Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.
USU Repository © 2009
Mengenai awal penetapan kota Banda Aceh, pada tahun 1205 merupakan
awal keberadaannya dan masih bernama Kutaraja bukan Banda Aceh, hal ini berdasarkan Keputusan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah
tertanggal 9 Mei 1963 No. Des 52143-43. Dan pada tahun 1962 resmilah Banda Aceh menjadi nama ibukota Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam bukan lagi
Kutaraja. Nama Banda Aceh dikenal hingga saat ini.
2. Struktur Masyarakat
Berdasarkan pendekatan historis, lapisan masyarakat Aceh yang paling menonjol dapat dikelompokkan pada dua golongan, yaitu :
1. Golongan Umara
Maksudnya : sebagai pemerintah atau pejabat pelaksana pemerintah dalam satu unit wilayah kekuasaan. Contohnya seperti jabatan Sultan yang merupakan
pimpinan atau pejabat tertinggi dalam unit pemerintahan kerajaan, Uleebalang sebagai pimpinan unit pemerintah Nanggroe negeri, Panglima Sagoe Panglima
Sagi yang memimpin unit pemerintahan Sagi, Kepala Mukim yang menjadi pimpinan unit pemerintahan Mukim dan Keuchiek atau Geuchiek yang menjadi pimpinan pada
unit pemerintahan Gampong kampung. Kesemua mereka atau pejabat tersebut di atas, dalam struktur pemerintahan di Aceh pada masa dahulu dikenal sebagai lapisan
pemimpin adat, pemimpin keduniawian, atau kelompok elite sekuler.
20
Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.
USU Repository © 2009
2. Golongan Ulama
Maksudnya : Yang menjadi pimpinan atau yang mengurusi masalah-masalah keagamaan hukum atau syariat Islam dikenal sebagai pemimpin keagamaan atau
masuk kelompok elite religious. Para ulama ini mengurusi hal-hal yang menyangkut keagamaan, maka dari itu mereka haruslah seorang yang berilmu, yang dalam istilah
Aceh disebut Ureung Nyang Malem. Dengan ilmu lah mereka dapat menyandang predikatsebutan ulama itu sendiri. Yang berarti para ahli ilmu atau para ahli
pengetahuan. Adapun golongan atau kelompok Ulama ini dapat disebutkan, yaitu : 1.
Tengku Meunasah, yang memimpin masalah-masalah yang berhubungan dengan keagamaan pada satu unit pemerintah Gampong kampung.
2. Imum Mukim Imam Mukim, yang mengurusi masalah keagamaan pada
tingkat pemerintahan mukim, yang bertindak sebagai imam sembahyang pada setiap hari Jumat di sebuah mesjid pada wilayah mukim yang bersangkutan.
3. Qadli kadli, yaitu orang yang memimpin pengadilan agama atau yang
dipandang mengerti mengenai hukum agama pada tingkat kerajaan dan juga pada tingkat Nanggroe yang disebut Kadli Uleebalang.
4. Teungku-teungku, yaitu pengelola lembaga-lembaga pendidikan keagamaan
seperti dayah dan rangkang, juga termasuk murid-muridnya. Bagi mereka yang sudah cukup tinggi tingkat keilmuannya, disebut dengan istilah Teungku
Chiek.
21
Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.
USU Repository © 2009
Selain pembagian atas kedua kelompok tersebut di atas, yang paling menonjol dalam masyarakat Aceh tempo doeloe, terdapat lapisan-lapisan lain
seperti kelompok Sayed yang bergelar habib untuk laki-laki dan Syarifah
3.4 FASILITAS PENDUKUNG PARIWISATA