hingga 130 ton hasil pemilahan yang bernilai rata-rata Rp. 200.000 per ton. Perolehan ini akan dapat memadai untuk membayar gaji para pemilah.
Penerapan teknologi pengolahan sampah sampah yang lebih modern dan efisien tentu akan sangat terdukung apabila masyarakat mempunyai
kesadaran untuk memilah sampah pada sumbernya. Pemerintah Kabupaten Brebes juga perlu mendukung peningkatan kesadaran ini dengan
menyediakan sarana dan manajemen pengangkutan sampah yang lebih baik. Kepedulian terhadap kebersihan juga perlu dikampanyekan.
Sisa sampah organik hasil pengolahan menjadi pupuk dan sampah anorganik yang tidak mempunyai nilai ekonomi dilakukan pembakaran
dengan incenerator akan menghasilkan abu sebagai bahan baku pembuatan bahan bangunan seperti pembuatan paving block dan partikel board.
d. Pengelolaan sampah menjadi listrik
Dari 500 ton sampah akan menghasilkan kapasitas listrik 5 mega watt hingga 10 MW. Tenaga listrik ini yang selanjutnya akan dijual oleh
investor kepada pihak PLN. Dari hasil penjualan listrik tersebut, pemerintah akan mendapatkan fee atau royalti. Kalau konstan terus
mengolah sampah 500 ton per hari menjadi tenaga listrik, dalam satu tahun paling tidak pemerintah akan mendapat royalty sekitar Rp 900 juta. Dalam
proses pengolahan sampah di Instalasi Pembuangan Sampah Terpadu IPST, pemerintah sama sekali tidak mengeluarkan dana. Hal ini karena
biaya investasi dan operasional sepenuhnya menjadi tanggungjawab investor. Pemerintah hanya menyediakan lahan saja yakni di TPA, dan
mengangkut sampah dari masyarakat ke IPST, sedangkan pengolahan sampah ini merupakan kontrak investor selama 20 tahun. Ketika kontrak
sudah habis, akan diambil alih oleh pemerintah untuk mengelolanya sendiri
4.4 Analsis Sistem Kelembagaan
Bentuk kelembagaan pengelolaan sampah berdasarkan SNI T-13-1990, untuk kategori kota sedang seperti Kota Brebes sistem kelembagaan dianjurkan
berbentuk dinas tersendiri. Dinas pengelola kebersihan di Kabupaten Brebes adalah Dinas Pekerjaaan Umum. Dilihat dari tugas dan wewenangnya adalah
melaksanakan pelayanan di bidang Bina Marga, Cipta Karya, Pengairan dan Kebersihan Pertamanan. Untuk pengelolaan sampah merupakan tugas dan
wewenang Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang memiliki tiga fungsi yaitu operasional pengelolaan sampah, pertamanan, dan penerangan jalan umum.
Banyaknya tugas dan wewenang tersebut sangat memungkinkan pelayanan pengelolaan sampah dilakukan tidak optimal, dan tidak sesuai dengan anjuran
dalam SNI tersebut diatas. Dilihat dari struktur Dinas Pekerjaan Umum Sub Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Brebes belum berjalan secara optimal , karena operasional pengelolaan sampah hanya dilaksanakan setingkat seksi pada Sub
Dinas, yaitu Seksi Penanggulangan Kebersihan. Padahal setidaknya harus ada pembagian kerja mulai dari tahap pengumpulan, pengangkutan dan
pembuanganpemusnahan sampah dilengkapi dengan adanya kejelasan fungsi, wewenang dan tanggung jawab.
Sementara itu, dari aspek manajemennya masih harus ditingkatkan seperti perencanaan input pegawai dan program kerja, pengorganisasian
wewenang dan sumber daya, kepemimpinan upaya memotivasi pegawai, menciptakan suasana kerja yang nyaman dan pengendalianpengawasan. Aspek
lain yang mempengaruhi kinerja pelaksanaan sistem yaitu jumlah dan kualitas pegawai yang dimiliki terbatas. Dengan sumber daya pegawai yang ada sekarang,
sulit untuk mendukung berjalannya sistem dengan baik. Jumlah tenaga pengumpul minimal 1 orang per 1000 penduduk. Jika jumlah penduduk Kota Brebes yang
sudah dilayani berjumlah 121.270 jiwa, maka dibutuhkan 121 tenaga pengumpul. Tenaga pengumpul yang ada sekarang berjumlah 45 orang, maka terdapat
kekurangan 76 orang.
4.5 Analisis Pembiayaan Pengelolaan Sampah