2.4 Sistem Organisasi dan Manajemen
Organisasi dan manajemen disamping sebagai faktor utama dalam peningkatan daya guna dan hasil guna dalam pengelolaan sampah, juga memiliki
peranan dalam menggerakan, mengaktifkan dan mengarahkan sistem pengelolaan sampah dengan membentuk suatu institusiorganisasi, personalia dan manajemen
dalam pelaksanaan pengelolaan sampah. Hal ini terkait dengan suatu kegiatan yang bertumpu pada teknik dan manajemen yang menyangkut aspek-aspek
ekonomi, sosial budaya, dan kondisi fisik wilayah kota serta memperhatikan masyarakat sebagai pihak yang dilayani.
Bentuk kelembagaan yang dianjurkan untuk berbagai kategori kota di Indonesia sesuai Standar SK-SNI T-13-1990-F adalah :
TABEL II.2 BENTUK KELEMBAGAAN PENGELOLA PERSAMPAHAN
No. Kategori Kota Jumlah
Penduduk jiwa
Bentuk Kelembagaan
1. Kota Raya
metropolitan Kota Besar
1.000.000 500.000-1.000.000
• Perusahaan Daerah atau
• Dinas Tersendiri
2. Kota Sedang I
250.000-500.000 Dinas Sendiri
3. Kota Sedang II
100.000-250.000 •
DinasSuku Dinas •
UPTDPU •
SeksiPU 4. Kota
Kecil 20.000-100.000
• UPTDPU
• SeksiPU
Sumber : SNI T-13-1990
Jumlah personil pengelolan persampahan harus cukup memadai sesuai dengan lingkup tugasnya. Untuk sistem pengumpulan jumlah personil minimal
1 orang per 1000 penduduk yang dilayani sedangkan sistem pengangkutan, sistem pembuangan akhir dan staf minimal 1 orang per 1000 penduduk. Bentuk
pendekatan perhitungan tenaga staf berbeda dengan perhitungan tenaga
pelaksana. Perhitungan jumlah tenaga staf memperhatikan struktur organisasi dan beban tugas. Perhitungan jumlah tenaga operasional memperhatikan disain
pengendalian, disain dan jumlah peralatan, disain operasional, keperluan tenaga penunjang dan pembantu, dan beban penugasan.
Bentuk-bentuk organisasikelembagaan pengelola persampahan di Indonesia pada umumnya adalah :
• Seksi KebersihanPenanggulangan Kebersihan dalam satu Dinas, misalkan
Dinas Pekerjaan Umum, apabila masalah persampahan kota masih bisa ditangani oleh suatu seksi dibawah dinas tersebut.
• Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD, di bawas suatu dinas, misalnya Dinas
Pekerjaaan Umum, apabila dalam suatu struktur organisasi tidak ada seksi khusus di bawah dinas yang mengelola kebersihan, sehingga dapat lebih
memberikan tekanan pada masalah operasional dan lebih memiliki otonomi dibandingkan seksi.sesuai
• Dinas Kebersihan, akan dapat memberikan percepatan dan pelayanan pada
masyarakat luas dan bersifat nir-laba. Dinas perlu dibentuk karena aktivitas dan volume pekerjaan yang meningkat.
• Perusahaan Daerah Kebersihan, merupakan organisasi pengelola yang
dibentuk apabila permasalahan di kota tersebut sudah sangat luas dan kompleks. Pada prinsipnya Perusahaan Daerah tidak lagi disubsidi oleh
Pemerintah Daerah, sehingga efektifitas penarikan retribusi akan lebih menentukan.
Struktur organisasi tidak cukup mencerminkan aktivitas atau interaksinya, sehingga perlu dirancang tata laksana kerjanya. Tata laksana kerja
mendefenisikan lingkup tugas, wewenang, tanggung jawab serta bentuk interaksi antar unitkomponen organisasi. Hal yang harus diperhatikan dalam menyusun
tata laksana kerja yang baik adalah menciptakan pembebanan yang merata, pendelegasian wewenang yang proporsional dan berimbang, birokrasi yang jelas
dan terukur, dan penyusunan form-form pengawasan, pelaporan, dan evaluasi yang baku.
Hal terpenting dalam manajemen persampahan adalah aspek keuangan. Manajemen persampahan adalah merupakan suatu public utility yang seharusnya
dibiayai dari publik, tetapi untuk sementara waktu sebagian besar pembiayaan masih dari pemerintah. Karena pendapatan tidak bisa menutupi biaya pengelolaan
sampah. Sesuai dengan perkembangan pelayanan kota, disarankan untuk mengembangkan prinsip pembiayaan yang berbasis masyarakat Jones, 1983
dalam Mansur 2002:II-4. Ada beberapa mekanisme yang bisa diberlakukan dalam upaya peningkatan pendapatan dan mencapai cost recovery, yaitu :
o Penetapan perundang-undangan, metode perpajakan yang relatif mudah dalam
pengurusan secara adminitrasi maupun penyelenggaraannya. o
Penetapan prosedur administrasi yang efektif, dengan menetapkan aturan pajak dan taksiran pajak yang tidak rumit, didasarkan pada ukuran – ukuran
yang obyektif. o
Penentuan tarif, yang merupakan unsur penting dalam pencapaian cost recovery.
2.5 Sistem Teknik Operasional