Pada umumnya barang bekas yang dikumpulkan para pemulung dijual kepada pengepul barang-barang rongsokan yang banyak tersebar di Kota Brebes,
untuk diolah menjadi barang jadi, seperti : •
Drum bekas dan kaleng bekas sebagai bahan baku pembuatan kompor, tempat sampah dan pot bunga;
• Ban bekas dibuat menjadi tong sampah dan pot bunga ;
• Botol, plastik, kertas koran dan besi dijual kepada pabrik yang mengerjakan
daur ulang material tersebut.
4.7.3 Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah
Esensi yang paling utama dari sistem ini ialah harus berbasis pada masyarakat, karena masyarakatlah sebagai produsen sampah dan masyarakat pula
yang akan menikmati lingkungan bersih dan higienis bila persoalan sampah bisa ditangani secara baik. Peran serta masyarakat merupakan salah satu unsur penting
dalam sistem pengelolaan sampah, karena tanpa peran serta masyarakat maka pengelolaan sampah tidak dapat dilaksanakan secara optimal. Sistem pengelolaan
persampahan yang sudah ada selama ini ialah melalui Dinas PU yang mengangkut sampah dari TPS-TPS menuju TPA. Sementara masyarakat, dari
sistem yang sedang berjalan, membayar sejumlah uang kepada tukang angkutpembawa kereta dorong sampah yang mengambil sampah ke rumah-rumah
untuk dibawa ke TPS maupun Transfer depo. Sistem ini dianggap belum optimal, karena keterbatasan daya angkut sampah yang dimiliki oleh Dinas PU , sehingga
tidak semua sampah bisa terangkut habis. Kelemahan ini juga ditambah dengan
lemahnya penerapan Peraturan Daerah yang lemah serta disiplin masyarakat yang kurang menunjang.
Oleh karena itu, sistem ini akan diintegrasikan kedalam sistem yang baru, dalam sistem baru nanti, berbagai potensi kelembagaan dipacu untuk aktif
berperan dan juga sekaligus mengawasi. Potensi yang dimiliki masyarakat di sekolah-sekolah, Kelurahan dan Desa termasuk RT dan RW, swasta atau pelaku
bisnis, serta dukungan pemerintah.
GAMBAR 4.9
Sumber, PKP2A I, LAN, 2004
GAMBAR 4.4 BAGAN ALUR PENGELOLAAN SAMPAH YANG BERBASIS
MASYARAKAT
4.7.4 Peran Swasta sebagai Produsen
Kendala dalam proses mendaur ulang recycle adalah kebanyakan produk yang dihasilkan produsen belum dirancang untuk dapat didaur ulang jika
sudah tidak terpakai lagi. Penyebabnya adalah karena selama ini para pengusaha
tidak tertarik karena dianggap bukan hal yang menarik dalam melakukan proses tersebut. Perluasan tanggung jawab produsen extended producer responsibility-
EPR adalah suatu pendekatan kebijakan yang meminta produsen menggunakan kembali produk-produk dan kemasannya. Kebijakan ini memberikan insentif
kepada mereka untuk mendesain ulang produk mereka agar memungkinkan untuk di daur ulang, tanpa material-material yang berbahaya dan beracun. Namun
demikian EPR tidak selalu dapat dilaksanakan atau dipraktekkan, mungkin baru sesuai dengan kasus pelarangan terhadap material-material yang berbahaya dan
beracun. Salah satu alternatif pemecahan masalah terhadap swasta sebagai
produsen adalah penerapan larangan penggunaan produk yang tidak bisa dirancang untuk daur ulang, pemilahan sampah hasil industri dan melakukan
proses daur ulang maupun composting. Jika dikelola secara baik dan professional, usaha yang berbasis sampah sesungguhnya memiliki potensi yang cukup
menjanjikan. Komponen utama dari pertanian organik adalah pupuk kompos. Kalau sebidang tanah dikompos dengan baik, tanah akan menjadi sehat. Kalau
kelebihan air, tanah berkompos akan mendrainasekannya, sementara jika kekurangan air di musim kemarau, air itu ditahan. Kompos juga mempunyai daya
tahan terhadap zat-zat, seperti fosfor, nitrogen, dan elemen-elemen mikro, seperti magnesium dan polidenum. Tanpa kompos, begitu ada air akan terus larut. Karena
itu, bila ada tanaman di tanah berpasir, kalau pun tumbuh akan kurus. Inilah nilai tinggi yang dimiliki oleh sampah. Dari tingginya nilai ekonomis sampah, di
Belanda industri kompos membuat jalur jalan kereta api sendiri dan tidak lagi
menggunakan angkutan truk seperti di Jakarta. Hal ini mengindikasikan betapa ekonomisnya bisnis persampahan.
4.7.5 Strategi Pengelolaan Sampah Lintas KabupatenKota