1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Fenomena penyimpangan perilaku remaja merupakan bagian dari masalah sosial yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Banyak hal yang menjadi
faktor pengaruh timbulnya penyimpangan perilaku pada remaja, salah satu di antaranya ialah perkembangan media yang begitu pesat dan mudah dijangkau.
Media transnasional yang mencakup informasi dan tayangan asing serta hiburan yang sekarang ini mudah diperoleh dari sumber media seperti komputer, fasilitas
internet yang didukung dengan perkembangan usaha jasa warung internet warnet, TV, usaha-usaha penjualan VCD dalam maupun luar negeri serta alat
komunikasi yang canggih yang hampir dimiliki oleh semua remaja maupun sumber media lainnya sedikit banyak akan membawa dampak, baik positif
maupun negatif terhadap perkembangan pola perilaku dan moral remaja. Akses informasi yang mudah diperoleh ini dapat memicu adanya suatu
tren dimana remaja memiliki ketergantungan terhadap media transnasional. Tren ini dipertegas dengan adanya suatu kajian tentang frekuensi pemakaian internet di
kalangan remaja yang dilakukan pada tahun 2003 oleh Harris Interactive and Teenage Research Unlimited untuk perusahaan media internet Yahoo. Kajian ini
menemukan bahwa anak muda berusia 13 hingga 24 tahun menghabiskan lebih banyak waktu online setiap minggu dibandingkan menonton TV, rata-rata 17
banding 14 jam. Selain itu pada tahun yang sama Kaiser Family Foundation memaparkan suatu laporan mengenai intensitas kegunaan internet dimana 94
remaja mengatakan bahwa mereka telah menggunakan internet untuk
Universitas Sumatera Utara
2 mengerjakan tugas sekolahnya, dibandingkan dengan 85 yang menggunakannya
untuk mendapatkan informasi tentang film, musik, atau TV. 81 mengatakan mereka melakukan online untuk bermain permainan game, 78 untuk
mendapatkan berita, 50 untuk mengetahui skor olahraga dan 36 untuk membeli barang. Kajian lain mengenai frekuensi pemakaian internet dilakukan
oleh Pew Foundation terdapat 94 remaja online untuk tugas sekolah dan terdapat 54 mengatakan mereka online untuk mengikuti tren mode dan musik
Hernandez, 2007:36. Melalui beberapa kajian tersebut dapat diketahui bahwa hampir semua
aktivitas remaja yang berhubungan dengan bahan-bahan informasi, tugas sekolah bahkan hiburan bergantung pada keberadaan internet. Online di internet membuat
remaja menemukan berbagai macam pengetahuan secara luas. Selama ini remaja umumnya telah menempatkan media massa sebagai
sumber informasi seksual yang lebih penting dibandingkan orangtua, karena media massa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai keinginan dan
kebutuhan seksual remaja. Hasil survei pengaksesan situs porno oleh Statistic by Family Safe Media menyatakan bahwa terdapat 4,2 juta situs internet porno,
dimana setiap harinya terdapat 68 juta permintaan mencari materi pornografi melalui mesin pencari search engine internet dan setiap harinya rata-rata setiap
pengguna internet menerima atau mengirim 4,5 juta email porno. Survei mengenai pengaksesan situs porno yang dilakukan oleh Yayasan Kita dan Buah Hati di
Jabodetabek 2005 dengan 1.705 responden remaja memperoleh hasil bahwa lebih dari 80 anak usia 9-12 tahun telah mengakses materi pornografi melalui
situs-situs internet www.repository.ui.ac.id 29092010.
Universitas Sumatera Utara
3 Di Indonesia pornografi telah menjadi hal yang sangat umum karena
sangat mudah diakses oleh semua usia. Dalam suatu artikel yang diterbitkan oleh BKKBN pada tahun 2004 disebutkan bahwa selain menjadi negara tanpa aturan
yang jelas tentang pornografi, Indonesia juga mencatat rekor sebagai negara kedua setelah Rusia yang rentan penetrasi pornografi terhadap anak. Saat ini remaja
merupakan populasi terbesar yang menjadi sasaran pornografi. Penelitian lain yang dilakukan oleh BKKBN di empat kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2002
menunjukkan hasil bahwa remaja usia 15-19 tahun hampir 60 di antaranya pernah melihat film porno dan 18,4 remaja putri mengaku pernah membaca
buku porno. Survei juga mencatat bahwa 40 remaja mengaku pernah berhubungan seks sebelum nikah. Menurut remaja laki-laki yang sudah pernah
berhubungan seks, salah satu faktor yang menyebabkan mereka melakukannya adalah karena pengaruh menonton film barat dengan adegan panas bahkan yang
menyuguhkan adegan porno www.repository.ui.ac.id 29092010. Dr. Boyke Dian Nugraha selaku pakar seks dan spesialis obstetri dan
ginekologi menyatakan penyebab aktivitas seks di kalangan remaja adalah kurangnya pengetahuan seks pada remaja. Faktor ini ditambah dengan informasi
keliru yang diperoleh dari sumber yang salah, seperti mitos seputar seks, VCD porno, situs porno di internet dan lainnya yang mengakibatkan pemahaman dan
persepsi remaja tentang seks menjadi salah. Pendidikan seks sebenarnya berarti pendidikan seksualitas, yaitu suatu pendidikan seksual dalam arti luas, meliputi
berbagai aspek yang berkaitan dengan seks di antaranya aspek biologis, orientasi, nilai sosiokultur dan moral serta perilaku www.cinhau.com 29092010.
Universitas Sumatera Utara
4 Pengaruh pendidikan seks di kalangan remaja yang diperoleh sendiri tanpa
adanya pengawasan dan arahan yang benar melalui akses situs porno maupun film-film asing yang mempertontonkan adegan panas yang mudah diperoleh lewat
internet dan bahkan dijual secara bebas akan memberikan dampak seperti terjadinya pergaulan bebas, hubungan seks di luar nikah, pemerkosaan sampai
pada penyakit HIVAIDS di kalangan remaja. Berdasarkan data Departemen Kesehatan hingga September 2008, dari
15.210 penderita AIDS atau orang yang hidup dengan HIV-AIDS di Indonesia, 54 adalah remaja. Jika di telisik, ada beberapa faktor yang mendorong anak
remaja usia sekolah SMP dan SMA melakukan hubungan seks di luar nikah. Di antaranya pengaruh liberalisme atau pergaulan hidup bebas, faktor lingkungan dan
keluarga yang mendukung ke arah perilaku tersebut, serta pengaruh yang memegang peranan penting ialah perkembangan media massa www.suarakarya-
online.com 05102010. Kepala BKKBN Provinsi Sumut H Indra Wirdhana, SH.MM mengaku
prihatin dengan keberadaan remaja saat ini. Sebab menurut data 2010, baik dari Badan Pusat Statistik, Bappenas dan UNFPA, sebagian dari 63 juta jiwa remaja
berusia 10 sampai 24 tahun di Indonesia rentan berprilaku tidak sehat. Survei yang dilakukan oleh lembaga Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
sebut Indra, ternyata remaja putri berusia 14 sampai 19 tahun, persentasenya lebih tinggi dari pada remaja putra soal pernah berhubungan seksual yakni 34,7
untuk perempuan dan 30,9 untuk pria. Sementara itu kasus aborsi di kalangan remaja juga tinggi. Diperoleh data 2,5 juta jiwa perempuan pernah melakukan
aborsi dan dari jumlah ini 27 atau 700 ribu dilakukan oleh remaja. Untuk
Universitas Sumatera Utara
5 Narkoba menunjukkan 1,5 dari jumlah penduduk Indonesia atau 3,2 juta jiwa
pengguna narkoba dan dari jumlah itu 78 dari kalangan remaja. Sedang kasus AIDS hingga Desember 2009 sebesar 19.973 kasus dan dari jumlah ini 50,3
ditularkan melalui hubungan heteroseksual www.waspadamedan.com
05102010. Media sebagai sumber informasi bagi remaja tidak hanya sebatas
mengakses situs-situs dari internet saja. Sumber informasi yang diperoleh lewat media lain dengan tingkat penggunaan terbesar oleh remaja selain internet ialah
media TV. Rata-rata anak hingga remaja menonton TV selama 30-35 jam per minggu atau hampir lima jam sehari. Mereka menyerap begitu saja apa yang
ditayangkan TV, termasuk materi untuk dewasa. Akibatnya, terjadi peniruan oleh anak-anak dan remaja, terutama atas hal-hal yang bersifat negatif. Berdasarkan
sejumlah riset perguruan tinggi mengenai tayangan TV antara lain sinetron dan tayangan asing yang mengandung materi kekerasan diperoleh hasil hingga 90.
Detailnya, 50 secara fisik dan 40 secara psikologis. Selain itu, ada penampakan ikon mistik sebanyak 75, adegan seks 50, pemerkosaan 20, dan
perkataan cabul 20 www.edutaimentbrainpower.blogspot.com 07112010. Sebagaimana kita ketahui, tayangan kekerasan serta adegan yang
menjurus ke pornografi adalah hal-hal yang dapat diperoleh remaja dengan mengakses situs-situs tertentu dari internet dan tontonan TV. Hal tersebut
ditengarai juga telah banyak menyulut perilaku agresif remaja dan menyebabkan terjadinya pergeseran moral pergaulan serta meningkatkan terjadinya berbagai
pelanggaran norma susila.
Universitas Sumatera Utara
6 Selain menjadi sumber informasi bagi penggunanya media juga
mempunyai kegunaan sebagai sumber hiburan. Salah satu yang sedang marak akhir-akhir ini ialah kehadiran game online. Hari ke hari game-game online terus
bermunculan tanpa mengenal batas, anak remaja khususnya para pelajar juga tidak mau ketinggalan untuk memainkannya, mereka seakan selalu mengikuti
perkembangan game online tersebut. Dengan semangat yang tinggi dan tanpa mengenal batas waktu mereka cenderung tidak lagi memperhatikan apa yang
menjadi tugasnya sebagai seorang pelajar. Game-game itu telah mengkotak-katik otak mereka sehingga terganggu pikirannya dalam melaksanakan aktivitasnya
sehari-hari serta kehilangan mood baik dalam belajar apalagi mengerjakan tugas- tugas sekolah yang diberikan gurunya. Yang namanya game tidak pernah tamat, di
dalam permainan itu ada level-level yang harus dilalui dan untuk melaluinya harus melewati rintangan. Dengan begitu mereka akan berusaha untuk melewati
rintangan agar bisa naik level. Alhasil biaya yang harus dibayarkan juga membengkak. Para pelajar yang kecanduan game online cenderung lebih hemat
untuk jajan tetapi sangat boros ketika bermain game di warnet. Pikirannya terus memikirkan game yang sedang dimainkan dan rela melakukan apapun demi bisa
bermain game, seperti berbohong, mencuri uang orangtuanya ataupun milik temannya. www.medanbisnisdaily.com 07112010.
Perkembangan media juga mempengaruhi keberadaan fasilitas-fasilitas media informasi seperti warnet. Tidak terkecuali di Kelurahan Helvetia Tengah,
dimana usaha warnet dapat dengan mudah dijumpai dengan jumlah yang tergolong banyak, baik yang ada di daerah Kelurahan Helvetia Tengah sendiri
maupun yang ada di luar wilayah kelurahan tersebut. Sebagian besar
Universitas Sumatera Utara
7 penggunanya ialah remaja. Bukannya tidak mungkin hal-hal yang sebelumnya
telah diuraikan di atas juga dapat dialami remaja yang berada di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.
Besarnya pengaruh media informasi saat ini baik berupa TV, video, film asing, internet dan game terhadap penyimpangan perilaku remaja sebagaimana
telah diuraikan di atas menjadikan penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan kemudian dituangkan dalam bentuk skripsi tentang keterkaitan media
transnasional dengan perilaku menyimpang remaja, dengan judul “Pengaruh Media Transnasional terhadap Penyimpangan Perilaku Remaja di
Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.”
1.2. Perumusan Masalah