Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.
USU Repository © 2009
wisatawan domistik dan mancanegara, mereka membutuhkan informasi dari pemandu yang akan membawa keliling lokasi situs-situs tsunami yang ada di Punge Blang Cut.
3. Museum Tsunami
Gedung museum tsunami ini dibangun pada lahan seluas satu hektar, berlokasi di sekitar Lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Mengenai struktur,
museum tsunami dilengkapi berbagai fasilitas publik seperti mushala, ruang audio visual yang akan menyajikan
semua data korban yang direkam dalam video dan foto- foto yang berhubungan dengan hal tersebut dan didokumentasikan secara sempurna.
Tidak hanya itu, museum tsunami ini juga dilengkapi dengan toko cinderamata
disekitar lokasi. Museum ini memiliki struktur khas yaitu tinggi dan besar serta ukuran tugu yang mengikuti pola 26-12-2004. Angka tersebut mewakili seluruh
peristiwa dan makna saat tsunami dahsyat itu menerjang NAD.
4. Monumen Peringatan Tsunami
Untuk mengenang empat tahun pasca tsunami, pemerintah provinsi NAD membangun sebuah monumen peringatan tsunami yang berlokasi di kawasan pantai
Lhoknga Aceh Besar – Banda Aceh. Pembangunan monumen tsunami ini baru terlaksana pada bulan Agustus 2008 silam. Peletakan batu pertama monumen tsunami
ini dilakukan oleh Gubernur NAD, Irwandi Yusuf dan ketua APSI Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia, Sutiyoso.
43
Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.
USU Repository © 2009
Ketika kertas karya ini diterbitkan, monumen tsunami itu belum seutuhnya selesai dibangun. Dan diperkirakan monumen tsunami ini akan selesai sekitar
pertengahan tahun 2009 ini. Walaupun begitu, dari beberapa sumber diketahui pembangunan monumen itu menelan biaya hingga Rp.15 miliar. Dana dipertanggung
jawabkan oleh APSI dari hasil penggalangan dana yang dilakukan.
5. Kapal Apung Lampulo
Kapal ini adalah salah satu dari dari kapal-kapal yang terdampar kedaratan pada saat terjadi bencana Tsunami beberapa waktu lalu. Hingga saat ini keberadaan
kapal ini tetap dipertahankan sebagai obyek wisata untuk mengingat akan peristiwa tersebut, dan dijadikan salah satu situs Peringatan Tsunami. Kapal Nelayan yang
berdiri di salah satu atap rumah warga ini berlokasi Kampung Lampulo, Kec.Kuta Alam Kota Banda Aceh atau sekitar 1 km dari Dermaga Lampula.
Sampai empat tahun pasca tsunami saat ini, kapal ini masih dibiarkan dalam bentuk aslinya tanpa ada perubahan yang berarti.
Di kawasan pemukiman padat ini, kapal tersebut terlihat berdiri kokoh dan cukup menarik perhatian. Yang paling
menonjol adalah sebuah rumah dibawah kapal terdampar ini, masih dihuni oleh keluarga M.Hisbah, salah satu penduduk Kampung Lampulo dan diresmikannya
lokasi ini sebagai objek wisata sangat disetujui oleh pemilik rumah. Menurut pengakuannya, cerita dibalik terdamparnya kapal inilah, yang membuat kapal ini
sengaja dikuatkan posisinya dan ia rela untuk menjaga lokasi ini.
44
Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.
USU Repository © 2009
Kapal ini memiliki jasa besar buat warga kampung setempat dan keluarga M.Hisbah sendiri. Saat kejadian, kapal ini terlempar, warga yang berada didekatnya
mengungsi ke lantai atas lalu masuk ke kapal. Ada 54 warga yang diselamatkan kapal ini. Setelah tsunami surut, tanpa disadari kapal ini malah bertengger di atap
rumahnya. Kejadian inilah, yang membuat banyak warga yang menjuluki sebagai kapal “Nabi Nuh” karena mampu menyelamatkan warga.
Keberadaan kapal terdampar ini dilengkapi oleh para pedagang yang berjualan souvenir khas Aceh dan makanan-makanan ringan disekitar lokasi ini. Datangnya
para pedagang ini dimulai semenjak resminya lokasi ini dibuka sebagai salah satu objek wisata peninggalan tsunami.
6. Kuburan Masal di daerah Lam Baro