Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007.
USU Repository © 2009
106
Resort Simalungun berpakaian preman. Aksi ini ditandai dengan pemasangan puluhan papan tanda hak milik warga yang tergabung dalam Forum Petani Nagori
Mariah Hombang. Para petani juga menanam sejumlah bibit pohon pisang. Pendudukan paksa lahan ini sebagai upaya terakhir para petani. Berbagai upaya
yang mereka lakukan sebelumnya tidak membuahkan hasil. Berulang kali mereka telah berunjuk rasa menghadap Bupati dan DPRD Simalungun.
C. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Penuntutan Pengembalian
Tanah yang Telah Diganti Rugi oleh PT. Kwala Gunung
Ratusan petani Nagori Mariah Hombang, Kecamatan Hutabayu Raja, yang tergabung dalam Forum Petani Nagori Mariah Hombang FPNMH, Rabu, 13
Juni 2007, berunjukrasa ke DPRD Simalungun menuntut pembebasan 17 petani yang ditahan polisi dan minta penuntasan sengketa tanah antara petani dan PT.
Kwala Gunung. Petani masuk ke gedung DPRD Simalungun sekitar pukul 10.00 mengendarai dua truk dan sepeda motor. Selain berorasi, petani juga membawa
puluhan spanduk berukuran besar dan kecil yang intinya menuntut pihak kepolisian membebaskan 17 rekan mereka, dan pihak dewan menyelesaikan kasus
sengketa tanah Mariah Hombang. Di hadapan anggota Komisi I DPRD, Feri Simarmata mengatakan, Tim
penyelesaian yang dibentuk sebagai alat dari penguasa untuk mengakhiri perjuangan masyarakat.
37
37
Tujuh belas petani mempertahankan tanahnya, tetapi
http:stn-sumedang.blogspot.com200706sengketa-tanah-petani-unjukrasa-di-dprd.html.
Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007.
USU Repository © 2009
107
harus mengakhiri perjuangannya di balik terali besi. Dalam orasinya, Fery meminta DPRD tidak tinggal diam dan harus berpihak kepada rakyat atau petani.
Dikatakan, petani selalu jadi korban tindakan represif aparat penegak hukum dalam sengketa tanah dan selalu ditindas penguasa, yang membuktikan tidak
adanya perhatian Pemerintah untuk membela hak-hak petani yang dirampas penguasa.
Usai pengunjuk rasa menyampaikan orasinya secara bergantian, massa FPNMH diterima salah seorang anggota Komisi I DPRD Simalungun, Sabar
Maruli Simarmata beserta Kabag Tapem Pemkab Simalungun, Jonni Saragih, SIP. Aksi pengunjuk rasa mendapat pengawalan ketat pihak keamanan. Menurut Sabar
Maruli Simarmata, selama ini dewan tetap berpihak kepada masyarakat. Dia menghimbau pengunjuk rasa tidak melakukan hujatan terhadap Bupati, kapolres
maupun dewan. Sebab itu bisa mengurangi semangat untuk memperjuangkan aspirasi petani. Sementara Kabag tata Pemerintahan Setda Kabupaten
Simalungun, Jonni Saragih mengatakan, penyelesaian sengketa tanah antara petani dan pengusaha masih masih dibahas bersama instansi terkait, sehingga
para petani diharapkan bersabar. Berdasarkan pengamatan Waspada, meskipun pihak perwakilan petani telah
diundang untuk bermusyawarah dengan Komisi I dan Pemkab, namun hasil pembicaraan tidak membuahkan hasil. Hal ini menimbulkan kejengkelan bagi
pengunjuk rasa. Hingga pukul 17.30, massa masih terus bertahan di gedung dewan. Mereka mengatakan tidak akan keluar dari halaman kantor dewan apabila
Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007.
USU Repository © 2009
108
tuntutan mereka, yakni pembebasan 17 petani yang ditahan di Polres Simalungun tidak dikabulkan.
Sengketa tanah di Desa Mariah Hombang, Kecamatan Hutabayu Raja, Kabupaten Simalungun masih berlarut-larut. Penyelesaian sengketa antara
masyarakat dengan PT. Kwala Gunung terbuka kemungkinan ditempuh melalui jalur hukum di Pengadilan Negeri. Bupati Simalungun, Drs. Zulkarnain Damanik,
pada hari Rabu, 11 Juli 2006 menyebutkan bahwa Pemkab Simalungun bersama DPRD sudah berupaya maksimal menjembatani pertemuan antara kedua belah
pihak yang terlibat sengketa tanah. Namun, solusi yang ditawarkan belum bisa diterima secara bersama-sama.
Masyarakat mengklaim sebagai pemilik dan menuntut pengembalian tanah kepada pemiliknya, tetapi di sisi lain, PT. Kwala Gunung bertahan dengan alasan
menguasai tanah dilengkapi dengan surat-surat penguasaan atas tanah. PT. Kwala Gunung telah bersedia mengembalikan tanah dengan syarat pengembalian ganti
rugi sebagaimana sejak awal dikatakan mereka memberikan ganti rugi pembebasan tanah kepada warga. Namun, permintaan PT. Kwala Gunung itu
tidak dapat dipenuhi masyarakat, sehingga permasalahan tetap saja berlarut-larut tanpa penyelesaian yang tuntas.
D. Penyelesaian Sengketa Tanah antara Masyarakat Mariah Hombang dengan PT. Kwala Gunung