Stres Dan Koping Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Sakit Di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor

(1)

STRES DAN KOPING KELUARGA DALAM MERAWAT

ANGGOTA KELUARGA YANG SAKIT di WILAYAH

KERJA PUSKESMAS MEDAN JOHOR

SKRIPSI

oleh Juliana A. Nst

061101086

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

Prakata

Bismillahirrohmanirohim segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan limpahan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul Stres dan Koping Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor .

Dalam penulisan skripsi ini, banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak secara moril maupun dalam bentuk materil. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Mula Tarigan S.Kp, M.Kes selaku Penasehat Akademik

3. Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns selaku Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktu, memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan.

4. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS dan Bapak M. Sukri Tanjung, S.Kep, Ns selaku penguji I dan II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan dalam pembuatan proposal penelitian.

5. Ibu Jenny M. Purba, S.Kp, MNS dan Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam pembuatan skripsi.

6. Ibu Kepala Puskesmas Medan Johor, Ibu Kepala bagian tata usaha beserta seluruh pegawai di Puskesmas Medan Johor yang telah memberikan izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian.


(3)

7. Bapak/ Ibu Dosen yang telah memberikan pengajaran selama penulis mengikuti proses perkuliahan di FKEP USU, beserta seluruh pegawai.

8. Ayahandaku Anshor Nasution dan Ibunda Eti Semi atas pengorbanan dan perjuangan serta kasih sayang dan doa yang memberi ananda kekuatan untuk tetap tegar dalam melangkah ke hari depan.

9. Kakak dan Adikku tersayang (Sri Haryanti dan Hendra Saputra) yang selalu ada dan memberikan motivasi.

10. Tunanganku Abror Lisman yang selalu memberikan kasih sayang dan motivasi.

11. Sahabatku Devi, Ridha, Nanda, Evi CMS, Firda, Rekan-rekan mahasiswa FKEP-USU angkatan 2006 buat kebersamaannya selama mengikuti pendidikan di FKEP USU, Kakandaku (kak Melan, kak Ayu, Kak Dhani, Kak Elis), Bang Ahmad Sungadi yang menemaniku survey awal penelitian.

12. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Kritik dan saran akan menjadi masukan yang berarti demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Juli 2010 Penulis


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul...i

Halaman Pengesahan ...ii

Prakata...iii

Daftar isi...v

Daftar Lampiran...vii

Daftar Skema... viii

Daftar Tabel ...ix

Abstrak...x

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang...1

2. Tujuan Penelitian ...4

3. Pertanyaan Penelitian...4

4. Manfaat Penelitian ...4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Stres 1.1 Pengertian Stres ...5

1.2 Penyebab / Sumber Stres...6

1.3 Tanda-tanda Stres ...8

1.4 Tingkatan Stres...9

1.5 Respon Tubuh terhadap Stres...12

1.6 Stres Keluarga ...16

2. Konsep Koping 2.1 Pengertian Koping ...17

2.2 Macam-macam Koping ...17

2.3 Metode Koping ...20

2.4 Respon Koping ...21

2.5 Koping Keluarga...21

3. Konsep Keluarga 3.1 Pengertian Keluarga...22

3.2 Bentuk Keluarga ...23

3.3 Fungsi Keluarga...23

3.4 Keluarga dalam Pelayanan Kesehatan...24

4. Konsep Sehat dan Sakit 4.1 Pengertian Sehat dan Sakit ...24

4.2 Perilaku Sakit...25

4.3 Dampak Sakit...26

4.4 Tahapan Proses Sakit...26


(5)

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual...30

2. Defenisi Konseptual...31

3. Defenisi Operasional...31

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ...33

2. Populasi dan Sampel...33

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ...33

4. Pertimbangan Etik...34

5. Instrumen Penelitian ...34

6. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen...35

7. Pengumpulan Data...36

8. Analisa Data...37

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian...38

1.1 Karakteristik Responden...38

1.2 Stres Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit ditinjau dari Aspek Psikis ...40

1.3 Koping Internal Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit ditinjau dari Aspek Fisik ... ...42

1.4 Tingkat Stres dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit....44

1.5 Koping Internal Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit...44

1.6 Koping Eksternal Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit...46

1.7 Strategi Koping Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit...47

2. Pembahasan ...48

2.1 Stres Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit ...48

2.2 Koping Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit ...50

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ...52

2. Saran ...52

2.1 Untuk Praktek Keperawatan ...52

2.2 Untuk Puskesmas...52

2.3 Untuk Peneliti Selanjutnya ...52


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan jadi Responden 2. Kuisioner Data Stres dan koping 3. Jadwal Penelitian

4. Daftar Riwayat Hidup

5. Rencana Anggaran Biaya Penelitian 6. Data Reliabilitas


(7)

DAFTAR SKEMA

Halaman 1. Kerangka Konsep Penelitian Stres dan Koping Keluarga

dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Karakteristik keluarga yang merawat anggota keluarga yang sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor

bulan Januari 2010 (n=42)...38 Tabel 1.2. Stres keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit

ditinjau dari aspek psikis di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor bulan Januari 2010 (n=42)...40 Tabel 1.3. Stres keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit

ditinjau dari aspek fisik di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor bulan Januari 2010 (n=42)...42 Tabel 1.4. Tingkat stres keluarga dalam merawat anggota keluarga

yang sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor

bulan Januari 2010 (n=42)...44 Tabel 1.5. Koping internal keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga

yang Sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor

bulan Januari 2010 (n=42)...44 Tabel 1.6. Koping eksternal keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga

yang Sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor

bulan Januari 2010 (n=42)...46 Tabel 1.7. Strategi koping keluarga dalam merawat anggota keluarga

yang sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor


(9)

Judul : Stres dan Koping Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor

Nama : Juliana A. NST NIM : 061101086 Jurusan : S1 Keperawatan Tahun : 2009/2010

Abstrak

Keluarga merupakan kekuatan internal dan kekuatan dari unit keluarga sehingga memiliki rasa kontrol terhadap kehidupan dan kesengsaraan. Adanya kejadian-kejadian yang signifikan seperti anggota keluarga sakit menciptakan kondisi stress sehingga menjadi tuntutan yang memaksa keluarga untuk beradaptasi agar keluarga dapat berlangsung hidup dan terus berkembang. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi stres dan koping keluraga dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif eksploratif dengan sampel 42 orang diambil dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan pada 5-23 Januari 2010 di Puskesmas Medan Johor dengan tekhnik wawancara kepada responden yang berpedoman pada kuisioner penelitian yang meliputi data demografi dan kuisioner stres dan koping keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga mengalami tingkat stress ringan dan sedang dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan proporsi sama besar yaitu 47,6%, sedang koping yang digunakan lebih dominan pada strategi koping internal (59,5%). Untuk penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat lebih cermat mengontrol faktor-faktor lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi tingkat stres seperti faktor penerimaan diri dan karakter personal/ tipe kepribadian individu dan membuat pernyataan-pernyataan yang lebih mengungkap fakta dilapangan.

Kata kunci : Stres Keluarga, Koping Keluarga, Merawat Anggota keluarga yang Sakit


(10)

Judul : Stres dan Koping Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor

Nama : Juliana A. NST NIM : 061101086 Jurusan : S1 Keperawatan Tahun : 2009/2010

Abstrak

Keluarga merupakan kekuatan internal dan kekuatan dari unit keluarga sehingga memiliki rasa kontrol terhadap kehidupan dan kesengsaraan. Adanya kejadian-kejadian yang signifikan seperti anggota keluarga sakit menciptakan kondisi stress sehingga menjadi tuntutan yang memaksa keluarga untuk beradaptasi agar keluarga dapat berlangsung hidup dan terus berkembang. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi stres dan koping keluraga dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif eksploratif dengan sampel 42 orang diambil dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan pada 5-23 Januari 2010 di Puskesmas Medan Johor dengan tekhnik wawancara kepada responden yang berpedoman pada kuisioner penelitian yang meliputi data demografi dan kuisioner stres dan koping keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga mengalami tingkat stress ringan dan sedang dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan proporsi sama besar yaitu 47,6%, sedang koping yang digunakan lebih dominan pada strategi koping internal (59,5%). Untuk penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat lebih cermat mengontrol faktor-faktor lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi tingkat stres seperti faktor penerimaan diri dan karakter personal/ tipe kepribadian individu dan membuat pernyataan-pernyataan yang lebih mengungkap fakta dilapangan.

Kata kunci : Stres Keluarga, Koping Keluarga, Merawat Anggota keluarga yang Sakit


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Setiap orang mendambakan hidup yang bahagia dan bebas dari beban pikiran. Kebahagiaan itu hanya bisa dicapai bila hati kita tenang dalam menjalani kehidupan. Perubahan sekecil apapun bisa membuat kita merasa terganggu atau dengan kata lain disebut dengan stres. Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang (Isaacs, 2004). Stres adalah ketegangan atau tekanan di dalam diri seseorang atau sistem sosial (individu, keluarga, dll) dan stres merupakan suatu reaksi terhadap situasi yang menghasilkan tekanan (Burges dalam Friedman, 1998).

Stres dapat memberi stimulus terhadap perubahan dan pertumbuhan, dan dalam hal ini, stres bersifat positif. Stres juga dapat mengakibatkan penyesuaian yang buruk, penyakit fisik, dan ketidakmampuan untuk mengatasi atau koping terhadap masalah. Sejumlah penelitian yang dilakukan menunjukkan adanya suatu hubungan antara peristiwa kehidupan yang menegangkan atau penuh stres dengan berbagai kelainan fisik dan psikiatrik (Potter, 2005).

Adanya kejadian-kejadian yang signifikan, seperti kematian anggota keluarga, kematian orang dekat, perceraian atau perpisahan, mengalami hukuman, mengalami luka atau sakit serius, memasuki dunia perkawinan, dipecat, gagal melakukan hal penting, anggota keluarga sakit, kehamilan, masalah seksual, pertikaian serius dengan orang dekat, perubahan status keuangan, dan sebagainya membuat seseorang mengalami stres (Depkes, 2009).


(12)

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan sekitar 450 juta penduduk dunia mengalami gangguan kesehatan akibat stres. Bahkan, Organisasi Buruh Dunia (ILO) menyebutkan stres sebagai salah satu problem serius yang mengancam penduduk dunia saat ini (Chandra, 2007). Data yang diperoleh dari inventarisasi stres tentang skala nilai stres Thomas H. Holmes & M. Masusu, banyak kejadian hidup yang menyebabkan stress dialami oleh keluarga. Dari daftar kejadian hidup yang dapat menyebabkan stres tersebut, perubahan kesehatan anggota keluarga termasuk kejadian yang dapat menimbulkan stres pada keluarga dengan nilai stres 44 (Friedman, 1998).

Secara teori, merawat anggota keluarga yang sakit mengalami stres. Berdasarkan laporan hasil praktek kepaniteraan klinik Ners asuhan keperawatan komunitas di lingkungan II dan XI Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor bulan September 2009 tentang data kesehatan keluarga diperoleh data gambaran penyakit secara umum yaitu: Anggota keluarga yang menderita penyakit batuk pilek sebanyak 75%, Diare 20%, dan Thypus 5%, sedangkan keluhan lainnya yaitu penyakit darah tinggi pada lansia 20%, batuk; pilek; asma 15%, rematik; encok 5%, lain-lain 50%. Data kesehatan lingkungan di daerah tersebut juga menggambarkan kondisi yang rentan terhadap penyakit seperti ventilasi rumah yang tidak cukup, lingkungan yang mendapat banjir, ketidaktahuan keluarga tentang penyakit yang diderita, dan lain sebagainya. Menurut laporan Puskesmas Kecamatan Medan Johor bulan Oktober 2009 tentang data kesakitan diperoleh total 3.173 orang yang menderita penyakit dimana ISPA, diare, asma, penyakit jantung, diabetes mellitus, dan gastritis merupakan penyakit


(13)

yang paling umum diderita. Tingginya angka kesakitan pada Kecamatan Medan Johor dapat menimbulkan stres pada keluarga yang merawatnya.

Keluarga adalah bentuk sosial yang utama yang merupakan tempat untuk peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Keluarga merupakan kekuatan internal dan kekuatan dari unit keluarga sehingga memiliki rasa kontrol terhadap kehidupan dan kesengsaraan. Sebuah pandangan tentang perubahan sebagai sesuatu yang menguntungkan dan membuat pertumbuhan, dan sebagai sebuah orientasi yang aktif bukan pasif dalam berespon terhadap kejadian kehidupan yang menimbulkan stres (Potter,2005).

Keluarga secara konstan berhadapan dengan perlunya mengubah persepsi dan hidup mereka. Tuntutan-tuntutan yang berlangsung terus-menerus memaksa keluarga untuk beradaptasi agar keluarga dapat berlangsung hidup dan terus berkembang. Strategi dan proses koping keluarga sangat penting bagi keberhasilan keluarga dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang ada padanya (Friedman, 1998).

Koping pada keluarga merujuk pada analisa tingkat kelompok keluarga (analisa tingkat interaksi). Koping keluarga didefenisikan sebagai respon yang positif, sesuai dengan masalah, afektif, persepsi, dan respon perilaku yang digunakan keluarga dan subsistemnya untuk memecahkan suatu masalah atau mengurangi stres yang diakibatkan oleh masalah atau peristiwa (Friedman, 1998).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Stres dan Koping Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit , penelitian ini akan dilakukan di Wilaya Kerja Puskesmas Kecamatan Medan Johor. Kondisi


(14)

kesehatan yang ada di Medan Johor diharapkan dapat mengidentifikasi kondisi stres dan koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi stres dan koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit di Kecamatan Medan Johor.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana stres dan koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit di Kecamatan Medan Johor.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pendidikan, praktek, dan penelitian keperawatan.

a. Pendidikan, sebagai konsep ilmu yang dapat dijadikan bahan ajar tentang stres dan koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

b. Praktek Keperawatan, sebagai landasan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga yang sedang merawat anggota keluarga yang sakit.

c. Penelitian Keperawatan, sebagai sumber data untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan stres dan koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stres

2.1.1 Pengertian Stres

Selye, et al (Rasmun, 2004) mendefinisikan stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, itelektual, social, dan spiritual, stres dapat mengancam keseimbangan fisiologis. Defenisi lain menyebutkan bahwa stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang (Isaacs, 2004).

Stres menurut Vincent Cornelli, seorang psikolog ternama, merupakan suatu gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan; serta dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu dalam lingkungan tersebut.Secara spesifik Richard Lazarus, menganggap stres sebagai sebuah gejala yang timbul akibat adanya kesenjangan (gap) antara realita dan idealita, antara keinginan dan kenyataan, antara tantangan dan kemampuan, antara peluang dan potensi (Setiono dkk, 1998).

Pada dasarnya stres merupakan gejala harian yang wajar dan pasti dialami setiap orang. Stres bukan sesuatu yang harus disembunyikan, tetapi seperti halnya tantangan yang lain, stres harus dihadapi(Setiono dkk, 1998).


(16)

2.1.2 Penyebab / Sumber Stres

Penyebab timbulnya stres disebut juga dengan stresor. Stres terjadi karena stresor dipersepsikan oleh idividu sebagai suatu ancaman sehingga menimbulkan kecemasan yang merupakan tanda umum dan awal dari gangguan kesehatan fisik dan psikologis (Rasmun, 2004).

Faktor-faktor penyebab stres antara lain (Setiono dkk, 1998): 1. Kerja/ belajar/ tugas-tugas rumah tangga.

Cenderung tidak punya waktu, terlalu banyak atau sedikit yang harus dilakukan, terlalu banyak tugas dan terlalu sedikit pengendalian, tidak mendapatkan ucapan terimakasih atau dihargai, tidak menyukai atasan, bawahan ataupun rekan kerja, tidak mempunyai cukup keterampilan untuk menyelesaikan pekerjaan, kurang tantangan atau kebanyakan, tidak ada tujuan dari apa yang dilakukan, menyangsikan apakah sesuatu yang dijalani merupakan keinginan, terpaku pada pola perfeksionis, yang berlebihan dan kaku.

2. Keluarga

Merasa tidak punya keluarga dekat, merasa keluarga menyita banyak waktu, terlalu banyak tanggungan keluarga, jarang memiliki suasana kebersamaan keluarga, anggota keluarga sakit, lokasi tinggal tidak ideal, kekerasan mewarnai keluarga, keuangan keluarga memprihatinkan, kekhawatiran terhadap keluarga.

3. Masyarakat/ teman/ komunitas

Tidak cukup banyak teman, kurang bergaul dan sosialisasi, tidak memiliki teman dekat yang dapat dipercaya dan tempat curhat).


(17)

4. Karakter personal/ kepribadian

Tipe selalu gelisah; tertekan, khawatir dan merasa tidak aman/ terancam, tidak melatih dan mengelola diri secara teratur, merasa tidak memiliki kondisi fisik dan kejiwaan yang baik, sulit tertawa dan kurang rasa humor, tidak menyukai diri sendiri, kurang keseimbangan diri, cenderung agak sinis, pesimis, dan menginginkan yang terburuk, sulit termotivasi dan sebagainya.

Sumber stres dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh (Rasmun, 2004) berupa:

a. Stresor Biologik, misalnya; mikroba, hewan, binatang, berbagai macam tumbuhan dan makhluk hidup lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan sehingga dipersepsikan dapat mengancam konsep diri individu.

b. Stresor fisik, misalnya; perubahan iklim, alam, suhu, cuaca, geografi (letak tempat tinggal, domisili), demografi (jumlah anggota dalam keluarga, nutrisi, radiasi, kepadatan penduduk, imigrasi), kebisingan, dan lain-lain.

c. Stresor Kimia; dari dalam tubuh dapat berupa serum darah dan glukosa sedangkan dari luar tubuh dapat berupa obat, pengobatan, pemakaian alcohol, nikotin, cafein, polusi udara, gas beracun, insektisida, pencemaran lingkungan, bahan kosmetik, bahan-bahan pengawet, pewarna, dan lain-lain.

d. Stresor Sosial Psikologik, yaitu labeling (penamaan) dan prasangka, ketidakpuasan terhadap diri sendiri, kekejaman (aniaya, perkosaan),


(18)

konflik peran, percaya diri yang rendah, perubahan ekonomi, emosi yang negative, dan kehamilan.

e. Stresor Spiritual; yaitu adanya persepsi negative terhadap nilai-nilai ke-Tuhan-an.

Tidak semua bentuk stres itu mempunyai konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, misalnya promosi jabatan. Jabatan yang lebih tinggi memerlukan tanggung jawab yang lebih berat yang merupakan tantangan bagi yang bersangkutan. Bila ia sanggup menjalankan tugas jabatan yang baru ini dengan baik tanpa ada keluhan baik fisik maupun mental serta mrasa senang, maka ia dikatakan tidak mengalami stres melainkan disebut eustres(Suliswati et al, 2005).

2.1.3 Tanda-tanda Stres

Menurut Davis dan Nelson (dikutip dari Agoes, 2003), ada beberapa tanda atau gejala umum yang menunjukkan seseorang mengalami stres yaitu: khawatir, cemas dan gelisah, merasa ketakutan, mudah marah, suka murung dan tidak mampu menangulangi masalah yang dihadapi. Tanda-tanda stres yang meliputi pikiran yaitu: emosi tidak stabil dan takut gagal. Perilaku orang yang mengalami stres yaitu: jika berbicara gagap atau gugup, menangis tanpa alasan, tidak mampu rileks, mudah terkejut dan sulit bekerjasama, kehilangan nafsu makan atau makan berlebih-lebihan, dan merokok meningkat. Adapun keluhan-keluhan secara fisik seperti: berkeringat, mulut dan kerongkongan terasa kering, kepala, leher, dan punggung terasa sakit.


(19)

2.1.4 Tingkatan Stres

Potter (2005), membagi stress menjadi 3 tingkatan besar:

1. Stres Ringan, stresor yang dialami setiap orang teratur seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan. Situasi seperti ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam. Stres ringan biasanya tidak menyebabkan kerusakan fisiologis kronis, namun jika stresor ringan yang banyak dalam waktu singkat dapat meningkatkan resiko penyakit.

2. Stres Sedang, berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya, perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja, anak yang sakit, atau ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga. Stres sedang dan berat dapat menimbulkan resiko penyakit medis atau memburuknya penyakit kronis.

3. Stres Berat, situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun, seperti perselisihan perkawinan terus menerus, kesulitan financial yang berkepanjangan, dan penyakit fisik jangka panjang. Semakin sering dan semakin lama situasi stres, makin tinggi resiko penyakit yang ditimbulkan.

Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun pergaulan lingkungan sosialnya. Dr. Robert J.


(20)

an Amberg (1979) dalam penelitiannya terdapat dalam Sriati (2008) membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :

1. Stres tahap I

Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: semangat bekerja besar, berlebihan (over acting); penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya; merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.

2. Stres tahap II

Dalam tahapan ini dampak stres yang semula menyenangkan sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhankeluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut: merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar; merasa mudah lelah sesudah makan siang; lekas merasa capai menjelang sore hari; sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel discomfort); detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar); otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang; tidak bisa santai.


(21)

3. Stres Tahap III

Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu: gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan maag (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare); ketegangan otot-otot semakin terasa; perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat; gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (Late insomnia); koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.

4. Stres Tahap IV

Gejala stres tahap IV, akan muncul: untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit; aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit; yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate); ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari; gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan; Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan kegairahan;


(22)

daya konsentrasi daya ingat menurun; timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.

5. Stres Tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan psychological exhaustion); ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana; gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder); timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.

6. Stres Tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut: debaran jantung teramat keras; susah bernapas (sesak dan megap-megap); sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran; ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan; pingsan atau kolaps (collapse). Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.


(23)

2.1.5 Respon Tubuh terhadap Stres

Sindrom Adaptasi Umum, atau teori Selye, menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh tanpa memedulikan apakah penyebab stres tersebut positif atau negatif. Respon tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stressor atau penyebab tertentu (Isaacs, 2004; Suliswati, 2005).

a. Reaksi Alarm

Reaksi ini terjadi ketika sistem saraf simpatik dan sistem endokrin bereaksi terhadap stres. Pada tahap ini dapat terlihat reaksi psikologis fight or flight syndrome dan reaksi fisiologis. Tanda fisik yang akan muncul adalah curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kapala dan ekstremitas. Karenanya banyak organ tubuh yang terpengaruh, maka gejala stres akan memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot,. Pada saat yang sama daya tahan tubuh berkurang, dan bahkan bila stresor sangat besar dan kuat (mis. Luka bakar hebat, suhu yang terlalu panas/ dingin), dapat menimbulkan kematian.

b. Tahap Resistensi

Merupakan respons adaptif yang berusaha membatasi kerusakan akibat stres. Tubuh berusaha menyeimbangkan proses fisiologis yang telah dipengaruhi selama reaksi waspada/ alarm untuk sedapat mungkin kembali kekeadaan normal dan pada waktu yang sama pula tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stres. Apabila proses fisiologis teratasi maka gejala-gejala stres akan menurun dan tubuh berusaha normal kembali. Jika stresor berjalan terus dan tidak dapat diatasi


(24)

maka ketahanan tubuh untuk beradaptasi akan habis dan individu tidak akan sembuh.

c. Tahap Kelelahan

Adalah ketika kekuatan fisiologik dan psikologik telah terkuras dan sistem kekebalan menjadi terdepresi. Tahap ini timbul kembali tanda-tanda waspada namun bersifat irreversible, dan individu akan meninggal.

Respon terhadap segala bentuk stresor bergantung kepada fungsi fisiologis, kepribadian dan karakteristik perilaku, seperti juga halnya sifat dari stresor tersebut. Sifat stresor mencakup faktor intensitas (minimal, sedang, berat), cakupan (terbatas, sedang, luas), durasi, dan jumlah stresor. Setiap faktor mempengaruhi respon terhadap stressor (Potter, 2005). Rasmun (2004) menjelaskan sifat stresor seperti berikut:

1. Bagaimana individu mempersepsikan stresor

Artinya jika stresor akan dipersepsikan akan berakibat buruk bagi dirinya maka tingkat stres yang dirasakan akan berat, namun sebaliknya jika stresor dipersepsikan tidak mengancam dan individu merasa mampu mengatasinya maka tingkat stres yang dirasakan akan lebih ringan.

2. Bagaimana intensitasnya terhadap stimulus

Artinya bagaimana tingkat intensitas serangan stres terhadap individu, jika intensitas serangan stres tinggi maka kemungkinan kekuatan fisik dan mental tidak mampu mengadaptasinya, demikian juga sebaliknya.


(25)

Artinya pada waktu yang bersamaan bertumpuk sejumlah stresor yang dihadapi, sehingga stresor kecil dapat menjadi pemicu yang mengakibatkan reaksi yang berlebihan. Sering ditemukan seseorang yang sering dapat menyelesaikan masalah pekerjaan yang sangat sederhana dengan baik, namun tiba-tiba ia tidak dapat mengerjakannya, ini diakibatkan pada saat yang sama ia menghadapi banyak stresor.

4. Lamanya pemaparan stresor

Memanjangnya stresor dapat menyebabkan menurunnya kemampuan individu mengatasi stres karena individu telah berada pada fase kelelahan, individu sudah kehabisan tenaga untuk menghadapi stresor tersebut.

5. Pengalaman masa lalu

Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi stresor yang sama. Individu yang pernah mengalami pengalaman negatif maka saat kembali menghadapi hal yang sama individu akan cemas.

6. Tingkat perkembangan

Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stresor yang berbeda sehingga resiko terjadinya stres pada tiap tingkat perkembangan akan berbeda. Berikut akan diuraikan stresor pada tiap tingkat perkembangan, yaitu:

a. Anak

Stresor pada masa ini yaitu: menyelesaikan konflik antara mandiri dan ketergantungan, mulai sekolah, membina hubungan dan menyesuaikan diri dengan teman sebaya, koping terhadap kompetisi dengan teman.


(26)

b. Remaja

Stresor pada masa remaja yaitu: menerima perubahan tubuh, menghubungkan hubungan heteroseksual dan orang lain, mandiri, memilih karier untuk masa depan.

c. Dewasa muda

Stresor pada masa dewasa muda yaitu: menikah, meninggalkan rumah, mengelola rumah tangga sendiri, mulai bekerja, melanjutkan pendidikan, membesarkan anak.

d. Dewasa pertengahan

Stresor pada masa dewasa pertengahan yaitu: menerima proses menua, mempertahankan status sosial dan standar kehidupan, membantu remaja menjadi mandiri, menyesuiakan diri menjadi nenek/ kakek.

e. Dewasa tua (lansia)

Stresor pada masa lansia yaitu: menerima penurunan kemampuan dan kesehatan fisik, menerima perubahan tempat tinggal, menyesuaikan diri dengan masa pension dan penurunan pendapatan, penyesuaian diri dengan kematian pasangan dan teman.

2.1.6 Stres Keluarga

Agen-agen pencetus yang mengaktifkan stres dalam keluarga adalah kejadian-kejadian yang cukup serius yang menimbulkan perubahan-perubahan dalam sistem keluarga (Hill dalam Friedman, 1998). Stres dalam keluarga bersumber dari masalah keluarga ditandai dengan adanya perselisihan masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga


(27)

dimana permasalahan ini akan selalu menimbulkan keadaan yang dinamakan stres (Hidayat, 2004).

Minuchin dalam Friedmen (1998) menyebutkan ada 4 sumber dasar stres keluarga, yaitu:

1. Kontak penuh stres dari seorang anggota keluarga dengan kekuatan di luar keluarga. Ketika seorang anggota keluarga dibuat stres oleh stresor-stresor, anggota keluarga merasa perlu menyesuaikan situasi yang berubah.

2. Kontak penuh stres seluruh keluarga dengan kekuatan di luar keluarga. Kesulitan- kesulitan ekonomi seperti kemiskinan dan diskriminasi merupakan dua kekuatan mengancam yang menegangkan.

3. Stresor tradisional. Masalah-masalah transisi yang terjadi dalam beberapa situasi yang paling sering terjadi adalah perubahan perkembangan keluarga dan anggota keluarga alami dan perubahan normative yang terjadi dalam komposisi keluarga.

4. Stresor situasional. Tipe-tipe stresor ini berkaitan dengan masalah yang unik, normatif, dan idiosinkratik yang dialami oleh kelurga, seperti masalah-masalah penularan dan merawat salah satu orang tua di rumah sakit, berakibat pada seluruh keluarga.


(28)

2.2 Konsep Koping

2.2.1 Pengertian Koping

Koping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi stresful. Koping tersebut merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik. Koping diartikan sebagai usaha perubahan kognitif dan perilaku secara konstan untuk menyelesaikan stres yang dihadapi (Rasmun, 2004).

2.2.2 Macam-macam Koping

Dibawah ini akan dijelaskan 2 macam koping yaitu koping psikologis dan psiko-sosial(Rasmun, 2004).

a. Koping Psikologis

Pada umumnya gejala yang timbul bergantung pada 2 faktor yaitu persepsi atau penerimaan individu terhadap stresor dan keefektifan strategi koping yag digunakan individu. Jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jka sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.

b. Koping Psiko-sosial

Adalah reaksi psiko-sosial terhadap adanya stimulus stres yang diterima atau dihadapi. Mneurut Stuart dan Sundeen (1991), terdapat 2 kategori koping yang digunakan untuk mengatasi stres dan kecemasan yaitu: reaksi yang berorientasi pada tugas (menyerang, menarik diri, dan kompromi) yang digunakan untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik, dan memenuhi kebutuhan dasar; reaksi yang berorientasi pada ego yang bekerja secara tidak sadar dalam


(29)

waktu sesaat (kompensasi, mengingkari, mengalihkan, disosiasi, identifikasi, intelektualisasi, introyeksi, proyeksi rasionalisasi, reaksi formasi, regresi, represi, splitting, supresi, undoing, dan sublimasi).

a. Kompensasi; kelemahan yang ada pada dirinya ditutupi dengan menngkatkan kemampuan di bidang lain untuk mengurangi kecemasan.

b. Mengingkari; perilaku menolak realita yang terjadi pada dirinya, dengan beusaha mengatakan tidak terjadi apa-apa pada dirinya.

c. Mengalihkan; mengalihkan emosi yang diarahkan pada benda/ objek yang kurang/ tidak berbahaya.

d. Disosiasi; kehilangan kemampuan mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya.

e. Identifikasi; individu menyamakan dirinya dengan bintang pujaannya dengan meniru pikiran, penampilan, perilaku, atau kesukaannya. f. Intelektualisasi; alas an atau logika yang berebihan untuk menekan

perasaan yang tidak menyenangkan.

g. Introyeksi; perilaku dimana individu menyatuka nilai orang lain atau kelompok ke dalam dirinya.

h. Proyeksi; keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan yang dilakukan sendiri.

i. Rasionalisasi; memberikan alasan yang dapat diterima secara social, yang tampaknya masuk akal untuk membenarkan kesalahan dirinya.


(30)

j. Reaksi Formasi; pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan dengan apa yang benar-benar dirasakan atau dilakukanoleh orang lain.

k. Regresi; menghindari stres, kecemasan dengan menampilkan perilaku kembali seperti pada perkembangan anak.

l. Represi; menekan perasaan/ pengalaman yang menyakitkan atau konflik atau ingatan dari kesadaran yang cenderung memperkuat mekanisme ego lainnya.

m. Spliting; kegagalan individu dalam mengintegrasikan dirinya dalam menilai buruk yang memandang seseorang semuanya baik-semuanya buruk yang tidak konsisten.

n. Supresi; menekan perasaan/ pemgalaman yang menyakitkan kealam tak sadar sampai ia melupakan peristiwa yang menyakitkan itu.

o. Undoing; bertindak atau berkomunikasi yang sebagian diingkarinya sebgaimana yang pernah dikomunikasikannya sebelumnya.

p. Sublimasi; penenrimaan tujuan pengganti yang diterima secara social karena dorongan yang merupakan saluran normal dari ekspresi yang terhambat.

2.2.3 Metode koping

Bell (1977) dalam Rasmun(2004) menyebutkan 2 metode koping individu dalam mengatasi masalah psikologis yaitu:


(31)

a. Metode Koping jangka Panjang

Merupakan cara konstruktif sehingga dinilai efektif dan realistis dalam menangani masalah psikologis untuk kurun wakktu yang lama misalnya berbicara dengan orang lain tentang masalah yang dihadapi, mencari informasi lebih banyak tentang masalah yang dihadapi, memghubungkan masalah dengan kekuatan supranatural, latihan fisik, membuat berbagao alternative tindakan untuk mengurangi masalah, mengambil pelajaran dari peristiwa atau pengalaman masa lalu.

b. Metode Koping Jangka Pendek

Cara ini digunakan untuk mengurangi stress psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak efektif digunakan untuk waktu jangka panjang misalnya menggunakan alcohol atau obat-obatan, melamun dan fantasi, mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak menyenangkan, yakin bahwa semua akan kembali stabil, banyak tidur, banyak merokok, menangis, beralih pada aktifitas lain agar melupakan masalah.

2.2.4 Respon Koping

Menurut Stuart (2006), respon koping dapat digolongkan dalam 2 bagian yaitu:

1. Koping Adaptif

Koping adaptif merupakan mekanisme koping yang mendukung integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan sehingga seseorang secara berulang memproyeksikan evaluasi diri dan bertahan terhadap ancaman-ancaman dasar yang dirasakan.


(32)

2. Koping Maladaptif

Koping maladaptive merupakan koping yang menghambat fungsi integrasi, pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung mengasai. Koping maladaptif menunjukkan respon kelainan atau kerusakan perilaku adaptif dan ketidakmampuan memecahkan masalah pada diri seseorang dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan dalam kehhidupan.

2.2.5 Koping Keluarga

Keluarga yang sehat dan fungsional cenderung bertindak dalam suatu arah yang dapat mengurangi stres (Friedmen, 1998). Tipe strategi koping keluarga ada 2 yaitu:

1. Internal atau intrafamilial (dalam keluarga inti)

Strategi koping keluarga internal meliputi : mengandalkan kelompok keluarga, penggunaan humor, lebih banyak menggunakan pengungkapan bersama, mengontrol makna dari masalah dan penyusunan kembali kognitif, pemecahan masalah secara bersama-sama, fleksibilitas peran, dan normalisasi.

2. Eksternal atau ekstrafamilial (diluar keluarga inti).

Strategi koping keluarga eksternal meliputi : mencari informasi, memelihara hubungan aktif dengan komunitas yang lebih luas, mengupayakan dukungan social,dan mencari dukungan spiritual (Friedmen, 1998).

Koping keluarga yang digunakan dalam menghadapi masalah menurut Mc.Cubbin adalah mencari dukungan social, menggunakan pengalaman masa lalu untuk mengurangi stres, mencari dukungan spiritual, penilaian secara pasif


(33)

terhadap peristiwa yang dialami dengan cara menonton tv, atau diam saja (Rasmun, 2004).

2.3 Konsep Keluarga

2.3.1 Pengertian Keluarga

Keluarga dapat didefinisikan secara biologis, secara hokum, atau sebagai jaringan social dengan ikatan konstruktif secara personal dan ideologis. Keluarga sering digambarkan dalam model tipe Norman Rockwell: dengan orang dewasa dan anak-anak tinggal bersama dalam lingkungan yang selaras. Keluarga terdiri dari berbagai macam jenis bergantung pada individu yang membentuk keluarga (Potter,2005). Hawley (dikutip dari Sitono, 1998), merumuskan keluarga sebagai kelompok kecil individu dalam keterkaitan darah, berbeda dalam jenis kelamin dan umur sebagai akibat hubungan fisik yang erat, tinggal disatu tempat dan mempunyai kegiatan untuk mempertahankan kehidupan bersama.

Karekteristik keluarga menurut Setyowati (2008) yaitu terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan atau adopsi; hidup bersama atau jika terpisah tetap memperhatikan satu sama lain; saling berinteraksi dan masing-masing mempunyai peran social suami, istri, anak, kakak,adik; dan mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan social anggota.

2.3.2 Bentuk Keluarga

Potter (2005) menyatakan Bentuk keluarga merupakan pola manusia yang disadari oleh anggota keluarga untuk dimasukkan ke dalam keluarga. Bentuk keluarga inti sebagai unit terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak; keluarga besar


(34)

terdiri dari kelurga inti ditambah kerabat (bibi, paman, kakek, nenek, dan sepupu); kelurga dengan orang tua tunggal; keluarga campuran (pernikahan kembali); dan pola alternative hubungan seperti kelurga skip generation (kakek/nenek yang mengasuh cucu).

2.3.3 Fungsi Keluarga

Friedmann dalam setyowati (2008) menyatakan terdapat 5 fungsi dasar keluarga, yaitu fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, fungsi sosialisasi dimana keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, fungsi reproduksi berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia, fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga, dan fungsi perawatan kesehatan untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit.

2.3.4 Keluarga dalam Pelayanan Kesehatan

Doherty dan Campbell dalam Setiono (1998) mengembangkan konsep lingkaran kesehatan keluarga dan penyakit yang dapat dipakai dengan difokuskan pada pengalaman keluarga menghadapi penyakit. Reaksi penyakit paling mudah diteliti pada penyakit khronis dan degeneratif. WHO menulis bahwa keluarga sebagai primary social agent dalam promosi kesehatan atau penelitian-penelitian keluarga/ kesehatan sangat dipengaruhi perilaku kesehatan dan pendekatan melalui keluarga (family center approach) merupakan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan kesehatan untuk semua orang (health for all) pada tahun 2000 (Setiono dkk, 1998).


(35)

Sebagai klien yang bersifat keluarga, manusia diartikan sebagai sekelompok individu atau kumpulan dari individu yang saling berhubungan dan berinteraksi satu dengan yang lain dalam lingkungan sendiri atau masyarakat, sehingga dalam memberikan perawatan selalu memandang aspek keluarga karena melalui keluarga ini akan dapat diketahui faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan agar tujuan perawatan dalam rangka membantu meningkatkan kemampuan keluarga untuk mampu menyelesaikan masalah (tugas) kesehatan secara mandiri (Hidayat, 2004).

2.4 Konsep Sehat dan Sakit

2.4.1 Pengertian Sehat dan Sakit

Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual (Potter, 2005). Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.

Sakit adalah suatu keadaan dimana fungsi fisik, emosional, inetelektual, sosial, perkembangan , atau spiritual seseorang berkurang atau terganggu bila dibandingkan kondisi sebelumnya (Potter, 2005).

Status kesehatan bersifat dinamis dan selalu berubah setiap waktu sehingga diperlukan alat ukur untuk menilai status kesehatan yang digambarkan sebagai berikut:


(36)

Sejahtera sehat sehat setengah sakit sakit mati sekali normal sakit kronis

2.4.2 Perilaku Sakit

Seseorang yang sedang sakit pada umumnya mempunyai perilaku yang menurut istilah sosiologi kedokteran disebut perilaku sakit. Perilaku sakit mencakup cara seseorang memantau tubuhnya, mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialaminya,melakukan upaya penyembuhan, dan menggunakan system pelayanan kesehatan (Mechanic dalam Potter, 2005). Jika individu merasa dirinya sakit, maka perilaku sakit dapat berfungsi sebagai mekanisme koping (Potter,2005).

Variable yang mempengaruhi perilaku sakit dapat dibagi menjadi 2 (Potter,2005) yaitu: variable internal dan eksternal. Variable internal antara lain persepsi terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami. Variable eksternal terdiri dari gejala yang dapat dilihat, kelompok social, latar belakang budaya, variable ekonomi, kemudahan akses ke dalam system pelayanan kesehatan, dan dukungan social.

Adapun perilaku yang terjadi selama sakit antara lain: adanya perasaan ketakutan, menarik diri, egosentris, sensitif terhadap persoalan sakit, reaksi emosional tinggi, perubahan persepsi, dan berkurangnya minat (Hidayat, 2004).


(37)

2.4.3 Dampak Sakit

Dampak sakit dapat terjadi pada individu yang telah mengalami sakit baik yang dirawat di rumah maupun dirawat di rumah sakit. Dampak tersebut dapat terjadi pada individu, keluarga, atau masyarakat. Dampak-dampak tersebut antara lain: terjadi perubahan peran pada keluarga, terjadinya gangguan psikologis, masalah keuangan, kesepian akibat perpisahan, terjadinya perubahan kebiasaan social, terganggunya privasi seseorang, otonomi akibat pasien selalu memiliki ketergantungan, dan terjadinya perubahan gaya hidup (Hidayat, 2004).

2.4.4 Tahapan Proses Sakit

Adapun tahapan proses sakit menurut Hidayat (2004) adalah seperti berikut:

1. Tahap gejala

Merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanya perasaan tidak nyaman terhadap dirinya karena timbulnya suatu gejala yang dapat meliputigejala fisik seperti adanya perasaan nyeri, panas, dan lain-lain sebagai manifestasi terjadinya ketidakseimbangan dalam tubuh. Setiap gejala timbul sebagai manifestasi fisik.

2. Tahap asumsi terhadap sakit

Pada tahap ini seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang dialaminya dan akan merasakan keragu-raguan pada kelainan atau gangguan yang dirasakan pada tubuhnya sehingga akan timbul respon dalam bentuk emosi seperti merasakan kecemasan atau ketakutan.


(38)

3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan

Tahapan ini seseorang telah mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan dengan meminta nasehat dari profesi kesehatan seperti dokter, perawat atau lainnya.

4. Tahap ketergantungan

Tahapan ini terjadi setelah seseorang dianggap mengalami suatu penyakit yang tentunya akan mendapatkan bantuan pengobatan sehingga kondisi seseorang sudah mulai ketergantungan sesuai tingkat penyakitnya.

5. Tahap penyembuhan

Merupakan tahap terakhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk beradaptasi, dimana seseorang kan melakukan proses belajar untuk melepaskan perannya selama sakit dan kembali berperan seperti sebelum sakit serta adanya persiapan untuk berfungsi dalam kehidupan sosial.

2.4.5 Jenis-jenis Penyakit

Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidak nyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang dipengaruhinya. Jenis penyakit yang diderita oleh manusia sangat beragam. Ada penyakit yang disebabkan dari dalam tubuh manusia maupun dari luar tubuh manusia seperti kegagalan fungsi organ tubuh, bakteri, kuman, racun, virus, jamur, atau keturunan (Asia Brain, 2008). Jenis penyakit terdiri dari:


(39)

Jenis penyakit yang terjangkit dalam tubuh manusia dalam kurun waktu yang sangat lama bahkan dapat mengakibatkan kematian, diantaranya: AIDS, Kanker, Jantung.

2. Jenis penyakit langka

Penderita penyakit ini masih dibilang sedikit, kurang lebih sekitar seratus ribu atau 0,5% dari seluruh penduduk dunia. Pada masa sekarang, penyakit langka ini masih sangat sulit memperoleh obat atau pengobatannya. Penyakit-penyakit tersebut, antara lain : Asidosis tubulus renalis, Citrulinemia Fabry disease, Morquio, kekurangan enzim lisosom tertentu, Multiple sclerosis (MS), Phenylketonuria (PKU).

3. Jenis penyakit tidak penyakit menular

Penyakit ini disebabkan masalah metabolisme atau fisiologis pada jaringan tubuh manusia, antara lain: batuk, keracunan makanan, ketergantungan dan penyalahgunaan obat terlarang, kecelakaan, penyakit gangguan mental, sakit gigi, sakit perut, sariawan.

4. Jenis penyakit menular

Jenis penyakit yang disebabkan oleh amuba, bakteri, jamur, virus, yang menjangkiti tubuh manusia. Di bawah ini disebutkan beberapa jenis penyakit menular yang umum kita kenal: anthrax, batuk rejan, cacingan, cacar air, campak, chikungunya, demam berdarah, demam campak, demam kelenjar, diare, disentri, amuba, hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, impetigo, influenza, kolera, kudis, kutu, kurap, lepra, malaria, penyakit tangan, kaki dan mulut, rabies, radang lambung dan usus, rubella, tetanus.


(40)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka penelitian menggambarkan stres dan koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

Keterangan skema: : diteliti : tidak diteliti

Skema 1. Kerangka konseppenelitian stress dan koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

Stres:

 Stres tingkat ringan

 Stres tingkat sedang

 Stres tingkat berat Keluarga yang

merawat anggota keluarga yang sakit

Koping:  InternalEksternal

Sifat stressor:

 Persepsi dan Intensitas terhadap stressor

 Jumlah stressor

 Lamanya pemaparan


(41)

3.2 Defenisi Konseptual

3.2.1 Stres

Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang (Isaacs, 2004).

3.2.2 Koping

Koping merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik (Rasmun, 2004).

3.2.3 Keluarga

Keluarga yaitu terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan atau adopsi; hidup bersama atau jika terpisah tetap memperhatikan satu sama lain; saling berinteraksi dan masing-masing mempunyai peran sosial (Setyowati, 2008).

3.3 Defenisi Operasional

3.3.1 Stres

Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan fisik (tidak bisa rileks, merasa letih, tegang pada otot punggung dan tengkuk, konstipasi atau kadang diare, jantung berdebar-debar, terbangun saat malam, sering berkemih, insomnia, tidak nyaman pada perut dan lambung) dan psikis (khawatir, cemas dan gelisah, takut, gugup) pada seseorang akibat merawat anggota keluarga yang sakit yang berobat ke Poliumum Puskesmas Medan Johor.


(42)

3.3.2 Koping

Koping merupakan respon individu baik secara internal maupun eksternal terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik yang timbul akibat merawat anggota keluarga yang sakit yang datang berobat ke Poliumum Puskesmas Medan Johor.

3.3.3 Keluarga

Keluarga yaitu terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan atau adopsi; hidup bersama atau jika terpisah tetap memperhatikan satu sama lain yang merawat anggota keluarga yang sakit yang datang berobat ke Poliumum Puskesmas Medan Johor.


(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah dekriptif eksploratif yang bertujuan untuk mengidentifikasi stres dan koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit di Kecamatan Medan Johor.

4.2 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah keluarga dari pasien yang datang berobat ke Poliumum Puskesmas Medan Johor dengan jumlah populasi 415 orang. Data ini diperoleh dari laporan bulanan data kesakitan Puskesmas Medan Johor bulan Oktober.

Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini diambil berdasarkan rumusan Arikunto (2007) yaitu 10% dari jumlah keluarga dari pasien yang datang berobat ke Poliumum Puskesmas Medan Johor, sehingga diperoleh 42 orang. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan cara memilih sampel sesuai kriteria yang diinginkan. Adapun kriteria yang ditetapkan untuk sampel yaitu keluarga yang sedang merawat anggota keluarga yang sakit dan bersedia menjadi responden.

4.3 Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Medan Johor. Penelitian ini dilaksanakan pada 5-23 Januari 2010.

4.4 Pertimbangan Etik

Masalah etik penelitian keperawatan merupakan masalah yang penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung


(44)

dengan manusia (Hidayat, 2007). Pertimbangan etik pada penelitian ini mencakup Inform consent (Lembar persetujuan), anonimiaty (tanpa nama), dan kerahasiaan (Confidentiality). Kerahasiaan informasi yang diberikan dijamin oleh responden (Nursalam, 2003).

Peneliti langsung memberikan lembar persetujuan penelitian kepada responden agar tujuan penelitian lebih mudah dipahami responden. Responden yang berpartisipasi pada penelitian ini adalah responden yang menandatangani lembar persetujuan (inform consent).

4.5 Instrumen Penelitian

Penelitin ini menggunakan kuisioner yang bersifat tertutup yang terdiri atas pertanyaan tentang data demografi, 15 butir pernyataan tentang stres keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit, dan 12 butir pernyataan tentang koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Kuisioner disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori dan konsep yang terdapat di tinjauan pustaka.

Jenis skala pengukuran untuk instrumen penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi stres keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit yaitu skala likert dengan jawaban Selalu bernilai 4, Sering bernilai 3, Kadang bernilai 2, Tidak pernah bernilai 1, sedangkan untuk mengidentifikasi koping yang digunakan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit digunakan skala dikotomi dengan jawaban ya dan tidak . Total skor pernyataan tentang stress keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit adalah 60, semakin


(45)

tinggi skor semakin tinggi tingkat stress, sedangkan total skor untuk masing-masing koping adalah 6.

Menetukan tingkat stres keluarga digunakan rumus panjang kelas (Hidayat, 2007) yaitu:

Panjang Kelas

=

Rentang kelasBanyak kelas

Maka stress dapat dikategorikan sebagai berikut: Stres tingkat ringan, bernilai 45-60

Stres tingkat sedang, bernilai 30-44 Stres tingkat ringan, bernilai 15-29

Pada pernyataan koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit akan dilihat strategi koping keluarga yang lebih dominan digunakan antara internal dengan eksternal melalui tabel distribusi frekuensi.

4.6 Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Uji validitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji validitas isi yaitu validitas yang merujuk pada sejauh mana sebuah instrument membuat rumusan-rumusan sesuai isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu. Validitas isi dilakukan atas dasar pertimbangan peneliti dalam makna mengandung unsur subjektif dan mengacu pada isi yang dikehendaki (Setiadi, 2007). Uji validitas pada penelitian ini dilakukan oleh Ibu Lufthiani, S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing dan pengajar mata kuliah keperawatan keluarga di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan.

Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk melihat adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran dilaksanakan oleh orang yang


(46)

berbeda ataupun waktu yang berbeda (Setiadi, 2007). Uji reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu konsistensi internal karena memiliki kelebihan yaitu instumen dicobakan sekali saja kemudian dianalisis dengan tekhnik tertentu. Uji reliabilitas dilakukan pada 10 orang responden yang memenuhi kriteria sampel. Teknik analisa yang digunakan pada kuisioner stres keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit adalah Cronbach Alpha dengan koefisien reliable 0,85 sedangkan kuisioner koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit digunakan metode analisa Kuder-Richardison 21 (KR21) dengan koefisien reliable 0,95. Hasil uji reliabilitas kuisioner yang dilakukan peneliti sudah reliable karena r hitung > r tabel dimana r tabel bernilai 0,707 (Hidayat, 2007).

4.7 Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data dilakukan dengan rekomendasi izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU. Setelah itu permohonan izin yang diperoleh di kirim ke Dinas Kesehatan Kota Medan untuk meminta surat rekomendasi penelitian ke Puskesmas Medan Johor sehingga diperoleh izin penelitian dari Puskesmas Medan Johor. Kemudian peneliti menentukan responden yang memenuhi kriteria inklusi penelitian di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Medan Johor. Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara menunggu keluarga yang mengantar pasien berobat ke Puskesmas Medan Johor.

Responden yang dijadikan sampel penelitian diberikan penjelasan tentang tujuan penelitian dan meminta kesediaannya untuk menjadi responden dengan


(47)

menandatangani surat persetujuan (inform consent). Selanjutnya peneliti mengambil data yang diperoleh melalui tekhnik wawancara dengan responden yang berpedoman pada kuisioner penelitian selama 15 menit tiap responden. Peneliti menanyakan isi kuisioner dan responden menjawab sesuai dengan apa yang dipikirkan dan jawaban responden diisi dalam kuisioner. Setelah selesai, data yang sudah dikumpulkan dilakukan analisa.

4.8 Analisa Data

Statistik deskriptif digunakan untuk mengolah dan menyajikan data demografi dan karakteristik lain termasuk stres dan koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Data yang telah diperoleh diolah mengunakan sistem komputerisasi dengan cara memberikan kode/ penomoran pada kuisioner yang telah diisi responden, memasukkan data ke dalam program komputer, analisa data, dan pengeditan bila terjadi kesalahan (missing data). Data demografi dan pernyataan tentang stres dan koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase.


(48)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

1.1 Karakteristik Responden

Proporsi karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama, suku, pekerjaan, penghasilan keluarga perbulan, anggota keluarga yang sakit, dan penyakit yang dirawat anggota keluarga) di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.1 Karakteristik keluarga yang merawat anggota keluarga yang sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor bulan Januari 2010 (n=42)

No Karakteristik Responden f %

1. Usia

Remaja (15 - 20) Dewasa Muda (21 - 40) Dewasa Tengah (41 - 60) Lansia (>60) 2 26 14 -4,76 61,91 33,33 -2

. Jenis kelaminLaki-laki

Perempuan 1032 23.876.2

3

. Tingkat PendidikanSD SMP SMA Perguruan Tinggi 6 9 23 4 14.3 21.4 54.8 9.5 4

. AgamaIslam Kristen Budha Hindu 30 12 -71.4 28.6 -5

. SukuBatak Melayu Minang 18 2 1 42.9 4.8 2.4


(49)

Jawa

Aceh 183 42.97.1

6

. PekerjaanPegawai Negeri Pegawai swasta Wiraswasta Buruh

Ibu Rumah Tangga Pelajar/ mahasiswa 3 3 8 2 24 2 7.1 7.1 19.0 4.8 57.1 4.8 7

. Penghasilan Keluarga perbulan< Rp 750.000 Rp 750.000 Rp 1. 500.000 > Rp 1.500.000

-30 12 -71.4 28.6 8

. Anggota Keluarga yang SakitSuami Istri Ayah Ibu Anak Saudara -3 -5 32 2 -7.1 -11.9 76.2 4.8 9

. Penyakit yang Dirawat KeluargaDemam ISPA Asam Lambung Sistem Perkemihan Diare Cacar Asma

Alergi pada Kulit Batuk Darah Apendiksitis Diabetes Mellitus 21 3 3 1 6 2 1 2 1 1 1 50.0 7.1 7.1 2.4 14.3 4.8 2.4 4.8 2.4 2.4 2.4

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa proporsi karakteristik responden yang sedang merawat anggota keluarga yang sakit tertinggi pada usia dewasa awal yaitu: 21-40 tahun (61,91%), jenis kelamin perempuan (76,2%), tingkat pendidikan SMA (54,8%), agama islam (71,4%), suku batak dan jawa (42,9%),


(50)

pekerjaan ibu rumah tangga (57,1%), penghasilan keluarga perbulan Rp 750.000 Rp 1. 500.000 (71,4%), anggota keluarga yang dirawat: anak (76,2%), dan penyakit yang dirawat anggota keluarga yaitu: demam (50,0%).

1.2 Stres Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit ditinjau dari Aspek Psikis

Tabel 1.2 Stres keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit ditinjau dari aspek psikis di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor bulan Januari 2010 (n=42)

No Pernyataan SL SR KD TP

f % f % f % f %

1. Saya khawatir terhadap anggota keluarga saya yang sakit.

8 19.0 23 54.8 9 21.4 2 4.8

2. Saya cemas dan gelisah merawat anggota keluarga yang sakit.

4 9.5 21 50.0 14 33.3 3 7.1

3. Saya takut tidak bisa menyediakan biaya pengobatan untuk merawat anggota keluarga yang sakit.

3 7.1 8 19.0 17 40.5 14 33.3

4. Saya takut anggota keluarga


(51)

sembuh.

5. Saya sendiri merawat anggota keluarga yang sakit.

22 52.4 8 19.0 7 16.7 5 11.9

6. Saya gugup merawat anggota keluarga yang sakit.

4 9.5 1 2.4 22 52.4 15 35.7

7. Pikiran/ perasaan saya tidak bisa santai/ rileks saat merawat anggota keluarga yang sakit.

4 9.5 15 35.7 22 52.4 1 2.4

Dari hasil penelitian diperoleh gambaran stres keluarga ditinjau dari aspek psikis yaitu keluarga sering khawatir terhadap anggota keluarga yang sakit (54.8%), sering cemas dan gelisah dalam merawat anggota keluarga yang sakit (50.0%), kadang takut tidak bisa menyediakan biaya pengobatan (40.5%), tidak merasa takut anggota keluarga yang sakit tidak segera sembuh (45.2%), selalu sendiri merawat anggota keluarga yang sakit (52.4%), kadang gugup merawat anggota keluarga yang sakit (52.4%), kadang pikiran/ perasaan tidak bisa santai/ rileks saat merawat anggota keluarga yang sakit (52.4%).


(52)

1.3 Stres Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit ditinjau dari Aspek Fisik

Tabel 1.3 Stres keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit ditinjau dari aspek fisik di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor bulan Januari 2010 (n=42)

No Pernyataan SL SR KD TP

f % f % f % f %

1. Saya merasa letih sewaktu bangun pagi karena merawat anggota keluarga yang sakit.

8 19.0 5 11.9 19 45.2 10 23.8

2. Saya merasa tegang pada otot punggung dan tengkuk karena merawat anggota keluarga yang sakit..

8 19.0 5 11.9 22 52.4 7 16.7

3. Saya mengalami susah BAB dan/ diare saat merawat anggota keluarga yang sakit.

1 2.4 1 2.4 4 9.5 36 85.7

4. Jantung saya


(53)

anggota keluarga yang sakit..

5. Saya terbangun dari tidur pada malam hari saat merawat anggota keluarga yang sakit.

2 4.8 23 54.8 10 23.8 7 16.7

6. Saya sering buang air kecil saat merawat anggota keluarga yang sakit.

1 2.4 3 7.1 0 0 38 90.5

7. Saya sulit tidur saat merawat anggota keluarga yang sakit.

6 14.3 14 33.3 17 40.5 5 11.9 8. Saya merasa tidak

nyaman pada perut dan lambung saat merawat anggota keluarga yang sakit.

1 2.4 2 4.8 4 9.5 35 83.3

Dari hasil penelitian diperoleh gambaran stres keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit ditinjau dari aspek fisik yaitu: kadang merasa letih sewaktu bangun pagi saat merawat anggota keluarga yang sakit (45.2%), kadang merasa tegang pada otot punggung dan tengkuk karena merawat anggota keluarga


(54)

yang sakit (52.4%), tidak mengalami susah BAB dan/ diare karena merawat anggota keluarga yang sakit (85.7%), tidak pernah mengalami jantung berdebar-debar karena merawat anggota keluarga yang sakit (50.0%), sering terbangun dari tidur pada malam hari saat merawat anggota keluarga yang sakit (54.8%), tidak sering buang air kecil saa merawat anggota keluarga yang sakit (90.5%), kadang sulit tidur saat merawat anggota keluarga yang sakit (40.5%), tidak pernah merasa tidak nyaman pada perut dan lambung saat merawat anggota keluarga yang sakit (83.3%).

1.4 Tingkat Stres dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit

Tabel 1.4 Tingkat stres keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor bulan Januari 2010 (n=42)

No Tingkat stres f %

1 Tinggi 2 4.8

2 Sedang 20 47.6

3 Ringan 20 47.6

Dari hasil penelitian diperoleh tingkat stres dalam merawat anggota keluarga yang sakit yang dominan yaitu stress ringan dan sedang (masing-masing 47.6%).

1.5 Koping Internal Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit

Tabel 1.5 Koping internal keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor bulan Januari 2010 (n=42)


(55)

No Pernyataan Ya Tidak

f % f %

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Keluarga menggunakan humor untuk meramaikan suasana dalam keluarga saat merawat anggota keluarga yang sakit..

Keluarga dapat menerima kondisi anggota keluarga yang sakit.

Keluarga mendiskusikan masalah merawat anggota keluarga yang sakit.

Keluarga akan menggantikan peran anggota keluarga yang sedang sakit.

Keluarga melakukan kegiatan kumpul bersama saat merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga saling memperhatikan satu dan yang lainnya saat merawat anggota keluarga yang sakit.

26 41 38 37 34 42 61.9 97.6 90.5 88.1 81.0 100.0 16 1 4 5 8 0 38.1 2.4 9.5 11.9 19.0 0


(56)

Dari hasil penelitian diperoleh koping kluarga internal dalam merawat anggota keluarga yang sakit yaitu penggunaan humor (61,9%), menerima kondisi anggota keluarga yang sakit (97.6%), mendiskusikan masalah merawat anggota keluarga yang sakit (90.5%), menggantikan peran anggota keluarga yang sakit (88.1%), melakukan kegiatan kumpul bersama saat merawat anggota keluarga yang sakit (81.0%), saling memperhatikan satu dan yang lainnya saat merawat anggota keluarga yang sakit (100%).

1.6 Koping Eksternal Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit

Tabel 1.6 Koping eksternal keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor bulan Januari 2010 (n=42)

No Pernyataan Ya Tidak

f % f %

1.

2.

3.

Keluarga mencari berbagai informasi untuk merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga merasa membutuhkan bantuan orang lain untuk merawat anggota keluarga yang sakit.

Keluarga mengungkapkan masalah yang dihadapi kepada

25 15 19 59.5 35.7 45.2 17 27 23 40.5 64.3 54.8


(57)

4.

5.

6.

teman/ tetangga/ orang lain yang dipercaya.

Keluarga merasa bahwa masalah yang dihadapi akan lebih ringan jika bersabar dan berdoa kepada Tuhan.

Keluarga sering mengikuti kegiatan keagamaan di sekitar tempat tinggal saat merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga memiliki pergaulan dan sosialisasi yang baik dengan tetangga saat merawat anggota keluarga yang sakit.

42 28 42 100.0 66.7 100.0 0 14 0 0 33.3 0

Dari hasil penelitian diperoleh koping keluarga eksternal dalam merawat anggota keluarga yang sakit yaitu: mencari informasi untuk merawat anggota keluarga yang sakit (59.5%), tidak membutuhkan bantuan dari orang lain untuk menghadapi masalah yang terjadi (64.3%), tidak mengungkapkan masalah yang dihadapi kepada teman/ tetangga/ orang lain yang dipercaya (54.8%), merasa bahwa masalah yang dihadapi akan lebih ringan jika bersabar dan berdoa kepada Tuhan (100.0%), sering mengikuti kegiatan keagamaan di sekitar tempat tinggal saat merawat anggota keluarga yang sakit (66.7%), memiliki pergaulan dan


(58)

sosialisasi yang baik dengan tetangga saat merawat anggota keluarga yang sakit (100.0%).

1.7 Strategi Koping Keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit

Tabel 1.7 Strategi koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor bulan Januari 2010 (n=42)

No Koping Keluarga f %

1 Internal 25 59.5

2 Eksternal 8 19.0

3 Seimbang 9 21.4

Dari hasil penelitian diperoleh gambaran koping keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit yang dominan yaitu koping internal (59.5%).


(59)

2. Pembahasan

2.1 Stres Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit

Tingkat stres pada masing-masing keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit dapat bervariasi. Dari data demografi responden, karakteristik yang mempengaruhi tingkat stres keluarga meliputi : usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga perbulan, anggota keluarga yang sakit, dan penyakit yang dirawat anggota keluarga.

Responden yang sedang merawat anggota keluarga yang sakit pada saat penelitian berada pada rentang usia dewasa (95,24%). Individu yang telah dewasa diharapkan telah memiliki kematangan untuk berpikir rasional. Hal ini sesuai dengan pernyataan Potter (2005) dimana seorang dewasa biasanya mempunyai identitas yang lebih stabil dan konsep diri berkembang lebih kuat sehingga individu lebih berpikiran positif terhadap stresor yang datang.

Responden yang sedang merawat anggota keluarga yang sakit dari hasil penelitian mayoritas pendidikan terakhir berada pada jenjang SMA (54,8%). Menurut Muzaham (2005), Pendidikan formal pada dasarnya akan memberikan kemampuan kepada seseorang untuk berpikiran rasional dan objektif. Jadi, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula respon individu tersebut dalam mempersepsikan stres dalam kehidupannya.

Karakteristik lain yang juga mempengaruhi tingkat stres keluarga yaitu pekerjaan responden sebagai ibu rumah tangga (57,1%) artinya responden yang sedang merawat anggota keluarga yang sakit tidak memiliki peran ganda atau


(60)

peran tambahan dalam keluarga sehingga tidak ada stresor tambahan yang memperberat tingkat stres yang dialami keluarga.

Anggota keluarga yang sakit yang sedang dirawat keluarga mayoritas berperan sebagai anak (76,2%) dengan keluhan demam (50,0%). Seseorang yang berperan sebagai anak apabila mengalami sakit dipersepsikan tidak akan menghambat fungsi keluarga yang meliputi fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi fisik. Sehingga tidak ada stresor tambahan pada keluarga dalam hal menggantikan peran anggota keluarga dan menjalankan fungsi keluarga selain merawat anggota keluarga yang sakit.

Karakteristik lain yang mempengaruhi tingkat stres keluarga yaitu tingkat penghasilan keluarga yang sedang merawat anggota keluarga yang sakit berada di atas upah minimum regional (UMR). Sehingga dinilai bahwa keluarga tidak mengalami kesulitan dari segi ekonomi yang dapat memicu penambahan tingkat stres. Poerwandari (2006) mengatakan bahwa kesulitan hidup sehari-hari ternyata tidak dapat dianggap remeh, misalnya kekhawatiran tentang bagaimana memperoleh uang cukup, hubungan sosial yang tidak mulus dengan teman atau tetangga, terlalu banyaknya pekerjaan, ketidakmampuan memberikan waktu bagi keluarga, dan sebagainya membuat individu mengalami stres.

Dari uraian di atas, tidak ada faktor yang memperberat tingkat stres keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yangmana diperoleh mayoritas responden yang sedang merawat anggota keluarga yang sakit mengalami stres tingkat ringan dan sedang dengan


(61)

persentase sama besar yaitu 47,6% sedangkan yang mengalami stres tingkat berat hanya 4,8% saja.

Tingkat stres yang bervariasi yakni ringan, sedang dan berat pada keluarga yang merawat anggota keluarga yang sakit tergantung pada penerimaan individu dan karakter personal individu dalam menghadapi stres. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan dari Rasmun (2004), stres terjadi karena stresor dipersepsikan oleh individu sebagai suatu ancaman. Karnadi (1999) menambahkan, kepribadian dan pola prilaku individu menentukan reaksi terhadap suatu situasi atau kejadian.

2.2 Koping Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mayoritas (n=25, 59,5%) responden yang sedang merawat anggota keluarga yang sakit lebih dominan menggunakan koping internal, artinya proses yang dilalui oleh keluarga dalam menyelesaikan masalah merawat anggota keluarga yang sakit lebih mengarah kepada penyelesaian secara internal atau dalam keluarga. Hal tersebut sesuai dengan fungsi keluarga dalam Setiawati dan Dermawan (2008), fungsi internal keluarga merupakan dasar kekuatan keluarga dimana didalamnya keluarga saling mendukung, saling menghargai, dan saling mengasihi antar anggota keluarga.

Penggunaan strategi koping keluarga tipe internal pada penelitian diasumsikan berkaitan dengan stres tingkat ringan dan sedang yang dialami mayoritas responden dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga lebih mengoptimalkan fungsinya sebagai perawatan kesehatan dengan bantuan yang minimal dari luar keluarga/ eksternal. Hal tersebut juga dapat dilihat pada hasil penelitian yang menunjukkan rendahnya persentase keluarga yang lebih


(62)

memaksimalkan koping eksternal (n=8, 19,0%) dan keluarga yang menggunakan koping internal dan eksternal secara seimbang (n=9, 21.4%) dalam mengatasi stress akibat merawat anggota keluarga yang sakit.


(63)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Stres keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor ditinjau dari faktor fisik dan psikis berada pada tingkat ringan dan sedang. Sedangkan Koping keluarga yang digunakan dalam merawat anggota keluarga yang sakit lebih dominan pada koping internal.

2. Saran

2.1 Bagi Praktek Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat diiharapkan juga peka terhadap kondisi keluarga yang merawat anggota keluarga yang sakit karena penyakit yang diderita oleh salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi anggota keluarga lainnya.

2.2 Bagi Puskesmas

Interaksi yang lebih hangat kepada pasien dan keluarganya akan dapat menumbuhkan kenyamanan yang dapat mengurangi stres pada keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih cermat mengontrol faktor-faktor lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi tingkat stres seperti faktor-faktor penerimaan diri dan karakter personal/ tipe kepribadian individu dan dapat membuat pernyataan-pernyataan yang dapat lebih mengungkap fakta yang terjadi di lapangan sehingga dapat diperoleh hasil yang murni.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Kusnadi, Chandar. (2003).Teori dan Manajemen Stres. Malang:Taroda. Arikunto, S. (2007).Manajemen Penelitian.Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Asia Brain (2008). Jenis Penyakit. Diambil tanggal 21 Oktober 2009 dari http://www.anneahira.com/pencegahan-penyakit/jenis-penyakit.htm

Chandra, Asep. (2007). Redakan Stres dengan Lactium. Diambil tanggal 01

Oktober 2009 dari

http://202.146.5.33/ver1/Kesehatan/0711/13/155613.htm

Depkes RI. (2009). Info Aktual Stres. Diambil tanggal 01 Oktober 2009 dari http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/stres141207.htm

Friedman, Marilyn M. (1998). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007).Metode Penelitian dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Isaacs, Ann. (2004). Panduan Belajar: Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta: EGC.

Karnadi, (1999). Stres dalam Kehidupan Sehari-hari. Diambil tanggal 01 Oktober 2009 dari http://www.cerminduniakedokteran.com.


(65)

Muzaham, Fauzi. (2005). Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan. Jakarta: UI Press.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Medika Salemba.

Poerwandari, Kristi. (2006). Stres dalam Kehidupan Sehari-hari. Diambil tanggal 01 Oktober 2009 dari http://www.pulih.or.id.

Potter, Patricia A. (2005).Buku Ajar Fundamntal Keperawatan. Jakarta: EGC. Rasmun. (2004). Stres, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah

Keperawatan. Jakarta: Sagung seto.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Gara Ilmu.

Setiawati, S dan Dermawan, AC. (2008). Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.

Setiono, Kusdwiratri, dkk. (1998). Manusia, Kesehatan, dan Lingkungan. Bandung: Alumni.

Setyowati, Sri dan Arita Murwani. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Mitra Cendikia.

Sriati, AAT. (2008). Tinjauan Tentang Stres. Dibuka 27 September 2009 pada situs http://osha.europa.eu/en/publications/reports/203.

Stuart, Gail W. (2006).Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Suliswati, et al. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.


(66)

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bernama Juliana A. Nst / 061101086 adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Stres dan Koping Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit di Wilayah Kerja Puskesmas Medan johor . Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya meminta kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya meminta kesediaannya untuk menjawab pertanyan yang saya berikan dengan jujur. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari.

Partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini.

Terima kasih atas partisipasi Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari dalam penelitian ini.

Medan, Januari 2010

Peneliti Responden


(67)

KUISIONER PENELITIAN

Stres dan Koping Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit di Kecamatan Medan Johor

Petunjuk pengisian:

1. Jawablah semua pertanyaan dengan memberikan tanda check list () pada tempat yang disediakan.

2. Semua pertanyaan harus dijawab.

3. Setiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

4. Bila ada pertanyaan yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti. A. Data Demografi

Tanggal/ kode responden : - - / (diisi oleh peneliti)

Usia : ..Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Tingkat Pendidikan : SD SMP

SMU Perguruan tinggi

Agama : Islam Kristen

Budha Hindu

Suku : Batak Melayu

Minang Jawa Lain-lain, sebutkan ..


(68)

Pegawai Swasta Wiraswasta Buruh

Ibu Rumah Tangga Lain-lain, sebutkan .. Penghasilan keluarga perbulan : < Rp 750.000

Rp 750.000 Rp 1. 500.000 > Rp 1.500.000

Anggota Keluarga yang sakit : Suami Istri

Ayah Ibu

Anak Lain-lain, sebutkan Penyakit yang dirawat keluarga :

B. Kuisioner Stres Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Sakit. Berilah tanda check list () pada kolom sesuai tanggapan Anda.

SL : Selalu SR : Sering

KD : Kadang-kadang TP : Tidak pernah


(69)

No Pernyataan SL SR KD TP 1. Saya khawatir terhadap anggota keluarga saya

yang sakit.

2. Saya cemas dan gelisah merawat anggota keluarga yang sakit.

3. Saya takut tidak bisa menyediakan biaya pengobatan untuk merawat anggota keluarga yang sakit.

4. Saya takut anggota keluarga yang sakit tidak segera sembuh.

5. Saya sendiri merawat anggota keluarga yang sakit.

6. Saya gugup merawat anggota keluarga yang sakit.

7. Pikiran/ perasaan saya tidak bisa santai/ rileks saat merawat anggota keluarga yang sakit. 8. Saya merasa letih sewaktu bangun pagi karena

merawat anggota keluarga yang sakit.

9. Saya merasa tegang pada otot punggung dan tengkuk karena merawat anggota keluarga yang sakit..

10. Saya mengalami susah BAB dan/ diare saat merawat anggota keluarga yang sakit.


(1)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 15 35.7 35.7 35.7

2 22 52.4 52.4 88.1

3 1 2.4 2.4 90.5

4 4 9.5 9.5 100.0

Total 42 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 1 2.4 2.4 2.4

2 22 52.4 52.4 54.8

3 15 35.7 35.7 90.5

4 4 9.5 9.5 100.0

Total 42 100.0 100.0

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 10 23.8 23.8 23.8

2 19 45.2 45.2 69.0

3 5 11.9 11.9 81.0

4 8 19.0 19.0 100.0

Total 42 100.0 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 7 16.7 16.7 16.7

2 22 52.4 52.4 69.0


(2)

4 8 19.0 19.0 100.0

Total 42 100.0 100.0

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 36 85.7 85.7 85.7

2 4 9.5 9.5 95.2

3 1 2.4 2.4 97.6

4 1 2.4 2.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

P11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 21 50.0 50.0 50.0

2 15 35.7 35.7 85.7

3 5 11.9 11.9 97.6

4 1 2.4 2.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

P13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 38 90.5 90.5 90.5

2 3 7.1 7.1 97.6

4 1 2.4 2.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

P13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

Valid 1 38 90.5 90.5 90.5

2 3 7.1 7.1 97.6

4 1 2.4 2.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

P14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 5 11.9 11.9 11.9

2 17 40.5 40.5 52.4

3 14 33.3 33.3 85.7

4 6 14.3 14.3 100.0

Total 42 100.0 100.0

P15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 35 83.3 83.3 83.3

2 4 9.5 9.5 92.9

3 2 4.8 4.8 97.6

4 1 2.4 2.4 100.0


(4)

FREQUENCIES VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0] D:\KOPING SKOR.sav

Statistics

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12

N Valid 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42 42

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 16 38.1 38.1 38.1

1 26 61.9 61.9 100.0

Total 42 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 1 2.4 2.4 2.4

1 41 97.6 97.6 100.0

Total 42 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 4 9.5 9.5 9.5

1 38 90.5 90.5 100.0

Total 42 100.0 100.0


(5)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 5 11.9 11.9 11.9

1 37 88.1 88.1 100.0

Total 42 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 8 19.0 19.0 19.0

1 34 81.0 81.0 100.0

Total 42 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 42 100.0 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 17 40.5 40.5 40.5

1 25 59.5 59.5 100.0

Total 42 100.0 100.0

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 27 64.3 64.3 64.3

1 15 35.7 35.7 100.0

Total 42 100.0 100.0


(6)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 23 54.8 54.8 54.8

1 19 45.2 45.2 100.0

Total 42 100.0 100.0

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 42 100.0 100.0 100.0

P11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 14 33.3 33.3 33.3

1 28 66.7 66.7 100.0

Total 42 100.0 100.0

P12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent