S etelah dilan tik m en jadi Presiden , Susilo Bam ban g

S etelah dilan tik m en jadi Presiden , Susilo Bam ban g

Yu d h yon o (SBY) m en ga get ka n p a r a a kt ivis d a n akad em isi yan g m em p r om osikan lan d r efor m , ser ta publik Indonesia secara um um , dengan m engeluarkan Peraturan Presiden No. 36/ 20 0 5 ten tan g Pen gadaan Tanah untuk Pem bangunan bagi Kepentingan Um um . Alih-alih hal ini menuai gelombang protes dari kalangan yang luas mulai dari aktivis gerakan sosial, komisioner Komnas HAM, tokoh organisasi kemasyarakatan seperti Nadhatul Ulama dan Muhamadiyah, aktivis mahasiswa,

hingga akademisi perguruan tinggi. 81 J oyo Winoto, yang

b a r u d ia n gka t m en ja d i Kep a la Ba d a n P er t a n a h a n Nasional (BPN) menghadapi tekanan dari protes-protes ini. Di awal masa kepemimpinannya di BPN, ia berhasil mendorong terbitnya Peraturan Presiden Perubahan atas Perpres No 36/ 20 0 5 ten tan g Pen gadaan Tan ah bagi Pelaksanaan Pem bangunan untuk Kepentingan Um um (Perpres No 65/ 20 0 6) yang terbit tanggal 5 J uni 20 0 6. Sela in b er h a sil m en u n ju kka n p r est a sin ya it u , ia kem u d ia n m a ju d en ga n m en ga gen d a ka n “Refor m a Agraria”. Win oto lah yan g m em pen garuhi bagaim an a P r esid en SBY m en ya t a ka n ke p u b lik kom it m en

81 Perpres ini kemudian berhasil diubahnya menjadi Perpres 65/ 2006 tentang Perubahan atas Perubahan atas Peraturan Presiden No. 36/

2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

102 Land Reform Dari Masa Ke Masa pem er in tah u n tu k m elaksan akan r ed istr ibu si tan ah ,

melalui pidato tahunan pada 31 J anuari 20 0 7. Beberapa

b u la n seb elu m n ya P r esid en m en yelen gga r a ka n pertemuan khusus antara Presiden SBY dengan Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang baru diangkat, J oyo Win ot o, Men t er i Keh u t an an M.S. Ka’ban d an Menteri Pertanian Anton Apriyantono mengenai usaha- u sa h a m en gu r a n gi p en ga n ggu r a n d a n m en ga t a si kemiskinan melalui apa yang kemudian disebut “Reforma

Agraria”. 82 Presiden telah pula menyelenggarakan Rapat Kabinet Terbatas khusus membahas “Reforma Agraria” itu. 83 Kemudian, BPN berhasil memasukan komponen- kom pon en kebijakan lan d reform ke dalam Ren can a Pem ban gun an J an gka Pan jan g 20 0 5-20 25 (Un dan g- undang No 17/ 20 0 7).

Sebagai Kepala BPN, Winoto melakukan berbagai usaha yang penting sebagai berikut (lihat Winoto 2005 a,b, 2006, 2007a,b,c, 2008, 2009): (a) Membuat dasar hukum baru untuk eksistensi dan tugas

pokok dan fungsi Badan pertanahan Nasional; 84 menetapan prinsip-prinsip baru kerja BPN 85 , pembaruan kelembagaan

82 “SBY Ter im a Men t a n , Men h u t d a n Kep a la BPN. Aka n Dikem ban gkan , Program Reform a Agraria”. 28 Septem ber 20 0 6.

Website resmi Presiden Republik Indonesia, Dr. H. Susilo Bambang Yu d h oyon o. h t t p :/ / www.p r esid en sb y.in fo/ in d ex.p h p / foku s/

20 0 6/ 0 9/ 28 / 10 77.h tm l. Last d own load ed on 3 Apr il 20 12. 83 “Rapat Terbatas Bahas Reforma Agraria.” 23 Mei 2007. Website

Resmi Sekretariat Negara Republik Indonesia. http:/ / www.setneg.go.id in dex.ph p?option =com _ con ten t&task=view&id=40 2&Item id=55. Last down loaded on 3 April 20 12.

84 Melalui Peraturan Presiden No. 10 / 20 0 6 ten tan g Badan Pertanahan Nasional (BPN).

85 Ap a yan g d ah u lu d isebu t “catu r ter tib p er tan ah an ” d igan ti m en ja d i em p a t p r in sip b a r u ya kn i: b a h wa Per t a n a h a n h a r u s

b er kon t r ib u si seca r a n ya t a u n t u k: 1) m en in gka t ka n keseja h t er a a n r a kya t d a n m ela h ir ka n su m b er -su m b er b a r u kem akm u r an r akyat; 2) tatan an keh id u pan ber sam a yan g lebih

Yang Disebut “Reforma Agraia” 2005-2009

atas organisasi BPN, termasuk memperbarui struktur organisasi BPN baru dengan mengembangkan deskripsi kerja yang baru untuk tiap posisi; menyelenggarakan “fit and property tests” untuk semua pejabat BPN (level

1, 2 &3) d i BPN Pu sat, Kan wil BPN, d an Kan tor Per t an ah an ; d an kem u d ian p d a t ah u n 20 0 6 memindahkan 6.338 dari 22.684 pejabat BPN ke posisi baru, atau sekitar 28 % seluruh pejabat BPN;

(b) Menyetop upaya revisi UUPA 1960 , dan sebaliknya

m em pergun akan UUPA 1960 sebagai dasar un tuk m en gagen d akan legislasi bar u r efor m a agr ar ia, term asuk Peraturan Pem erin tah ten tan g Reform a Agraria, dan Peraturan Pemerintah tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar;

(c) Mendesensitisasi kalangan pejabat pemerintahan dan

lembaga negara (militer, polisi, birokrasi hukum dan kem en t r ian ) t er h ad ap lan d r efor m , agar t id ak m em peroleh asosiasi politik yang negatif, m isalnya “reforma agraria” dipersepsi sebagai agenda komunis yan g ber bah aya, d an sebalikn ya m en an am d an m en gem ban gkan p em ah am an bah wa “Refor m a Agr ar ia sebagai Man d at Kon st it u si, H u ku m d an Politik”;

(d) Mempopulerkan rumus “Reforma Agraria = Asset Re-

form + Access Reform”, yang berarti redistribusi tanah yan g disertai den gan segala m acam asisten si dan fasilitasi untuk meningkatkan akses penerima tanah

berkeadilan dalam kaitan n ya den gan pem an faatan , pen ggun aan , p en gu a sa a n d a n p em ilika n t a n a h ; 3) m en ja m in keb er la n ju t a n sistem kem asyar akatan , keban gsaan d an ken egar aan In d on esia

d en ga n m em b er ika n a kses selu a s-lu a sn ya p a d a gen er a si a ka n datan g pada sum ber-sum ber ekon om i m asyarakat-tan ah ; dan 4) m en cip t a ka n t a t a n a n keh id u p a n b er sa m a seca r a h a r m on is den gan m en gatasi ber bagai sen gketa dan kon flik per tan ah an di seluruh tan ah air dan m en ata sistem pen gelolaan yan g tidak lagi m elah irkan sen gketa dan kon flik di kem udian h ari.

104 Land Reform Dari Masa Ke Masa redistribusi pada input-input pertanian, kredit, teknologi

tata-gu n a tan ah d an per tan ian , pem asar an , d an berbagai asistensi teknis lain, agar membuat tanah yang diredistribusikan menjadi produktif, menguntungkan, dan dapat dikelola secara berkelanjutan.

(e) m eran can g dan m en jalan kan Program Pem baruan Agr ar ia Nasion al (PPAN), yan g m en gagen d akan redistribusi tanah pada tiga jenis objek, yakni

(i) 1,1 juta hektar dari berbagai tipe “tanah negara” yang secara langsung berada di bawah jurisdiksi BPN; (ii) 8 ,15 juta hektar tan ah dalam kategori ”hutan konversi”, bagian dari kawasan hutan yang dapat dikeluarkan dari kawasan hutan untuk tujuan non- kehutan an , di bawah J urisdiksi Departem en Kehutanan; dan

(iii) lebih dari 7 juta hektar “tanah-tanah terlantar” yang berada di bawah jurisdiksi BPN (Winoto 2008:52).

“Reforma Agraria” yang diagendakan di atas tidak akan berhasil hanya dengan m engandalkan kerja BPN saja. Misalnya: pengadaan tanah seluas 8,15 juta hektar yang berasal dari kawasan hutan yang dapat dikonversi itu memerlukan keputusan Menteri Kehutanan; asistensi teknis dan inovasi pertanian bagi para petani penerima objek lan d r efor m ten tu m em er lu kan ker jasam a er at d ar i Departem en Pertan ian ; dem ikian pula haln ya den gan kerjasama dengan pemerintah daerah dalam memberikan p er t im ban gan m an a-m an a t an ah yan g p er lu diredistribusikan dan siapa-siapa yang diusulkan menjadi penerima tanah yang diredistribusikan.

Pad a ken yat aan ya sep an jan g 20 0 5-20 0 9 , kerjasama badan pemerintahan lintas sektoral itu tidak terjadi secara sinergis untuk mewujudkan land reform yang berhasil. Masing-masing badan pemerintahan memiliki dan terus memelihara apa yang dikenal di kalangan pejabat

105 p em er in tah In d on esia sebagai “ego sektor al”, su atu

Yang Disebut “Reforma Agraia” 2005-2009

kecenderungan dari suatu badan pemerintah untuk hanya memenuhi kepentingan lembaga/ sektornya sendiri-sendiri tanpa peduli dengan kepentingan lembaga/ sektor lainnya. Yan g juga tidak terjadi adalah upaya yan g serius dan berhasil dalam mengkoordinasikan dan mensinkronkan kep en t in gan yan g ber bed a-bed a d ar i bad an -bad an p em er in t ah an p u sat . Yan g t er jad i ad alah Pr esid en membiarkan tiap badan pemerintahan pusat melanjutkan kep en t in gan sekt or aln ya. Ket iad aan kep em im p in an langsung SBY dalam kebijakan land reform membuka jalan bagi berlanjutnya sektoralisme badan-badan pemerintah it u , t er u t am a h u bu n gan kelem bagaan an t ar a BPN, Departemen Kehutanan, dan Departemen Pertanian.

Karena kepentingan sektoralnya lah, maka agenda redistribusi tanah 8,15 juta hektar – berupa tanah-tanah n egar a yan g ber ad a d alam “Kawasan H u t an ” yan g tergolong Hutan Produksi Konversi (HPK) yang terletak di 474 lokasi di 17 propinsi – tak berjalan. Menurut buku J oyo Winoto 2008 Tanah untuk Rakyat merujuk pada Laporan Persiapan Pelaksanaan PPAN BPN 2007, dari keseluruhan Hutan Produksi Konversi (HPK) yang berjumlah 22.140.199

ha, didalam nya telah dikuasai m asyarakat lokal seluas

13.411.025 hektar, lebih dari 60 persen (Winoto 2008:56). 86

86 BPN m em buat asesm en t ten tan g tan ah -tan ah yan g secar a potensial akan m enjadi sasaran PPAN (lih at Winoto 20 0 8 :51-57).

Dalam menanggapi permintaan yang dikemukakan oleh sekelompok aktivis LSM, dan juga dalam ceram ah yan g disam paikan di Balai Sen at Un iver sitas, Un iver sitas Gajah Mada, pada 22/ 11/ 20 0 7, Kepala BPN menyebutkan bahwa detil data dan peta 8.15 juta hektar tan ah h utan kon versi itu tidak akan diedarkan un tuk m en cegah kontroversi. Winoto m eyakinkan para aktivis bahwa BPN m em iliki data dan peta digital m asin g-m asin g lokasi. (Keteran gan Win oto dalam pertem uan dengan para aktivis LSM di J akarta, 2/ 5/ 20 0 8). Seorang pejabat BPN m em perlihatkan pen ulis sebuah buku tebal,

106 Land Reform Dari Masa Ke Masa Nam un , Kem en terian Keh utan an sebagai pih ak yan g

b er wen a n g m en gu a sa i ka wa sa n it u m en ola k. 87 Kehutan an tetap m em pertahan kan diri sebagai ‘tuan tanah negara’ terbesar, m elalui penguasaan sekitar 70 wilayah Republik Indonesia atas “Kawasan Hutan. 88

Di dalam Kementerian Kehutanan masalah hak-hak rakyat atas tanah di wilayah yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan sebagai bagian dari “Kawasan Hutan” menjadi m asalah yan g kr on is sebagai akibat d ar i t er u s dipergunakannya semacam prinsip “dom ein verklaring” yang diperluas, dimana ditetapkan bahwa di dalam wilayah yang ditetapkan sebagai “kawasan hutan” hanya ada satu kepemilikan tunggal, yakni milik Negara. Hal ini didasarkan pada UU Kehutanan No. 5/ 1967, yang dilanjutkan dengan UU Keh u tan an No. 41/ 1999. Kon sep p olitik h u ku m “Kawasan H u t an ”, d im an a h u t an d it en t u kan bu kan berdasarkan fungsi ekologisnya, melainkan berdasarkan penetapan suatu wilayah sebagai “kawasan hutan” oleh Menteri Kehutanan. Masalah ini berlanjut menjadi konflik

sekitar 10 0 halaman, di dalamnya terkandung versi cetak dari data dan peta-peta term aksud (wawancara di bulan Novem ber 20 0 7).

87 Dalam suatu diskusi di Pusat Kajian Agraria - IPB, pada tanggal 19 Mei 20 0 8 , pejabat Badan Plan ologi Depar tem en Keh utan an

m em per soalkan car a bagaim an a BPN m en gh asilkan dan m en ggun akan data itu. Keteran gan yan g diberikan oleh seoran g pejabat tin ggi BPN pun , dalam wawan cara den gan pen ulis pada

19 J u n i 2 0 0 9 m en gkon fir m a si b a h wa b elu m a d a p er u b a h a n yan g berarti dalam h ubun gan kom un ikasi dan kordin asi den gan Dep ar t em en Keh u t an an m en gen ai agen d a t er sebu t .

88 Kita m engetahui dari studi Arnoldo Contreras-Herm osilla dan Chip Fay (20 0 5), bahw a tidak sem ua klaim itu telah absah secara

h ukum adm in istr asi. Men ur ut studi itu klaim Depar tm en Keh utan an dalam m en guasai kawasan h utan selur uh In don esia seluas 120,353,104 hektar didasarkan pada penunjukan oleh Menteri Keh utan an , dan h in gga awal tah un 20 0 5 h an ya 12 juta h ektar atau 10 persen saja yang telah dikukuhkan dengan memiliki Berita Acara Tata Batas (Contreras-Herm osilla dan Cip Fay 20 0 5:11.

107 tatkala kriminalisasi atas akses rakyat yang hidup di dalam

Yang Disebut “Reforma Agraia” 2005-2009

atau sekitar kawasan hutan diaktualkan melalui tindakan- tindakan represif oleh aparatur negara, atau juga melalui pengerahan paramiliter.

Berbagai ragam bentuk kebijakan perhutanan sosial (Social Forestry), seperti Hutan Kemasyarakatan (HKM), Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), Hutan Desa, Hutan Tanaman Rakyat, dan Hutan Adat, adalah suatu pengaturan hak dan kewajiban pemanfaatan suatu bidang dalam “kawasan hutan” tertentu pada periode waktu tertentu saja. Hak milik atas bidang dalam “kawasan hutan” itu tetap berada di Kementerian Kehutanan. Bentuk-bentuk perhutanan sosial ini tidak menyelesaikan masalah tenurial dalam kawasan hutan. Dengan mengemukakan agenda pengakuan kedaulatan masyarakat adat, berbagai organisasi gerakan sosial pedesaan, seperti Aliansi Masyarakat Adat Nu san tar a (AMAN) dan or n op-or n op agr ar ia dan lingkungan hidup menantang klaim Departemen Kehutanan ini. Mereka menolak wilayah masyarakat adat dimasukkan dalam “Kawasan Hutan”, baik itu Hutan Produksi dan Pr oduksi Ter batas, H utan Lin dun g, m aupun H utan Konservasi. Baru-baru ini dilansir oleh suatu koalisi organsiasi masyarakat sipil, sebuah dokumen “Menuju Kepastian dan Keadilan Tenurial, Pandangan Kelompok Masyarakat Sipil In don esia Ten tan g Pr in sip, Pr asyar at dan Lan gkah Mereformasi Kebijakan Penguasaan Tanah dan Kawasan Hutan di Indonesia”, yang di antaranya mengusulkan untuk menyelesaikan status hukum 31.957 desa yang berada di dalam, atau tumpang tindih dengan, kawasan hutan; dan menurut sumber BPS dan Departemen Kehutanan (2007), 71,06% dari desa desa tersebut menggantungkan hidupnya dari sumber daya hutan (hal 6-7). 89

89 31.957 desa dari 72.8 16 desa seluruh Indonesia sam a dengan

108 Land Reform Dari Masa Ke Masa Kem enterian Pertanian pun m em isahkan diri dari

k e r a n gk a “Re fo r m a Agr a r ia ” t e r s e b u t . Alih - a lih m enyokong segala upaya asistensi teknis pertanian dan k r e d it u n t u k p a r a p e n e r im a t a n a h - t a n a h ya n g diredistribusi (land reform beneficiaries), Kem enterian P e r t a n ia n m e m fa s ilit a s i p e r u s a h a a n - p e r u s a h a a n r a k s a s a b e k e r ja m e n ge m b a n gk a n f o o d es t a t e d i s e ju m la h t e m p a t , t e r m a s u k ya n g p a lin g lu a s d i kabupaten Merauke (pada m ulanya diharapkan sekitar 1,2 ju ta h ektar , tap i kem u d ian p em er in tah p r op in si M e r a u k e m e n ye t u ju i 50 0 ,0 0 0 h e k t a r ) ( lih a t Pem erintah Republik Indonesia 20 10 ). Hal ini tak lain adalah bagian dari global land grabbing yang m elayani k e p e n t in ga n p e r u s a h a a n - p e r u s a h a a n r a k s a s a m e la k u k a n a k u m u la s i m o d a l m e la lu i p e n cip t a a n keuntungan (Lihat Zakaria et al 20 10 , Ito et al 20 11). Tanpa m engaitkan dengan kerangka Reform a Agraria, Kem enterian Pertanian c.q. Dirjen Pengelolaan Lahan

d a n Air , m em p r ogr a m ka n p em b u a t a n Ra n ca n ga n Undang-udang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelan jutan , bekerja bersam a Badan Legislasi DPR RI, yan g d iaju kan an tar a lain u n tu k m en gen d alikan la ju a lih fu n gsi la h a n p er t a n ia n ke n on p er t a n ia n . Men urut Naskah Akadem ik RUU itu, selam a periode

19 79 - 19 9 9 , k o n ve r s i la h a n s a wa h d i I n d o n e s ia m encapai 1.627.514 Ha atau 8 1.376 ha/ tahun. Khusus un tuk kon versi lahan sawah, 1.0 0 2.0 0 5 H a (61,57 %) atau 50 .10 0 H a/ tah un terjadi di J awa, sedan gkan di luar J awa m encapai sekitar 625.459 Ha (38 ,43 %) atau 31.273 H a/ tahun .

43,8 8 %. Dar i ju m lah in i, ad a 19.410 d i an tar an ya atau 26,656 % d a r i selu r u h d esa d i I n d on esia . Su m b er d a t a n ya a d a la h Departem ent Kehutanan dan Badan Pusat Statistik (20 0 7). Lihat pula Departem en t Kehutan an dan Badan Pusat Statistik (20 0 9).

Yang Disebut “Reforma Agraia” 2005-2009

J adi, dilihat dari proses kebijakan land reform 2006-

20 0 9 nyata jelas bahwa BPN, Kementerian Kehutanan,

d a n Kem en t er ia n Per t a n ia n a d a la h b a d a n -b a d a n pemerintah tidak ter(di)kordinasi dan ter(di)sinkronisasi satu sama lainnya. Mereka masih merupakan aktor-aktor yang bertindak dengan aturan kelembagaannya sendiri- sendiri, untuk kepentingan sektornya sendiri-sendiri, atau m ela ya n i kep en t in ga n p ih a k la in n ya , d a n ju ga m em er a n ka n d ir i seb a ga i a r en a d im a n a b er b a ga i kekuatan sosial saling memperjuangkan kepentingannya m asing-m asing.

Selain dari Kem enterian Kehutanan dan Pertanian,

h am bat an u t am a lain n ya ad alah t id ak d iset u ju in ya u su lan BPN u n t u k m em ben t u k Lem baga Pen gelola Refor m a Agr ar ia, su at u bad an ot or it a kh u su s yan g m en gu r u s sega la sesu a t u b er ken a a n d en ga n u p a ya m erencanakan hingga m em berdayakan para penerim a tan ah objek lan d reform dan m en jam in tan ah -tan ah yang diredistribusikan itu produktif dan dikelola secara

b e r la n ju t a n . N a m u n , p e m b e n t u k a n Ba d a n ya n g dian can gkan berben tuk “Badan Layan an Um um ” in i, yakni suatu jenis badan usaha pem erintah yang tidak

d it u ju kan u n t u k kep en t in gan p r ofit , t id ak ber h asil m em p er oleh ot or isa si d a r i Dep a r t em en Keu a n ga n seh u bu n gan d en gan keh ar u san u n tu k m en u n ju kkan bahwa badan ini tidak akan terus-m enerus bergantung p ad a d an a APBN, m elain kan san ggu p secar a ter u s- m en erus h idup dari perputaran uan g yan g berm ula dari m odal awal yang diberikan pem erintah.

BPN d i bawah kep em im p in an J oyo Win ot o m em ast ikan t er sed ian ya su m ber t an ah bar u u n t u k diredistribusikan, yakni apa yang tergolong “tanah-tanah terlantar”, yakni tanah yang sudah diberikan hak oleh Negara berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, dan Hak Pengelolaan, atau dasar

Land Reform Dari Masa Ke Masa

pen guasaan atas tan ah yan g tidak diusah akan , tidak dipergunakan, atau tidak dim anfaatkan sesuai dengan keadaannya atau sifat dan tujuan pem berian hak atau dasar penguasaannya. Hasil identifikasi BPN luasan “tanah terlantar” tersebut mencapai 7.386.289 hektar” (lihat table 9). Untuk melakukan pengambilalihan keseluruhan “tanah

terlantar” ini, diperlukan suatu peraturan pemerintah baru, yang pada gilirannya m enjadi PP No. 11/ 20 10 tentang Penertiban dan Pendayaguaan Tanah Terlantar.

Yang kemudian secara praktis diandalkan oleh BPN

20 5-20 0 9 adalah m elakukan legalisasi aset tanah yang telah dikuasai, dipergunakan dan dimanfaatkan rakyat, namun status hukum dari tanah tersebut adalah “Tanah Negara”. J enis legalisasi ini disebut secara resmi dalam kategori kerja BPN sebagai “Distribusi Tanah”. Luasan “Tanah Negara” ini yang disasar oleh legalisasi asset tanah melalui jalur redistribusi ini adalah 1,1 juta hektar. J umlah sertifikat tanah yang dihasikan melalui jalur redistribusi tanah ini sepanjang tahun 2005, 2006, 2007, dan 2008, secara berturut-turut adalah 5.0 0 0 , 4.70 0 , 74.90 0 , dan 332.935 sertifikat.

Yang Disebut “Reforma Agraia” 2005-2009

Selain jalur “redistribusi tanah”, BPN memiliki jalur- jalur lain dalam legalisasi asset tanah, yakni PRONA (Proyek Nasion al Agraria), dan P4T (Pen guasaan , Pem ilikan , Penggunaan dan. Pemanfaatan Tanah). Dalam legalisasi aset tanah, BPN di bawah kepemimpinan Joyo Winoto, telah menunjukkan prestasinya yang mengagumkan. J umlah bidan g tan ah yan g dilayan in ya m elalui berbagai jen is layanan m eningkat sangat tajam (lihat tabel 10 ). Masa seb elu m kep em im p in a n n ya d i t a h u n 20 0 4 , ju m la h

b id a n g t a n a h ya n g d ilega lis a s i h a n ya la h 2 6 9 .9 0 2 bidang. Di tahun 20 0 8 jum lahnya m encapai 2.172.50 7, lebih dari 8 0 0 persen dibanding tahun 20 0 4 itu. Bila

d itam bah d en gan bid an g yan g d ibiayai sen d ir i oleh p er or a n ga n , kelom p ok m a u p u n b a d a n u sa h a m a ka jum lahnya m encapai 4.627.0 39 bidang. Sepanjang lim a t ah u n belakan gan , BPN t elah m elaku kan p en at aan kelem b a ga a n , p er a m p in ga n p r osed u r , p en in gka t a n

a lo k a s i AP BN h in gga le b ih d a r i 50 0 %, d a n m e m p e r b a n ya k b id a n g t a n a h ya g d is e r t ifik a t k a n m elalui berbagai skem a yang secara adm inistrasi diberi n am a PRONA (Proyek Nasion al Agraria), redistribusi tan ah, dan P4T (Pen guasaan , Pem ilikan , Pen ggun aan

d a n . P e m a n fa a t a n Ta n a h ) . Se la in it u , BP N ju ga m em bu at ter obosan bar u yan g d iber in am a Lar asita (La ya n a n Ra kya t Un t u k Ser t ifika si Ta n a h ) b er u p a perluasan daya jangkau pelayanan kantor pertanahan m elalui kantor bergerak (m obile land service), dengan m obil, sepeda m otor m aupun perahu, serta tekn ologi inform atika dan kom unikasi. Hingga tahun 20 0 9, BPN m en gklaim sudah 60 persen wilayah In don esia telah

d ap at d ijan gkau oleh kan tor ber ger ak in i. Ber bagai p er u b a h a n it u b er u ju n g p a d a p er cep a t a n la ya n a n p em er in tah sed em ikian r u p a seh in gga d ip er kir akan

h a n ya d ip er lu ka n wa kt u d ela p a n b ela s t a h u n sa ja untuk m elegalisasi seluruh bidang tanah di Indonesia,

Land Reform Dari Masa Ke Masa

sem en t ar a it u t an p a kesem u an ya d ip er lu kan wakt u seratus sepuluh tahun! 90

Klaim-klaim keberhasilan yang diutarakan ke publik itu menjadi bahan debat para aktivis dan akademisi yang m en gikuti m usyawarah n asion al kelim a Kon sorsium Pem b a r u a n Agr a r ia (KPA), d i Bogor u n t u k p er t a n ggu n gja wa b a n m a n d a t ya n g d ib er ika n p a d a kep em im p in a n KPA t iga t a h u n seb elu m n ya , u n t u k m en et a p ka n sa sa r a n d a n p r ogr a m st r a t egis, d a n sekaligus untuk menetapkan kepemimpinan tiga tahun

yan g akan datan g 91 .

Dalam siaran persnya tanggal 3 Juli 2009, Sekretaris J enderal KPA yang baru terpilih, Idham Arshad menilai “adalah keliru jika Pemerintahan SBY menganggap dirinya telah m enjalankan program pertanahan untuk rakyat, apalagi m en jalan kan Refor m a Agr ar ia (Pem bar uan Agraria)”. Selanjutnya ia menekankan,

“(K)enyataannya, program ini telah m enyeret petani ya n g b er t a n a h kecil sem a kin cep a t keh ila n ga n tan ah n ya, kar en a tan ah ter sebu t sem akin m u d ah

d iju al at au d iagu n kan kep ad a p er ban kan . Dalam keadaan bertanah sempit dan situasi makro ekonomi yang tidak berpihak kepada petani, m aka sertifikasi

90 Klaim -klaim keberhasilan yang spektakuler itu adalah bagian utam a dari iklan satu halam an “Pertanahan untuk Rakyat. Bukan

Om ong Kosong” dari Tim Sukses pasangan Calon Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) di Koran Media Indonesia tanggal 24 J uni 2009, dan sajian Kepala BPN dalam acara Save Our Nation di MetroTV pada Rabu, 15 J uli 20 0 9, pukul 22.0 0 – 23.0 0 WIB dan disiarkan ulang pada Senin, 20 J uli 20 0 9, pukul 16.0 0 – 17.0 0 WIB.

91 Klaim keberhasilan itu ditanggapi secara kritis oleh eksponen KPA, jar in gan n asion al or gan isasi n on -p em er in t ah yan g sejak

tah un 1995 secara lan tan g m en yam paikan kritik terh adap Lan d A d m in ist r a t ion Pr oject ya n g d ib ia ya i oleh d a n a h u t a n g Ba n k Du n ia d a n h ib a h d a r i AUSAI D (lih a t b a b X “P em b en t u ka n Keb ija ka n , P en gelola a n d a n Ad m in ist r a si P er t a n a h a n P r o- P a sa r ”).

113 p er t a n a h a n … t a n p a d id a h u lu i oleh P em b a r u a n

Yang Disebut “Reforma Agraia” 2005-2009

Agr a r ia a d a la h a la t sist em a t is ya n g ju st r u m enjerum uskan tanah petani sem akin cepat terjual

d a n ja t u h kep a d a p em od a l b esa r , seh in gga ket im p a n ga n t a n a h p u n sem a kin leb a r . I t u la h seb a b n ya t a n a h p er t a n ia n seka r a n g in i sem a kin

b a n ya k d im iliki oleh kelom p ok n on p et a n i ya n g tinggal di kota, sementara petani gurem telah menjadi buruh tani.”

Perlu ditegaskan disini bahwa sejatinya, legalisasi aset tan ah yan g diprom osikan oleh BPN in i, bukan han ya ber sesu aian d en gan yan g d ir an can g oleh r efor m asi kebijakan, manajemen, dan administrasi pertanahan yang dilancarkan oleh Bank Dunia dalam rangka mempercepat pembentukan pasar tanah. Lebih dari itu, keberhasilan mengkerangkakan “redistribusi tanah” sebagai satu skema dari legalisasi aset tanah m enunjukkan dukungan atas rejim kebijakan (policy regim e) yang bertujuan untuk m em p er cep at p em ben t u kan p asar t an ah , yan g dipromosikan oleh Bank Dunia sejak 1995 melalui Land Adm inistration Project . Pergeseran dari agenda redistributif m en jad i agen d a legalisasi aset t an ah in i lah yan g memprovokasi sejumlah kalangan aktivis agraria untuk meluncurkan kritik yang tajam bahwa yang dijalankan oleh BPN itu adalah suatu bentuk “Reform a Agraria Palsu” (lihat: Konsorsium Pem baruan Agraria 20 0 9, Federasi Serikat Petani Indonesia 2009. Lihat pula: Bachriadi 2007).

Land Reform Dari Masa Ke Masa

- XIII -