Pendidikan dan Kesehatan Sosial Ekonomi

Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 103 Lokasi kawasan hutan yang ditata batas ini dapat ditempuh melalui jalan darat dari Pematang Siantar ke Tanah Jawa sejauh ± 16 Km. Kondisi jalan ke lokasi keseluruhannya sudah diaspal beton, yang dilalui kendaraan umum setiap hari. Untuk mengetahui kondisi jalan di wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Simalungun dapat dilihat pada Tabel 4.

5.5. Pendidikan dan Kesehatan

Sarana pendidikan di Kecamatan Tanah Jawa pada umumnya sudah tergolong memadai karena di setiap desa sudah terdapat Sekolah Dasar SD, sedangkan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA sudah ada di Ibu Kota Kecamatan Tanah Jawa. Sarana kesehatan juga sudah tergolong memadai karena di setiap Ibu Kota Kecamatan telah terdapat Balai Pengobatan Umum BPU, Pusat kesehatan masyarakat Puskesmas, BKIA dan Posyandu serta sarana kesehatan lainnya yang ditangani oleh dokter, bidan dan perawat, bahkan di desa Mariah Hombang telah terdapat Puskesmas Pembantu. B. Pelaksanaan Penuntutan Pengembalian Tanah yang Telah Diganti Rugi oleh PT. Kwala Gunung kepada Masyarakat Mariah Hombang Masyarakat, melalui Forum Petani Nagori Mariah Hombang melakukan pengaduan ke DPRD Tk. II Kabupaten Simalungun dalam bentuk audiensi di bulan April 2006. Namun, hal ini tidak mendapat respon yang serius. Lalu pada hari Sabtu, 22 April 2006, unjuk rasa pertama dilakukan dengan sasaran aksi Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 104 DPRD Kabupaten Simalungun dan Pemkab Simalungun. Salah satu hasil unjuk rasa adalah janji kesediaan pihak DPRD untuk membuka ruang dialog antara rakyat, PT. Kwala Gunung, Dinas Kehutanan, BPN Kabupaten Simalungun, Camat, dan Kepala Desa. Jumat, 28 April 2006, berlangsunglah pertemuan yang dihadiri oleh Tata Pembangunan Kabupaten Simalungun, BPN Simalungun, Dinas Kehutanan Kabupaten Simalungun, dan Kepala Desa Mariah Hombang. Pihak camat tidak dapat menghadiri pertemuan tersebut. Kesepakatan yang dicapai bahwa DPRD akan membentuk Pansus Pengembalian Tanah Rakyat. Menurut salah seorang anggota dewan bahwa izin yang dimiliki oleh PT. Kwala Gunung telah gugur demi hukum. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Dinas Kehutanan bahwa lahan tersebut tidak termasuk ke dalam kawasan hutan Negara. Sementara menurut BPN bahwa HGU untuk PT. Kwala Gunung tidak ada. Senin, 8 Mei 2006, masyarakat kembali berunjuk rasa ke Pemkab Simalungun untuk menuntut segera pengembalian tanah kepada rakyat. Dialog antara masyarakat dan Pemkab yang diwakili oleh Asisten I Tata Praja Pembangunan serta Komisi I DPRD Kabupaten Simalungun menghasilkan jadual pertemuan yang difasilitasi oleh Pemkab antara rakyat, DPRD, dan pihak PT. Kwala Gunung satu bulan ke depan. Dialog multipihak diadakan pada hari Selasa, 6 Juni 2006. Pemkab Simalungun yang diwakili oleh Asisten I Tata Praja Pembangunan membuka ruang dialog penyelesaian kasus tanah tersebut. Namun, pihak PT. Kwala Gunung tidak hadir, melainkan digantikan oleh PT. Dita Fumindo yang tidak diketahui asal usul dan keterlibatannya terhadap kasus Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 105 tersebut. Anggota Komisi I DPRD Kabupaten Simalungun, Sabar Maruli Simarmata, mengusir perwakilan PT. Dita Fumindo dan mengecam Asisten I yang tidak konsisten dengan janjinya untuk menghadirkan pihak-pihak yang terkait kasus tersebut. Menurut informasi yang dihimpun Forum Petani Nagori Mariah Hombang, PT. Dita Fumindo mengantongi izin prinsip lokasi seluas 2000 Ha di areal tanah rakyat Mariah Hombang dan sekitarnya dari Pemkab Simalungun bulan September 2005. Izin tersebut ditandatangani oleh Bupati Simalungun Periode 2000-2005, Jhon Hugo Silalahi. Kamis, 15 Juni 2006, paling sedikit 5 lima buah truk yang diisi masyarakat melakukan unjuk rasa yang didampingi oleh Anggota Komisi A DPRD Tk. I Propinsi Sumut, Syamsul Hilal dari Fraksi PDIP, menuju gedung DPRD dan Pemkab Simalungun. Rakyat berhasil memaksa DPRD untuk menghadirkan Drs. Zulkarnain Damanik selaku Bupati Simalungun. Bupati berhasil dipertemukan dengan rakyat dan menyerahkan kepada rakyat untuk menduduki lahan tersebut sampai proses pengembalian tanah tersebut selesai. Aksi kali ini mendapat sokongan dari Komite Persiapan Wilayah Serikat Tani Nasional Sumatera Utara dan LSM Jagat Tanah Rakyat. Sabtu, 24 Juni 2006, ratusan petani dari dua desa di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, menduduki lahan perkebunan milik PT. Kwala Gunung secara paksa. Mereka mengaku pendudukan lahan tersebut atas perintah Bupati Simalungun, Zulkarnain Damanik. Menurut warga, lahan seluas 678,5 hektare itu telah dicaplok PT. Kwala Gunung sejak tahun 1999. Pendudukan lahan ini berjalan mulus tanpa perlawanan, namun dengan pengawalan aparat kepolisian Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 106 Resort Simalungun berpakaian preman. Aksi ini ditandai dengan pemasangan puluhan papan tanda hak milik warga yang tergabung dalam Forum Petani Nagori Mariah Hombang. Para petani juga menanam sejumlah bibit pohon pisang. Pendudukan paksa lahan ini sebagai upaya terakhir para petani. Berbagai upaya yang mereka lakukan sebelumnya tidak membuahkan hasil. Berulang kali mereka telah berunjuk rasa menghadap Bupati dan DPRD Simalungun.

C. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Penuntutan Pengembalian