Incenerator Teknologi International Bio Recovery IBR

• Produksi organik tercacah 2 Dump Truckhari 4 m 3 DT atau 8 m³hari. Diperkirakan berat bersih organik tercacah sekitar 1.500 kghari dengan harga Rp 50,-kg. Maka pendapatan dari penjualan organik tercacah sebesar Rp 75.000,-hr atau Rp 2.250.000,-bln. • Hasil lain yang masih bisa diterima sebagai kompensasi pengolahan sampah dengan metode ini adalah hasil penjualan plastik dan material non organik lainnya. Setiap kg plastik yang dibeli dari para pemulung, Sub Dinas Kebersihan mendapatkan kompensasi sebesar Rp 50,-. Sumber, Singgih, 2004 GAMBAR 4.3 SISTEM COMPOSTING DAN DAUR ULANG DENGAN SIPESAT

b. Incenerator

Incenerator merupakan alat pemusnahan sampah dengan cara dibakar dengan sistem yang bersahabat dengan lingkungan. Proses incenerator akan meninggalkan sisa pembakaran berbentuk abu sekitar 3. Residu hasil pembakaran relatif stabil dan hambir semuanya berbentuk anorganik. Plastik Dipres Sampah Awal Hasil Pencacahan I Hasil Pencacahan II Penyaringan Abu yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan paving block atau partikel board. Kekurangan dari sistem ini adalah nilai investasi sangat besar karena mahalnya peralatan dan tenaga yang dibutuhkan serta tingginya biaya pemeliharaan dan perbaikan. Untuk biaya operasional incinerator berkapasitas 1000 ton sampah perhari diperlukan biaya Rp. 1,3 triliun. Untuk itu diperlukan kerjasama dengan swasta untuk melaksanakan sistem ini dengan prinsip saling menguntungkan seperti yang diterapkan di TPST Bojong.

c. Teknologi International Bio Recovery IBR

IBR adalah sistem pengolahan sampah organik menjadi pupuk padat dan cair dalam waktu maksimal 3 kali 24 jam. IBR menggunakan mikroba yang responsif terhadap panas untuk memproses sampah tanpa sisa atau limbah berbahaya. Sistem ini juga mampu menampung pekerja yang sebelumnya merupakan pemulung sebagai kelompok pemilah sampah organik dan anorganik. Proses pemilahan awal tersebut dilakukan secara manual. Pabrik pengolahan bersistem IBR yang berkapasitas 500 ton sampah perhari akan dapat menampung 250 hingga 300 pemulung dalam lingkungan kerja yang lebih manusiawi dan terorganisasi secara legal. Dari 500 ton sampah kota yang diterima pabrik setiap hari, sampah non organik diperkirakan sekitar 30-35 persen atau 150 ton hingga 175 ton. Jika diasumsikan 75 persen sampah non organik tersebut bernilai ekonomi, dapat diperoleh 115 ton hingga 130 ton hasil pemilahan yang bernilai rata-rata Rp. 200.000 per ton. Perolehan ini akan dapat memadai untuk membayar gaji para pemilah. Penerapan teknologi pengolahan sampah sampah yang lebih modern dan efisien tentu akan sangat terdukung apabila masyarakat mempunyai kesadaran untuk memilah sampah pada sumbernya. Pemerintah Kabupaten Brebes juga perlu mendukung peningkatan kesadaran ini dengan menyediakan sarana dan manajemen pengangkutan sampah yang lebih baik. Kepedulian terhadap kebersihan juga perlu dikampanyekan. Sisa sampah organik hasil pengolahan menjadi pupuk dan sampah anorganik yang tidak mempunyai nilai ekonomi dilakukan pembakaran dengan incenerator akan menghasilkan abu sebagai bahan baku pembuatan bahan bangunan seperti pembuatan paving block dan partikel board.

d. Pengelolaan sampah menjadi listrik