Konsep Pengelolaan Sampah Karakteristik Sampah Kota

besarannya didalam ruang sesuai dengan kebutuhan penduduk kota. Wujud keterpaduan tersebut idealnya akan tertuang di dalam Rencana Tata Ruang Kota RTRK. Untuk perancangan secara menyeluruh tentang perencanaan sistem infrastruktur yang bersifat menyeluruh, tahapan – tahapan yang bisa dipakai sebagai acuan adalah Grigg dalam Kodoatie, 2005:119 : o Perencanaan yang menyeluruh yang komprehensip a master linking or integrated plan o Rencana induk untuk setiap pembangunan dan pengembangan system master plans for the development of each service infrastructure system o Perkiraan biaya assessments that tie to the budgeting process o Perencanaan Organisasi dan institusi o Perencanaan untuk peningkatan sistem yang ada plans to improve operation services

2.2 Konsep Pengelolaan Sampah

Menurut Safrudin 2001:2, Kebijakan yang diterapkan di Indonesia dalam mengelola limbah padat perkotaan sampah secara formal adalah yang diterapkan oleh Departemen PU Ditjen Cipta Karya, sebagai departemen teknis yang membina pengelolaan limbah padat perkotaan sampah di Indonesia. Menurut JICA, peningkatan jumlah sampah di Indonesia diperkirakan akan bertambah dalam tahun 2020 menjadi lima kali lipat. Rata-rata produksi sampah tersebut diperkirakan meningkat dari 800 gram per hari per kapita pada tahun 1995 dan menjadi 910 per hari per kapita pada tahun 2000. Hal ini disebabkan bukan hanya karena pertambahan jumlah penduduk tetapi juga karena meningkatnya jumlah timbulan sampah per kapita yang disebabkan oleh perbaikan tingkat ekonomi dan kesejahteraan. Sistem pengelolaan sampah dapat dilihat sebagai suatu sistem dimana didalamnya terdapat komponen – komponen sub sistem yang saling mendukung. Antara satu dengan yang lain saling berinteraksi untuk mencapai tujuan, yaitu kota yang bersih, sehat dan teratur.

2.3 Karakteristik Sampah Kota

Sampah perkotaan adalah sampah yang berasal dari 1 perumahan 2 kantor, sekolah, rumah sakit dan sejenisnya non patogen, gedung umum lainnya 3 pasar, pertokoan, bioskop, restoran 4 pabrikindustri yang sejenisnya dengan sampah permukiman tidak berbahaya dan beracun, 5 penyapuan jalan, taman, lapangan 6 pemotongan hewan, kandang hewan, 7 bongkaran bangunan 8 instalasi pengolahan sampah Lardinois and Van de Klundert, 1993:15 Sampah domestik merupakan bagian terbesar dari sampah perkotaan yang berasal dari sampah rumah tangga dan aktifitas lingkungan sekitar. Komposisi sampah bervariasi sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah. Besar-nya timbulan sampah rumah tangga untuk kota-kota di Indonesia berkisar antara 1,75 – 2,5 literoranghari atau sekitar 0,25 – 0,40 kgoranghari. Pada Tahun 1998, di Jakarta produksi sampah lebih dari 21.000 m 3 per hari, dimana 25 sampah diambil kembali oleh pemulung yang bisa mendapatkan 0,75 – 3,5 per hari Oepen, 1993:102. Di Accra Tema metropolitan Ghana, sebagai contoh, 75 sampah perkotaan berasal dari sampah rumah tangga, 15 dari pertokoanperdagangan dan industri dan sisanya adalah dari kawasan perkantoran Van de Klundert, 1993:45. Secara fisik, sampah mengandung bahan-bahan yang masih berguna, hanya sudah berkurang nilainya. Kurangnya nilai sampah dalam banyak hal karena kondisi sampah yang tercampur dan komposisinya tidak diketahui. Jadi pemisahan bahan dalam sampah secara umum akan meningkatkan nilainya untuk penggunaan lebih lanjut bahan-bahan sekunder tersebut. Secara umum, meskipun kandungan sampah sangat heterogen, kandungan bahan organik dalam sampah kota cukup tinggi yaitu di atas 70. Keadaan ini memberikan gambaran bahwa potensi pengolahan sampah organik yang cukup tinggi. TABEL II.1. KOMPONEN SAMPAH KOTA DI INDONESIA BERAT BASAH No Komponen 8889 8990 9091 9192 1 Organik 73.35 73.35 73.35 73.35 2 Kertas 9.74 9.70 9.70 9.70 3 Plastik 8.56 8.50 8.50 8.58 4 Logam 0.54 0.50 0.50 0.50 5 Karet - - - 0.40 6 Kayu - - - 3.60 7 Tekstil 1.32 1.32 1.32 0.90 8 Kaca 0.43 0.43 0.43 0.43 9 Lain-lain 6.14 7.46 7.46 2.64 Sumber : Data Statistik Lingkungan Hidup,1992

2.4 Sistem Organisasi dan Manajemen