Sengketa Tanah di Desa Mariah Hombang

Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 BAB III ALASAN PENUNTUTAN PENGEMBALIAN TANAH

A. Sengketa Tanah di Desa Mariah Hombang

Sebelumnya, tanah yang dimiliki masyarakat merupakan tanah terlantar atau tanah desa yang tidak dimanfaatkan. Masyarakat memberikan tanah seluas 687,50 Ha kepada Dinas kehutanan karena pada saat itu, masyarakat tidak memerlukan tanah tersebut. Dinas Kehutanan tanpa hak menerima tanah dari masyarakat karena tanah tersebut diberikan masyarakat untuk perluasan kawasan hutan. Masyarakat melepaskan atau menyerahkan tanah itu kepada Dinas Kehutanan dengan membuat perjanjian tertulis berupa kesepakatan antara kedua belah pihak. Dinas Kehutanan memberikan pago-pago kepada masyarakat atas tanah tersebut sebesar Rp. 8.593.750,-. Kemudian, tanah tersebut ditanami oleh Dinas Kehutanan dengan tanaman reboisasi, yaitu pohon pinus dan akasia. Karena mengalami kegagalan, Dinas Kehutanan kemudian memberikan tanah itu kepada PT. Kwala Gunung dengan Hak Pakai untuk perluasan Hak Guna Usaha PT. Kwala Gunung. Alasan Dinas Kehutanan melepaskan tanah tersebut kepada PT. Kwala Gunung tercantum di dalam Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 67 5225130 dan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kehutanan Propinsi Sumatera Utara Nomor 792IIKwl-51992. Namun, SK Gubernur dan SK Kakanwilhut tersebut tidak diperoleh penulis, sehingga dalam hal ini, penulis mencantumkan pernyataan Edward Pangaribuan, yang menyatakan, alasan Dinas Kehutanan memberikan tanah seluas 687,5 Ha tersebut kepada PT. Kwala Gunung karena Dinas Kehutanan dalam melaksanakan rencana peruntukan tanah tersebut mengalami gagal total, sehingga tanah itu diberikan Dinas Kehutanan kepada PT. Kwala Gunung. 28 28 Wawancara dengan Edward Pangaribuan selaku Staf Pegawai pada Balai Pengukuran dan Perpetaan Dinas Kehutanan Wilayah II Pematang Siantar, tanggal 28 Agustus 2007. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 593.412807K Tahun 1991, tanggal 10 Oktober 1991 tentang Izin LokasiPenyediaan Tanah untuk Usaha Perluasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Kwala Gunung, areal inlijving tersebut di berikan kepada PT. Kwala Gunung seluas ± 2.000 Ha, termasuk eks inlijving seluas 687,50 hektare. PT. Kwala Gunung memberikan uang sebagai ganti rugi kepada Dinas Kehutanan sebesar Rp. 8.593.750,-. Dua lembar foto copy tanda terima uang dari PT. Kwala Gunung kepada Bendaharawan Rutin Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Sumatera Utara adalah tanda bukti bahwa pihak PT. Kwala Gunung telah memberikan kewajibannya mengganti dana pago-pago yang dikeluarkan oleh Pemerintah dalam proses inlijving. Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 68 Sesuai dengan SK Gubernur KDH Tk. I Sumatera Utara Nomor 593.412807K Tahun 1991, tanggal 10 Oktober 1991 tentang Izin LokasiPenyediaan Tanah untuk Usaha Perluasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Kwala Gunung, PT Kwala Gunung diwajibkan mengganti dana pago-pago yang dikeluarkan oleh Pemerintah dalam proses inlijving Lihat Lampiran SK Gubernur KDH Tk. I Sumatera Utara Nomor 593.412807K Tahun 1991, tanggal 10 Oktober 1991 tentang Izin LokasiPenyediaan Tanah untuk Usaha Perluasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Kwala Gunung. Dana pago-pago yang diganti oleh PT. Kwala Gunung adalah dana reboisasi yang dilaksanakan di Kecamatan Tanah Jawa, Dati II Simalungun dari Proyek Inpres Reboisasi TA. 19761977. Uang yang diberikan PT. Kwala Gunung sebagai dana pengganti pago-pago sebesar Rp. 8.593.750,- Lihat Lampiran Tanda Terima Uang dari PT Kwala Gunung kepada Bendaharawan Rutin Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Sumatera Utara. Sesuai dengan foto copy tanda terima tersebut bahwa pihak PT. Kwala Gunung menyerahkan pada tanggal 23 April 1992, yang diterima oleh Elly Sitanggang selaku Bendaharawan Rutin. Mengenai areal inlijving, Edward Pangaribuan mengatakan, lahan tanah inlijving bukan kawasan hutan. Tanah inlijving tersebut tidak sama dengan tanah Register Kawasan Hutan sebab belum dikukuhkan dan belum ditetapkan oleh Menteri Kehutanan. Lahan tanah inlijving adalah lahan tanah milik masyarakat yang diserahkan kepada Pemerintah pihak Kehutanan dengan memberikan pago-pago untuk memperluas kawasan hutan. Lahan tanah inlijving tersebut dulunya milik Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 69 masyarakat yang diserahkan kepada Pemerintah untuk memperluas kawasan hutan. Kemudian, oleh Pemerintah menyerahkan kepada PT. Kwala Gunung untuk keperluan usaha perluasan perkebunan kelapa sawit. Luas tanah inlijving yang dibebaskan itu adalah 687,50 Ha, berada di kawasanareal Bah HapasukBah Boluk, DesaNagori Mariah Hombang dan DesaNagori Bosar Galugur, berdasarkan SK Gubernur KDH Tk. I Sumatera Utara Nomor 593.412807K Tahun 1991, tanggal 10 Oktober 1991 tentang Izin Lokasi Penyediaan tanah untuk Usaha Perluasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Kwala Gunung. Berdasarkan SK Kakanwil Departemen Kehutanan Propinsi Sumatera Utara Nomor 275IIKwl-51992, tanggal 8 Pebruari 1992 tentang Pengukuran Lahan Inlijving, maka dilakukan pengukuran sesuai dengan Peta Lampiran Nomor 593.412807K Tahun 1991, tanggal 10 Oktober 1991. Sesuai dengan foto copy Berita Acara Hasil Pengukuran Batas Areal Inlijving Reboisasi Komplek Bah BolukBah Hapasuk bahwa pengukuran dilakukan pada tanggal 24 Maret 1992 Lihat Lampiran Berita Acara Hasil Pengukuran Batas Areal Inlijving Reboisasi Komplek Bah BolukBah Hapasuk. Yang melakukan pengukuran adalah Tim Pelaksana Pengukuran, yang terdiri dari : 1. Londer : Pengukur Batas Hutan Sub Balai Inventarisasi dan Perpetaan Hutan Pematang Siantar Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 70 2. Haryono : Penafsir Potret Udara Sub Balai Inventarisasi dan Perpetaan Hutan Pematang Siantar 3. Basket Saragih : Staf Kantor Bupati Daerah Tk. II Simalungun 4. Midin Hutagalung : Staf Cabang Dinas Kehutanan IV Kabupaten Daerah Tk. II Simalungun 5. C. Tampubolon : Staf Bappeda Tk. II Simalungun 6. Luhut Simamora BscF : Kepala Resort Polisi Hutan Tanah Jawa 7. L. Sitinjak : Staf Kantor Camat Kecamatan Tanah Jawa 8. Amsir Pasaribu : Kepala Desa Bosar Galugur 9. Sopar Silitonga : Kepala Desa Mariah Hombang 10. Nazaruddin Hasibuan : Staf PT. Kwala Gunung Berdasarkan Laporan Hasil Pengukuran Batas Areal InlijvingAreal Reboisasi Komplek Bah BolukBah Hapasuk, pelaksanaan pengukurannya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Persiapan Administrasi Persiapan ini mencakup, antara lain : a. Menyiapkan peta kerja skala 1:10.000, yang sumbernya dari lampiran SK Gubernur KDH Tk. I Sumatera Utara Nomor 593.412807K Tahun 1991, tanggal 10 Oktober 1991 dan Peta Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 71 Reboisasi Komplek Bah BolukBah Hapasuk yang terletak di desa Mariah HombangBosar Galugur. b. Menyiapkan peta rupa bumi Indonesia skala 1:50.000. c. Menyiapkan Surat Pengantar dan Surat Tugas sebagai bahan konsultasi dengan pejabat instansi terkait mengenai maksud dan tujuan pelaksanaan. 2. Persiapan Teknis Persiapan teknis ini mencakup peralatan instrument yang digunakan di lapangan, antara lain : − Buku Ukur − Busur derajat − Tabel deklinasi matahari − serta alat-alat tulis lainnya 3. Sistem Pengukuran Pengukuran batas areal inlijving tersebut adalah sama dengan pelaksanaan rekonstruksi, yaitu meletakkan batas di lapangan sesuai dengan peta kerja. Sehubungan dengan itu, maka sistem pengukuran dilaksanakan dengan sistem polygon. Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 72 Sebelum pengukuran dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan koreksi alat ukur dengan jalan pengukuran terhadap matahari. Data ukuran batas berupa azimuth keterangan dan jarak lapangan beserta keadaan di sekitar jalan batas dicatat dan disket pada Buku Ukur. 4. Pelaksanaan Starting point sebagai titik ikatan yang dipakai lapangan adalah titik trianggulasi T.2496 yang terletak di Desa Mariah Hombang. Dari titik T.2496 ini, ukuran ikatan dilaksanakan menuju pal BKG.1. Dari pal BKG.1, ukuran batas areal inlijving menuju pal BKG.28 yang letaknya di tepi sungai Bah Boluk. Selanjutnya, dari pal BKG.28, jalan batas mengikuti sungai Bah Boluk hingga ke pal BKG.29. Dari pal BKG.29, ukuran batas areal inlijving menuju pal BKG.1 dan ukuran batas areal inlijving tersebut di lapangan adalah temu gelang round meeting. Tanda-tanda batas di lapangan terbuat dari pal kayu dengan ukuran 15x15x130 cm sebanyak 85 buah dan pal beton 5 buah, yang dicat dengan warna dasar putih dan diberi tulisan BKG dan nama urut pal yang dicat dengan warna hitam. Keadaan sepanjang rintis bataspada arealinlijving tersebut dapat dilihat pada tabel 5. Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 73 Pada uraian di atas tersebut, dapat diketahui bahwa dari luar areal inlijvingareal reboisasi Komplek Bah HapasukBah Boluk tersebut yang luas seluruhnya 687,50 Ha, ternyata ± 25,00 Ha telah digaraptelah diusahai masyarakat, yang saat ini telah berupa kebun karet dan kelapa sawit. Pengukuran areal inlijvingareal reboisasi Komplek Bah BolukBah Hapasuk yang terletak di wilayah Desa Mariah Hombang dan Desa Bosar Galugur dilaksanakan sesuai dengan Surat Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Propinsi Sumatera Utara Nomor 275IIKwl- 51992, tanggal 8 Pebruari 1993 tentang Pengukuran Lahan Inlijving dan sebagai realisasi dari SK Gubernur KDH Tk. I Sumatera Utara Nomor 593.412807K Tahun 1991, tanggal 10 Oktober 1991 tentang Izin LokasiPenyediaan Tanah untuk Keperluan Usaha Perluasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Kwala Gunung. Pelaksanaan pengukuran batas areal inlijvingareal reboisasi Komplek Bah HapasukBah Boluk tersebut telah ditindaklanjuti dengan pemasangan pal batas ukuran 15x15x130 cm sebanyak 90 buah, yang terdiri dari pal kayu sebanyak 85 buah dan pal beton sebanyak 5 buah. Kemudian, berdasarkan peta hasil pengukuran diperoleh bahwa realisasi luas adalah 687,50 Ha. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada peta hasil Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 74 pengukuran areal inlijvingareal reboisasi Komplek Bah HapasukBah Boluk, skala 1:10.000 terlampir. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 593.412807K Tahun 1991, tanggal 10 Oktober 1991 tentang Izin LokasiPenyediaan Tanah untuk Keperluan Usaha Perluasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Kwala Gunung dan Surat Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Propinsi Sumatera Utara Nomor 275IIKwl-51992, tanggal 8 Pebruari 1992 tentang Pengukuran Lahan Inlijving, menerangkan dengan sesungguhnya : 1. Bahwa pengukuran batas areal inlijving untuk tujuan perkebunan kelapa sawit a.n. PT. Kwala Gunung adalah sesuai dengan Peta Lampiran SK Gubernur KDH Tk. I Sumatera Utara Nomor 593.412807K Tahun 1991 dan Peta Reboisasi Komplek Bah HapasukBah Boluk. 2. Bahwa pengukuran batas areal inlijving Komplek Bah HapasukBah Boluk yang terletak di wilayah Desa Mariah Hombang dan Bosar Galugur adalah untuk pendefinitifan letak dan luas lahan sebenarnya di lapangan. 3. Permasalahan-permasalahan yang mungkin timbul dengan pihak-pihak lain terutama dalam kaitannya dengan pemilikan tanah akan diselesaikan oleh PT. Kwala Gunung sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku. Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 75 4. Bahwa pengukuran ini dilaksanakan oleh tim tersebut di atas dan disaksikan oleh wakil-wakil dari penduduk serta petugas dari PT. Kwala Gunung. 5. Tanda-tanda batas bukti fisik yang telah dibuat di lapangan adalah sebagai berikut : − Sepanjang jalan batas batas inlijving dibuat rintis batas selebar 2 meter dengan panjang 9 Km. − Pemasangan pal batas kayu ukuran 15x15x130 cm sebanyak 85 buah dan pal cor beton 5 buah yang dipasang dengan jarak antara masing-masing pal ± 100 m. − Pada batas alam, pemasangan tanda batas hanya dibuat pada tempat-tempat tertentu sebagaimana terlukis pada peta terlampir. Satu berkas foto copy Berita Acara Hasil Pengukuran Batas Areal Inlijving Reboisasi Komplek Bah BolukBah Hapasuk adalah tanda bukti telah dilakukan pengukuran pengukuran letak dan luas lahan sebenarnya di lapangan untuk penegasanpendefenitifan. Sesuai dengan Peta Izin LokasiPenyediaan Tanah tersebut bahwa luas lahan tanah inlijving yang diukur adalah 687,50 hektare, dengan panjang 17,5 Km. Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 76 Sejak dikeluarkannya SK Gubernur KDH Tk. I Sumatera Utara Nomor 593.412807K Tahun 1991, tanggal 10 Oktober 1991 tentang Izin LokasiPenyediaan Tanah untuk Usaha Perluasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Kwala Gunung dan Surat Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Propinsi Sumatera Utara Nomor 275IIKwl-51992, tanggal 8 Pebruari 1992 tentang Pengukuran Lahan InlijvingAreal Reboisasi, maka pihak PT. Kwala Gunung berhak untuk mengerjakanmengolah, menguasai dan menduduki lahan tanah inlijving seluas 687,50 Ha tersebut hingga ada peninjauan kembali. Namun, sesuai dengan Berita Acara Pengukuran pada point nomor 3, bila ada permasalahan yang timbul dengan pihak lain, terutama dalam kaitannya dengan kepemilikan tanah akan diselesaikan oleh PT. Kwala Gunung sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Karena tanah inlijving tersebut telah diganti rugi oleh pihak PT. Kwala Gunung kepada pihak Kehutanan, oleh pihak Kehutanan menganggap areal tersebut telah dikuasai penuh oleh pihak PT. Kwala Gunung dan juga telah diganti rugi kepada masyarakat penggarap. Pada Rapat tanggal 1 Mei 2007 di Ruang Data Kantor Bupati Simalungun bahwa lahan yang dipermasalahkan di Nagori Mariah Hombang, bagi pihak Kehutanan tidak mempermasalahkan lagi karena lahan eks inlijving seluas 687,50 Ha telah diganti rugi oleh PT. Kwala Gunung sesuai dengan SK Gubernur KDH Tk. I Sumatera Utara Nomor 593.412807K Tahun 1991, tanggal 10 Oktober 1991 tentang Izin LokasiPenyediaan Tanah untuk Usaha Perluasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Kwala Gunung. Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 77 Setelah tanah eks inlijving tersebut dikuasai oleh pihak PT. Kwala Gunung, dalam hal pengelolaan yang luasnya 687,50 Ha, sesuai permohonannya, pihak PT. Kwala Gunung akan membuat perkebunan kelapa sawit. Bilamana pihak PT. Kwala Gunung menjadikannya perkebunan, sebaiknya pada waktu itu diurus HGU-nya melalui BPN, namun sampai saat ini belum ada HGU-nya. Izin Prinsip Izin Lokasi sudah pernah keluar dari Gubernur Sumatera Utara dan sudah tidak berlaku lagi karena sifatnya Izin Lokasi yang berlaku 1 tahun lamanya. Berkaitan dengan HGU, pada Daftar Nama-nama Perusahaan yang Memperoleh HGU Baru, PT. Kwala Gunung termasuk salah satu perusahaan yang memperoleh HGU baru, yang berkedudukan di Jalan Hos Cokroaminoto No. 16 Medan, atas tanah seluas 1.200 Ha di Desa Bosar Galugur, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, dimana HGU yang diperoleh PT. Kwala Gunung tersebut berdasarkan SK Gubernur KDH Tk. I Sumatera Utara Nomor 593.412727K1989, tanggal 27 September 1989. Sebagaimana sejarah tanah Mariah Hombang yang berhasil dihimpun oleh Serikat Tani Nasional menyebutkan bahwa semenjak tahun 1916, Raja Tanah Jawa memberikan tanah dan membuka kawasan hutan kepada rakyat perantauan dari Toba yang berada di wilayah Simalungun. Pada tahun 1957, ketika terjadi pemberontakan PRRI-PERMESTA terhadap pihak Pemerintahan RI, rakyat ketakutan akibat diteror oleh kedua belah pihak yang bertikai dan terpaksa harus meninggalkan lahan tersebut. Namun, pada tahun 1974, Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 78 masyarakat kembali ke lahan karena situasi yang relatif aman dan mulai mengelola lahan mereka kembali. Pada tahun 1977, Dinas Kehutanan meminjam lahan kepada masyarakat untuk program penghijauan guna menambah debit air di areal tanah yang diusahai masyarakat selama satu musim tanaman pinus. 29 Namun setelah lewat satu musim tanam pinus, pihak Dinas Kehutanan tak kunjung melakukan upaya pengembalian tanah tersebut. Pada tahun 1991, masuklah PT. Kwala Gunung yang difasilitasi oleh Djabanten Damanik, Bupati Simalungun pada masa itu. Dengan sedikit memaksa, Djabanten Damanik mengatakan, “Baris-baris ni gajah dirurah pangaloan, molo marsuruh Raja Dae so oloan, molo so ni oloan tubu hamagoan, molo ni oloan ro ma pangolu-ngoluan.” 30 29 Artinya, kalau Raja meminta rakyat harus memberinya, dan kalau rakyat tidak mau menerima uang pago-pago ganti rugi, maka rakyat akan tetap kehilangan haknya atas tanah tersebut. Ucapan tersebut membuat rakyat ketakutan dan akhirnya menerima tawaran tersebut yang diwakili oleh beberapa tokoh masyarakat dan lahan tersebut diklaim telah dikuasai oleh PT. Kwala Gunung. Namun, hingga sekarang tidak pernah dikelola oleh perusahaan tersebut. Pada tahun 1998, Tualam Gultom dan Daulak Gultom mulai mengusahai lahan tersebut. Mereka berdua mengaku mendapat mandat dari PT. Kwala Gunung. Masyarakat yang merasa http:serikat-tani-nasional-blogspot.com200706sumatera-utara-kronik-perjuangan-petani....... 30 Wawancara dengan W. Manurung, warga Dusun Parsaguan, Kecamatan Hutabayu Raja, Kabupaten Simalungun, tanggal 29 Agustus 2007. Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 79 memiliki lahan tersebut marah dan terjadi pertempuran antara Tualam Gultom dan Daulak Gultom melawan masyarakat. Yang pada akhirnya, Daulak Gultom ditangkap dan divonis 2 tahun penjara oleh aparat penegak hukum. Pada tahun 2005, terjadilah penjualbelian lahan tersebut seluas 687,5 Ha oleh oknum yang mengaku pemilik kuasa dari PT. Kwala Gunung, Timbul Jhonson Situmorang kepada berbagai pihak. Di antara pembelinya adalah Barita Doloksaribu, pengusaha lokal, marga Pardede oknum BPN Simalungun dan Tualam Gultom, tuan tanah yang sering menggunakan preman untuk menakut-nakuti masyarakat. Masyarakat, melalui Forum Petani Nagori Mariah Hombang melakukan pengaduan ke DPRD Tk. II Kabupaten Simalungun dalam bentuk audiensi di bulan April 2006. Namun, hal ini tidak mendapat respon yang serius. Lalu pada hari Sabtu, 22 April 2006, unjuk rasa pertama dilakukan dengan sasaran aksi DPRD Kabupaten Simalungun dan Pemkab Simalungun. Salah satu hasil unjuk rasa adalah janji kesediaan pihak DPRD untuk membuka ruang dialog antara rakyat, PT. Kwala Gunung, Dinas Kehutanan, BPN Kabupaten Simalungun, Camat, dan Kepala Desa. Jumat, 28 April 2006, berlangsunglah pertemuan yang dihadiri oleh Tata Pembangunan Kabupaten Simalungun, BPN Simalungun, Dinas Kehutanan Kabupaten Simalungun, dan Kepala Desa Mariah Hombang. Pihak camat tidak dapat menghadiri pertemuan tersebut. Kesepakatan yang dicapai bahwa DPRD akan membentuk Pansus Pengembalian Tanah Rakyat. Menurut salah seorang anggota Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 80 dewan bahwa izin yang dimiliki oleh PT. Kwala Gunung telah gugur demi hukum. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Dinas Kehutanan bahwa lahan tersebut tidak termasuk ke dalam kawasan hutan Negara. Sementara menurut BPN bahwa HGU untuk PT. Kwala Gunung tidak ada. Senin, 8 Mei 2006, masyarakat kembali berunjuk rasa ke Pemkab Simalungun untuk menuntut segera pengembalian tanah kepada rakyat. Dialog antara masyarakat dan Pemkab yang diwakili oleh Asisten I Tata Praja Pembangunan serta Komisi I DPRD Kabupaten Simalungun menghasilkan jadual pertemuan yang difasilitasi oleh Pemkab antara rakyat, DPRD, dan pihak PT. Kwala Gunung satu bulan ke depan. Dialog multipihak diadakan pada hari Selasa, 6 Juni 2006. Pemkab Simalungun yang diwakili oleh Asisten I Tata Praja Pembangunan membuka ruang dialog penyelesaian kasus tanah tersebut. Namun, pihak PT. Kwala Gunung tidak hadir, melainkan digantikan oleh PT. Dita Fumindo yang tidak diketahui asal usul dan keterlibatannya terhadap kasus tersebut. Anggota Komisi I DPRD Kabupaten Simalungun, Sabar Maruli Simarmata, mengusir perwakilan PT. Dita Fumindo dan mengecam Asisten I yang tidak konsisten dengan janjinya untuk menghadirkan pihak-pihak yang terkait kasus tersebut. Menurut informasi yang dihimpun Forum Petani Nagori Mariah Hombang, PT. Dita Fumindo mengantongi izin prinsip lokasi seluas 2.000 Ha di areal tanah rakyat Mariah Hombang dan sekitarnya dari Pemkab Simalungun bulan September Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 81 2005. 31 Berdasarkan keterangan yang penulis peroleh dari surat kabar Posmetro Siantar, pemicu konflik petani di Dusun Parsaguan Nagori Mariah Hombang, Kecamatan Hutabayu Raja, Kabupaten Simalungun dengan pengusaha lokal di eks kawasan PT. Kwala Gunung adalah palang jalan yang menutup akses petani membawa hasil pertanian ke luar. Izin tersebut ditandatangani oleh Bupati Simalungun Periode 2000-2005, Jhon Hugo Silalahi. Kamis, 15 Juni 2006, paling sedikit 5 lima buah truk yang diisi masyarakat melakukan unjuk rasa yang didampingi oleh Anggota Komisi A DPRD Tk. I Propinsi Sumatera Utara, Syamsul Hilal dari Fraksi PDIP, menuju gedung DPRD dan Pemkab Simalungun. Rakyat berhasil memaksa DPRD untuk menghadirkan Drs. Zulkarnain Damanik selaku Bupati Simalungun. Bupati berhasil dipertemukan dengan rakyat dan menyerahkan kepada rakyat untuk menduduki lahan tersebut sampai proses pengembalian tanah tersebut selesai. Aksi kali ini mendapat sokongan dari Komite Persiapan Wilayah Serikat Tani Nasional Sumatera Utara dan LSM Jagat Tanah Rakyat. 32 31 Hal ini diungkapkan petani di Kantor Dewan Pimpinan Daerah Partai Persatuan Pembebasan Nasional DPD Papernas di Jalan Lingga, Pematang Siantar, Jumat, 20 April 2007. Setelah sebelumnya, Kamis, 19 April 2007 sekira http:serikat-tani-nasional-blogspot.com200706sumatera-utara-kronik-perjuangan-petani....... 32 Posmetro Siantar, Palang Jalan Picu Konflik Petani-PT. Kwala Gunung, tanggal 21 April 2007, Hal. 1. Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 82 pukul 18.00 WIB, ratusan massa anggota Forum Petani Nagori Mariah Hombang FPNMH nyaris bentrok dengan puluhan aparat Polsek Tanah Jawa. Konflik ini dimulai ketika massa memblokir jalan menuju perladangan milik pengusaha lokal, di kawasan eks PT. Kwala Gunung. Dalam pertemuan di Papernas kemarin, petani mengaku sejak sekira tahun 1919 lahan itu telah dibuka. Tahun 1930, tanah tersebut diserahkan raja kepada pangulu untuk dikelola masyarakat untuk lahan pertanian. Saat itu, yang pertama menerima tanah adalah Lamas Manurung pangulu seluas 200 hektare, lalu Serawang Butarbutar kepala dusun seluas 100 hektare, lalu masyarakat, yakni Adonina seluas 30 hektare dan Multifar Gultom seluas 75 hektare dan disusul masyarakat lainnya, sehingga luas tanah seluruhnya 687,5 hektare. Tanah tersebut sudah ditanami tanaman keras, jagung dan kacang, yang kini dimiliki 350 kepala keluarga KK. Tapi, tahun 1977 lahan tersebut diambil alih Dinas Kehutanan Dishut Simalungun dengan ganti rugi kepada petani. Kemudian, lahan itu dikelola Dishut Simalungun untuk penghijauan. Karena tidak berjalan dengan baik, tanah tersebut diambil alih lagi oleh petani untuk dijadikan lahan pertanian. Tahun 1991-1993, lahan tersebut diklaim PT. Kwala Gunung dengan membayar ganti rugi sebesar Rp. 500 ribu dan tolak cangkul. PT. Kwala Gunung mendapatkan tanah tersebut dengan cara memaksa warga berdasarkan Izin Prinsip DPRD Simalungun dan Surat mantan Bupati Simalungun, Djabanten Damanik seluas 800 hektare. Meski tanah itu diklaim milik PT. Kwala Gunung, tapi lahan tersebut Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 83 tidak diusahai. Karena tidak produktif, akhirnya beberapa bagian lahan diambil alih petani lagi untuk ditanami ubi, sawit, dan lainnya hingga saat ini. Berdasarkan Berita Malam Metro TV yang ditayangkan pada Headline News Sabtu, 24 Juni 2006, pukul 22:05, ratusan petani dari dua desa di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, menduduk i lahan perkebunan milik PT. Kwala Gunung secara paksa. Mereka mengaku pendudukan lahan tersebut atas perintah Bupati Simalungun, Zulkarnain Damanik. Menurut warga, lahan seluas 678,5 hektare itu telah dicaplok PT. Kwala Gunung sejak tahun 1999. Penduduka n lahan ini berjalan mulus tanpa perlawanan, namun dengan pengawalan aparat kepolisian Resort Simalungun berpakaian preman. Aksi ini ditandai dengan pemasangan puluhan papan tanda hak milik warga yang tergabung dalam Forum Petani Nagori Mariah Hombang. Para petani juga menanam sejumlah bibit pohon pisang. Pendudukan paksa lahan ini sebagai upaya terakhir para petani. Berbagai upaya yang mereka lakukan sebelumnya tidak membuahkan hasil. Berulang kali mereka telah berunjuk rasa menghadap Bupati dan DPRD Simalungun. Keterangan lain yang penulis peroleh mengenai tanah di Mariah Hombang yang menjadi sengketa itu, Manimpan br. Tambunan, istri almahum Masohur Butarbutar mengklaim tanah seluas 687,5 hektare di Bosar Galugur dan Mariah Hombang, Kecamatan Hutabayu Raja, Kabupaten Simalungun, adalah warisan dari mertuanya, yakni Maharup Butarbutar. Bahkan di kejayaan Raja Tanah Jawa saat itu, menghibahkan seluas 2.000 hektare kepada Maharup Butarbutar untuk diolah Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 84 bersama keluarga dan kerabatnya. Maharup Butarbutar yang menerima areal begitu luas dari Raja Tanah Jawa, membangun satu bangunan mesjid. Meskipun mesjid yang dibangun itu sudah tua reot, namun masih berdiri di atas tanah yang saat ini diperebutkan kelompok masyarakat yang tergabung dalam Forum Petani Nagori Mariah Hombang FPNMH di satu pihak dan PT. Kwala Gunung di lain pihak. Dalam penjelasan Manimpan br Tambunan kepada wartawan SIB, Selasa, tanggal 1 Agustus 2006, di Pematang Siantar, mengatakan, dia merasa terkejut dan heran, tanah seluas 687,5 hektar diperebutkan kelompok masyarakat FPNMH dan PT. Kwala Gunung di lokasi Bosar Galugur dan Mariah Hombang. Dia mengungkapkan bahwa areal lahan tidur begitu luas di masa hidupnya Raja Tanah Jawa, menghibahkan seluas sekitar 2.000 hektare, termasuk 687,5 hektare yang diperebutkan pihak lain, kepada mertuanya, ayah kandung almarhum Maharup Butarbutar. Maharup Butarbutar dan keturunannya berdomisili di lokasi tanah yang dihibahkan Raja Tanah Jawa tersebut bahkan almarhum Maharup Butarbutar pun membangun satu mesjid di lokasi tanah tersebut, yang hingga kini bangunannya masih tetap ada, meskipun sudah tua reot. Namun, pada sidang kasus perkara pidana pengeroyokan yang dilakukan oleh 17 orang terdakwa Mariah Hombang, yaitu terdakwa Shakiel Gultom, Lianus Gultom, Tumpal Manurung, Rinto Butarbutar, Carles Nainggolan, Lucartina br Hutabarat, Liver Sianturi, Loren Gultom, Tigor Sianturi, Riduan Purba, Morlen Sianturi, Balosan Tambunan, Nai Riani br. Pasaribu, Ando Sirait, Jaulak Gultom, Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 85 Jerri Manullang, dan Jaitar Simanjuntak terhadap aparat Polisi Simalungun pada Senin, 23 Juli 2007 kembali digelar di Pengadilan Negeri Simalungun dengan agenda mendengarkan keterangan saksi-saksi, yaitu Helarius Gultom, Marice Sihombing, dan Barita Doloksaribu, dimana ketiga saksi adalah warga Mariah Hombang yang tidak tergabung dalam FPNMH Forum Petani Nagori Mariah Hombang mengatakan di ruang persidangan bahwa kejadian pada tanggal 19 April 2007 lalu di ladang Parsaguan milik PT. Kwala Gunung berawal karena tidak diizinkannya saksi- saksi untuk melewati jalan keluar untuk membawa hasil panennya hingga menyebabkan kerugian dan pihak warga Mariah Hombang yang tergabung dalam FPNMH yang tidak memberi izin, 33 Dinyatakan para saksi bahwa saksi tidak mau tergabung dalam FPNMH karena tujuan FPNMH adalah untuk mengklaim PT. Kwala Gunung. Terbukti warga FPNMH telah mendatangi saksi Barita untuk memberikan tanahnya secara gratis seluas 54 Ha, namun saksi Barita tidak mau memberikannya hingga berbuntut seperti sekarang ini, dan mengenai kepemilikan tanah saksi Barita seluas 108 Ha adalah sah miliknya terbukti dengan surat-surat kepemilikannya ada padanya. Sementara itu, kejadian pengeroyokan terhadap aparat Polisi Simalungun yang dilakukan oleh warga Mariah Hombang terjadi ketika adanya instruksi aparat polisi kepada saksi-saksi yaitu dengan cara membuat lubang besar pada badan jalan yang biasa dilintasi oleh saksi-saksi dan pada saat pembuatan lubang tersebut, saksi Helarius dan saksi Marice melihatnya. 33 http:bantors-media.blogspot.com200707sidang-lanjutan-17-terdakwa-mariah-hombang.html. Irianti Sitinjak : Penuntutan Pengembalian Tanah Yang Telah Diganti Rugi Oleh PT. Kwala Gunung Kepada Masyarakat Mariah Hombang, 2007. USU Repository © 2009 86 Helarius, Marice dan Barita untuk menutup lubang yang digali masyarakat FPNMH tersebut, yaitu sekitar pukul 16.00 WIB lalu terjadilah kekacauan antara warga Mariah Hombang dan polisi, juga penyemprotan air cabe serta tidak ketinggalan senjata tajam yang dipegang warga Mariah Hombang. Sambil kembali menegaskan bahwa jalan yang ditutup warga Mariah Hombang adalah jalan yang telah terbiasa dilewati umum. Sementara itu, 17 terdakwa yang mendengarkan keterangan saksi-saksi mengatakan bahwa keterangan dari ketiga saksi sebagian benar dan sebagian lagi tidak benar karena menurut para terdakwa bahwa jalan yang ditutup warga Mariah Hombang bukan jalan umum, tapi adalah jalan milik terdakwa Shakiel Gultom. Sidang yang dipimpin Lamsana Sipayung S.H., A. Irfir S.H., Mawar Nadeak S.H., Jaksa Penuntut Umum JPU, yaitu J.S. Malau S.H., dilanjutkan hingga minggu depan untuk mendengarkan keterangan saksi-saksi yang lainnya.

B. Alasan Penuntutan Pengembalian Tanah yang Dilakukan Masyarakat