar. Menurut Utrecht angka- an gka in i “tidak bisa dian dalkan karen a an gka-an gka tersebut tidak memperhitungkan jumlah tanah yang telah diredistribusikan dan telah diambil alih kembali oleh pemilik lama secara terbuka dan tersembunyi” (1969:87, fn 28). White dan Wiradi (1979a:51) yang mempelajari daerah alir an su n gai Cim an u k, J awa Bar at , d an Ad iwilaga (1975:10 -11) yan g m em pelajari desa Cipam on gkolan , dataran tin ggi Ban dun g, J awa Barat, m en gkon firm asi bahwa tanah-tanah yang telah diredistribusikan diambil alih kembali oleh pemilik tanah yang lama.

56 Land Reform Dari Masa Ke Masa Apa yang terjadi kemudian adalah apa yang disebut

oleh Wer t h eim d en ga n su a t u “kon t r a -r evolu si” d i pedesaan, yang berarti:

para tuan tanah yang kaya telah mengambil kembali tanah m ereka, dan para pem im pin m iliter ikut serta

d a la m su a t u p en in d a sa n ya n g t a k ken a l a m p u n t er h a d a p m er eka ya n g b er n ia t m em b a n gkit ka n kem b a li ger a ka n a gr a r ia . Ten t a r a b er p a n gka t rendahan tak jarang ditunjuk dimana-mana menjadi kep ala d esa. Ket ika p er ju an gan kelas d ar i p et an i m iskin gagal, untuk waktu selanjutnya, adalah para pemilik tanah yang luas, yang didukung oleh kekuatan m iliter , secar a ter bu ka m en gobar kan per ju an gan kela s u n t u k m en gu ku h ka n kep en t in ga n m er eka (Wertheim 1969:15).

- VIII -