Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan kepariwisataan Indonesia tidak terlepas dari pembangunan pariwisata nasional yang menitikberatkan kepada usaha dalam negeri dengan tujuan
mempromosikan dan memperkenalkan kebudayaan yang beraneka ragam, keindahan alam yang dimiliki, serta peninggalan-peninggalan sejarah yang dimiliki oleh
berbagai daerah yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu, pemerintah RI mengeluarkan berbagai kebijaksanaan peraturan serta keputusan tentang kepariwisataan nasional
agar perkembangan kepariwisataan nasional dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam GBHN.
Nanggroe Aceh Darussalam adalah provinsi yang terletak di wilayah paling Barat Indonesia dan memiliki berbagai potensi yang cukup cerah dalam rangka
menunjang Pembangunan Nasional. Potensi dan asset yang dimiliki di Aceh tidak hanya bersumber dari industri, pertanian, kesenian, maupun adat istiadat budayanya
saja namun ada sektor lainnya yang cukup memberikan andil seperti sektor pariwisata. Salah satu yang cukup menarik perhatian dan mata dunia adalah berupa
objek wisata peninggalan tsunami yang menjadikan Aceh semakin kaya dalam bidang pariwisata.
vi vi
Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.
USU Repository © 2009
Bencana, cobaan, ataupun siksaan sekalipun tiada seorang pun yang tahu pasti kapan akan terjadi. Di penghujung tahun 2004 ketika fajar baru menyongsong,
tepatnya tanggal 26 Desember 2004 sekitar pukul 08.00 wib, gempa bumi berkekuatan 8,9 skala ritcher, mengguncang sebagian besar wilayah Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Bencana yang dirasakan semenanjung kawasan Aceh ini cukup besar dari gempa yang pernah terjadi
sebelumnya. Tanpa ada komando, masyarakat setempat lari berhamburan meninggalkan rumah masing-masing.
Bencana yang terjadi hari Minggu itu, membuat masyarakat Aceh panik, seketika bangunan tampak porak-poranda. Kejadian tidak hanya berlangsung sampai
sini saja, kurang dari 10 menit, alun-alun kota Banda Aceh diramaikan oleh penduduk yang seakan takjub melihat keindahan surutnya air laut dan seolah memberi
kebahagiaan bagi mereka karena ikan-ikan yang menggelepar di darat. Dari sinilah semua bersumber, tidak lebih dari 15 menit kemudian, suara
dengungan air deras bagai suara gemuruh membuat suasana kota Banda Aceh sekejap berubah mencekam. Tak ada yang menduga, bencana sedahsyat tsunami akan
meluluhlantahkan kota Banda Aceh. Air laut naik dengan ketinggian yang bervariasi dengan kecepatan 600mil700mil perjam atau setara dengan 970kmjam, kecepatan
ini setara pula dengan kecepatan maksimal sebuah pesawat luar angkasa yakni jumbo jet B747-100.
Peristiwa besar ini dialami penduduk di pinggiran pantai Aceh, baik wilayah Barat, Timur, ataupun sebagian wilayah Sumatera Utara. Gelombang ini
menghancurkan apa saja yang dilaluinya. Sebagian besar infrastruktur, sarana dan
1 2
Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.
USU Repository © 2009
prasarana baik itu rumah, perkantoran, pertokoan, jalan beserta kehidupan yang ada telah menjadi rata dengan tanah.
Bencana ini telah menyebabkan begitu banyak korban yang berjatuhan hingga mencapai angka ratusan ribu jiwa. Bencana ini juga menghancurkan sarana
komunikasi, listrik air bersih, transportasi sehingga kawasan Aceh dan wilayah Sumatera Utara terisolasi dari aktivitas kehidupan.
Banda Aceh, kota yang sebelumnya cukup indah dan berpenduduk 220.737 jiwa berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2000, kini kontan menjadi kota mati. Sarana
komunikasi, transportasi, dan lainnya yang berada di kota seluas 61,36 km² itupun lumpuh total.
Pasca tragedi tsunami yang terjadi, pemerintah daerah bersama BRR NAD- Nias
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi dan NGO serta beberapa dermawan lainnya mulai menata kota untuk membangun sarana dan prasarana yang musnah
karena hantaman tsunami. Perbaikkan itu diagendakan pada perbaikan sistem RAN- Data Base, sistem komunikasi dan informasi, perbaikan rumah, infrastruktur udara,
darat, dan laut serta perbaikan sekaligus pembangunan kembali Airport yang mana airport menjadi pintu utama yang menghubungkan Aceh menuju global. Seumangat,
261208. Kini empat tahun tragedi tsunami telah berlalu, 3,5 tahun waktu yang
dibutuhkan pemerintah daerah, BRR, dan NGO untuk menata kembali provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peristiwa tersebut tak selamanya menjadi derita bagi
Nanggroe Aceh Darussalam khususnya Kota Banda Aceh. Dengan adanya bencana ini Banda Aceh kini siap bangkit dengan asset yang mereka miliki berupa objek
3
Dini Arista : Objek Wisata Baru Pasca Tsunami Sebagai Primadona Industri Pariwisata Di Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam, 2009.
USU Repository © 2009
wisata-objek wisata yang bermunculan pasca tsunami. Ini merupakan hal yang tentunya dapat membangkitkan pariwisata di Nanggroe Aceh Darussalam. Dalam
perkembangan objek wisata baru ini, diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi pendapatan daerah serta dapat memajukan provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang
kini sedang berusaha untuk menjadi salah satu Daerah Tujuan Wisata. Kini munculnya objek wisata peninggalan tsunami di Banda Aceh, mulai dikenal oleh
wisatawan dan telah menjadi daya tarik wisata tersendiri. Dengan latar belakang yang disebutkan, maka penulis memilih judul pada
karya tulis ini “OBJEK WISATA BARU PASCA TSUNAMI SEBAGAI PRIMADONA INDUSTRI PARIWISATA DI BANDA ACEH NANGGROE ACEH
DARUSSALAM”.
1.2 PEMBATASAN MASALAH