konflik peran, percaya diri yang rendah, perubahan ekonomi, emosi yang negative, dan kehamilan.
e. Stresor Spiritual; yaitu adanya persepsi negative terhadap nilai-nilai ke-Tuhan-an.
Tidak semua bentuk stres itu mempunyai konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, misalnya promosi jabatan. Jabatan yang lebih tinggi
memerlukan tanggung jawab yang lebih berat yang merupakan tantangan bagi yang bersangkutan. Bila ia sanggup menjalankan tugas jabatan yang baru ini
dengan baik tanpa ada keluhan baik fisik maupun mental serta mrasa senang, maka ia dikatakan tidak mengalami stres melainkan disebut eustresSuliswati et
al, 2005.
2.1.3 Tanda-tanda Stres
Menurut Davis dan Nelson dikutip dari Agoes, 2003, ada beberapa tanda atau gejala umum yang menunjukkan seseorang mengalami stres yaitu: khawatir,
cemas dan gelisah, merasa ketakutan, mudah marah, suka murung dan tidak mampu menangulangi masalah yang dihadapi. Tanda-tanda stres yang meliputi
pikiran yaitu: emosi tidak stabil dan takut gagal. Perilaku orang yang mengalami stres yaitu: jika berbicara gagap atau gugup, menangis tanpa alasan, tidak mampu
rileks, mudah terkejut dan sulit bekerjasama, kehilangan nafsu makan atau makan berlebih-lebihan, dan merokok meningkat. Adapun keluhan-keluhan secara fisik
seperti: berkeringat, mulut dan kerongkongan terasa kering, kepala, leher, dan punggung terasa sakit.
2.1.4 Tingkatan Stres
Potter 2005, membagi stress menjadi 3 tingkatan besar: 1. Stres Ringan, stresor yang dialami setiap orang teratur seperti terlalu
banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan. Situasi seperti ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam. Stres ringan
biasanya tidak menyebabkan kerusakan fisiologis kronis, namun jika stresor ringan yang banyak dalam waktu singkat dapat meningkatkan
resiko penyakit. 2. Stres Sedang, berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai
beberapa hari. Misalnya, perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja, anak yang sakit, atau ketidakhadiran yang lama dari
anggota keluarga. Stres sedang dan berat dapat menimbulkan resiko penyakit medis atau memburuknya penyakit kronis.
3. Stres Berat, situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun, seperti perselisihan perkawinan terus
menerus, kesulitan financial yang berkepanjangan, dan penyakit fisik jangka panjang. Semakin sering dan semakin lama situasi stres, makin
tinggi resiko penyakit yang ditimbulkan. Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena
perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik
di rumah, di tempat kerja ataupun pergaulan lingkungan sosialnya. Dr. Robert J.
an Amberg 1979 dalam penelitiannya terdapat dalam Sriati 2008 membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :
1. Stres tahap I Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya
disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: semangat bekerja besar, berlebihan over acting; penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya; merasa
mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
2. Stres tahap II Dalam tahapan ini dampak stres yang semula menyenangkan
sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi cukup
sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau
memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhankeluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II adalah sebagai
berikut: merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar; merasa mudah lelah sesudah makan siang; lekas merasa capai menjelang sore hari; sering
mengeluh lambungperut tidak nyaman bowel discomfort; detakan jantung lebih keras dari biasanya berdebar-debar; otot-otot punggung dan tengkuk terasa
tegang; tidak bisa santai.
3. Stres Tahap III Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa
menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu: gangguan lambung
dan usus semakin nyata; misalnya keluhan maag gastritis, buang air besar tidak teratur diare; ketegangan otot-otot semakin terasa; perasaan ketidaktenangan dan
ketegangan emosional semakin meningkat; gangguan pola tidur insomnia, misalnya sukar untuk mulai masuk tidur early insomnia, atau terbangun tengah
malam dan sukar kembali tidur middle insomnia, atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur Late insomnia; koordinasi tubuh
terganggu badan terasa oyong dan serasa mau pingsan. Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi, atau
bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.
4. Stres Tahap IV Gejala stres tahap IV, akan muncul: untuk bertahan sepanjang hari saja
sudah terasa amat sulit; aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit; yang semula
tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons secara memadai adequate; ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-
hari; gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan; Seringkali menolak ajakan negativism karena tiada semangat dan kegairahan;
daya konsentrasi daya ingat menurun; timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.
5. Stres Tahap V Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V,
yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam physical dan psychological exhaustion; ketidakmampuan
untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana; gangguan sistem pencernaan semakin berat gastrointestinal disorder; timbul perasaan
ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik. 6. Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik panic attack dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami
stres tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ
tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut: debaran jantung teramat keras; susah bernapas sesak dan megap-megap; sekujur badan terasa
gemetar, dingin dan keringat bercucuran; ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan; pingsan atau kolaps collapse. Bila dikaji maka keluhan atau gejala
sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal fungsional organ tubuh, sebagai akibat
stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
2.1.5 Respon Tubuh terhadap Stres