berdasarkan penarikan retribusi dari perdaganganusahajasa dan permukiman dari willingness to pay masyarakat adalah 58,62. Hal ini ternyata belum sesuai
dengan ketentuan dari SNI Departemen PU yaitu 80 dibiayai dari pendapatan retribusi dan 20 dari pemerintah daerah.
4.5.2 Potensi Pendapatan dalam Pembiayaan Pengelolaan Sampah
Retribusi bukan satu-satunya pendapatan dalam pembiayaan pengelolaan sampah, ada beberapa usaha lain dalam meningkatkan pendapatan dari
pengelolaan sampah, misalkan dengan usaha daur ulang dan pengkomposan. Selain itu pendapatan dari pengelolaan sampah bisa didapatkan dari pengelolaan
Tempat Pembuangan Akhir Sampah secara terpadu untuk menghasilkan energi listrik seperti atau dengan menggunakan mesin SiPeSat Mobile Crusher.
Adapun konsep – konsep dalam pengelolaan sampah semakin berkembang seiring dengan perkembangan teknologi, seperti di negara – negara berkembang di Asia
maupun di Afrika, serta negara – negara maju di Eropa dan Amerika. Saking tingginya nilai ekonomis sampah, di Belanda industri kompos membuat jalur jalan
kereta api sendiri dan tidak lagi menggunakan angkutan truk seperti di Jakarta. Hal ini mengindikasikan betapa ekonomisnya bisnis persampahan.
Dari Tabel IV.10 dapat dilihat beberapa best practice pengelolaan sampah, yang memperlihatkan bahwa pembiayaan pengelolaan sampah tidak hanya didapatkan
dari penarikan retribusi, agar dapat mencapai self finance.
TABEL. IV.9 KEMUNGKINAN PENERAPANADAPTASI BEST PRACTICE DALAM
PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA BREBES
No Best Practice
Keterangan 1 SARBAGITA
- Tidak dapat dilaksanakan di Kota Brebes, karena biaya
investasi terlalu besar yaitu US 20 juta -
Perlu adanya investor yang bersedia menginvestasikan dananya dalam pengelolaan sampah di Kota Brebes
- Tidak dapat dilaksanakan di Kota Brebes, karena
membutuhkan volume sampah yang besar untuk dapat membangkitkan listrik, sedangkan di Kota Brebes volume
sampah hanya hanya 225 m3hari
- Membutuhkan biaya dan lokasi TPA yang memadai, volume
sampah yang dikelola, maka perlu adanya kerjasama regional joint management antar kabupatenkota yang ada di sekitar
Kota Brebes
2 SiPeSat Mobile Crusher -
Belum bisa dilaksanakan karena membutuhkan biaya yang cukup besar untuk pengadaan SiPeSat mobile crusher
- Belum bisa dilaksanakan karena volume sampah di Kota
Brebes belum mencukupi apabila diperhitungkan dengan kebutuhan volume sampah yang harus dicacah.
- Perlu adanya peran serta swastainvestor yang bersedia
menginvestasikan dananya dalam pepengelolaan sampah di Kota Brebes dengan menggunakan SiPeSat ini.
- Membutuhkan Kerjasama regional joint management dengan
kabupatenkota sekitar Kota Brebes, untuk mengelola sampah bersama.
3 -
Pengelolaan Sampah di Kota Semarang
Bisa dilaksanakan dengan memberikan sebagian wewenang dan tanggungjawab pengelolaan sampah di tingkat
pengumpulan pada pihak kelurahandesa, sehingga tanggung jawab terhadap teknik operasional di lapangan menjadi
wewenang dan tanggungjawab kelurahandesa.
- Penarikan retribusi akan lebih optimal ditarik oleh
kelurahandesa, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dari retribusi sampah.
- Penyewaan kontainer di daerah komersialniaga khusus dapat
dilaksanakan di Kota Brebes, retribusi masuk TPA untuk sampah per m3 dan jasa angkutan sampah per m3. Hal ini
akan menambah pendapatan dari pengelolaan sampah.
4 Briquetting di Nairobi -
Tidak bisa dilaksanakan karena kecenderungan masyarakat Indonesia umumnya dan Kota Brebes khususnya yang lebih
banyak menggunakan bahan bakar minyak tanah atau kayu bakar, hal ini akan sulit dalam memasarkan briket sampah.
- Membutuhkan Kerjasama regional joint management dengan
kabupatenkota sekitar Kota Brebes, untuk mengelola sampah bersama.
Sumber, Hasil analisis, 2006
Akan tetapi pendapatan pengelolaan sampah bukan hanya diperoleh dari retribusi saja, melainkan bisa diperoleh dari usaha-usaha lain dari pengelolaan sampah
secara terpadu. Tetapi sistem pengelolaan sampah tersebut tidak semuanya dapat dilaksanakan di Kota Brebes, karena keterbatasan-keterbatasan yang ada akan
menghambat sistem tersebut untuk bisa dilaksanakan.
4.5.3 Peluang Peningkatan Kemampuan Pembiayaan