Persen Tutupan Terumbu Karang

Fitria Rasmita Manurung : Persen Tutupan Percent Cover Terumbu Karang Hidup Di Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

4.1 Persen Tutupan Terumbu Karang

Dari penelitian yang telah dilakukan ternyata keragaman karang pada perairan bagian Barat pulau Rubiah sangat tinggi, yaitu delapan bentuk pertumbuhan terumbu karang hidup. Stasiun 1 yang merupakan daerah kontrol memiliki empat bentuk pertumbuhan Acropora, yaitu acropora encrusting, acropora submassive, acropora tabulate dan acropora digitate, dan empat bentuk pertumbuhan Non-Acropora yaitu coral encrusting, coral foliose, coral massive dan coral submassive. Stasiun 2 memiliki 3 bentuk pertumbuhan Acropora yaitu acropora branching, acropora tabulate dan acropora digitate, dan empat bentuk pertumbuhan Non-Acropora, yaitu coral encrusting, coral foliose, coral massive dan coral submassive. Tabel 4.1 Rata-rata Persen Tutupan Terumbu Karang Hidup di Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Kategori pertumbuhan Stasiun 1 Stasiun 2 Rata- rata total tutupan Persentase tutupan Rata- rata tutupan Persentase tutupan Rata- rata tutupan 1 2 3 1 2 3 Acropora Encrusting 2,46 - - 0,82 - - - - 0,41 Submassive 0,74 1,46 2,48 1,56 - - - - 7,80 Tabulate 24,86 19,46 14,66 19,66 5,24 4,68 8,24 6,05 12,85 Digitate 9,62 3,26 2,28 5,05 8,08 9,14 4,38 7,20 6,12 Non-Acropora Encrusting - 3,42 - 1,14 - 7,74 - 2,58 1,86 Foliose 0,14 7,64 0,74 2,84 - - 0,12 0,04 1,44 Massive 14,40 15,26 29,6 19,75 - - 0,56 0,18 9,96 Submassive - - - - - - 0,22 0,07 0,03 Rata-rata total tutupan 50,82 16,12 33,74 Keterangan Stasiun 1 : daerah kontro l Gambar 4.1a Stasiun 2 : daerah aktivitas Gambar 4.2a Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata total persen tutupan terumbu menunjukkan bahwa tutupan terumbu karang hidup pada perairan bagian Barat pulau Rubiah adalah sebesar 33,47, kondisi ini menunjukkan bahwa persen tutupan terumbu karang hidup di daerah perairan ini tergolong kategori sedang Kep. MENLH No. 4 Tahun 2001. Keadaan ini menunjukkan bahwa kondisi tutupan terumbu karang hidup di daerah ini telah mengalami gangguan, tetapi jika dilihat berdasarkan stasiun Fitria Rasmita Manurung : Persen Tutupan Percent Cover Terumbu Karang Hidup Di Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010. penelitian diketahui bahwa pada stasiun 1 persen tutupan terumbu karang sebesar 50,82 Gambar 4.2a. Keadaan ini tergolong ke dalam kategori baik Kep. MENLH No. 4 Tahun 2001. Hal ini disebabkan karena kondisi perairan pada stasiun 1 ini masih tergolong baik dan memiliki penetrasi dan intensitas cahaya yang tinggi serta nilai BOD yang lebih rendah Tabel 4.2 daripada stasiun 2. Nontji 1993 menyatakan bahwa pertumbuhan terumbu karang cenderung lebih baik pada perairan yang jernih dengan penetrasi dan intensitas cahaya yang tinggi, serta BOD perairan yang rendah, di samping substrat berupa pasir dan berbatu. Pada stasiun 2 didapatkan rata-rata total persen tutupan terumbu karang adalah sebesar 16,12 Gambar 4.2b, keadaan ini menunjukkan bahwa tutupan terumbu karang hidup di daerah ini tergolong kategori buruk Kep. MENLH No. 4 Tahun 2001. Hal ini disebabkan karena pada stasiun 2 ini aktivitas manusia cukup tinggi, diantaranya adalah sebagai jalur transportasi air boat, daerah pariwisata diving dan memancing Gambar 4.1 dan 4.2, di samping itu stasiun 2 merupakan selat yang apabila terjadi gelombang dan arus laut yang kuat, gelombang dan arus tersebut akan terakumulasi di daerah tersebut yang dapat memporakporandakan karang. Wardhana 2001 menyatakan bahwa tumpahan minyak dari alat transportasi air boat ke badan air tidak dapat larut dalam air, melainkan akan mengapung di atas permukaan air dan akan menutupi permukaan air yang dapat menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air sehingga jumlah oksigen yang terlarut dalam air berkurang. Tumpahan minyak ini juga akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam badan air sehingga proses fotosintesis oleh organisme air tidak dapat berlangsung yang berakibat buruk terhadap prtumbuhan terumbu karang. Selanjutnya Ardiwijaya et al 2006, menjelaskan bahwa perairan pada sisi barat umumnya menerima gelombang sepanjang tahun. Peristiwa ini biasanya sangat rawan terutama pada ekosistem karang yang letaknya di pantai pulau terpencil yang langsung menuju atau berhadapan langsung dengan laut bebas. Pulau kecil seperti ini sering diterjang badai ketika musim pemulihan dari musim barat ke timur. Gelombang dan arus laut yang kuat juga dapat membawa sampah yang sulit diuraikan mis: berbahan plastik serta sedimen yang dapat menutupi permukaan karang sehingga dapat menghambat Fitria Rasmita Manurung : Persen Tutupan Percent Cover Terumbu Karang Hidup Di Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010. proses fotosintesis karena cahaya ditutupi oleh sampah dan sedimen. Kondisi stasiun ini dapat dikatakan buruk karena karang yang ditemui sangat sedikit. Daerah ini didominasi oleh pasir dan patahan-patahan karang. a b Gambar 4.1 Lokasi Penelitian a. Stasiun 1 dan b. Stasiun 2 a b Gambar 4.2 Kondisi terumbu karang pada Stasiun Penelitian a.Terumbu karang pada Stasiun 1 dan b. Terumbu karang pada Stasiun 2 Nilai faktor fisik kimia perairan Tabel 4.2 yang diperoleh pada kedua stasiun pengamatan baik untuk pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang. Apabila aktivitas manusia berubah maka faktor fisik kimia perairan juga akan mengalami perubahan yang akan mempengaruhi keberlangsungan terumbu karang. Terumbu karang sangat peka terhadap pengaruh kegiatan manusia. Bila kerusakan karang telah terjadi, maka proses pemulihan akan sangat lambat mengingat laju pertumbuhan karang yang juga berlangsung lama. Menurunnya kecepatan tumbuh dan kegagalan mekanisme reproduksi biasanya diakibatkan oleh zooxhantellae yang telah keluar dari tubuh hewan karang yang berakibat kematian koloni karang. Fitria Rasmita Manurung : Persen Tutupan Percent Cover Terumbu Karang Hidup Di Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010. Bentuk pertumbuhan tabulate atau karang meja Acropora pada stasiun 1 memiliki persen tutupan tertinggi sebesar 19,66 . Karang tabulate merupakan jenis karang yang arah pertumbuhannya melebar ke samping sehingga menutupi keberadaan karang lain dan menghalangi cahaya yang dapat mengganggu pertumbuhan jenis karang lain tersebut. English et al 1994, menyatakan bahwa adanya persaingan antara hewan karang dapat mempengaruhi keberadaan terumbu karang lain. Bentuk pertumbuhan suatu jenis karang juga dipengaruhi oleh faktor fisik-kimia perairan. Salah satunya adalah intensitas cahaya yang diterima oleh badan air dimana diperoleh intensitas cahaya yang cukup tinggi yaitu 1047-1383 Candela Tabel 4.2. Selanjuutnya Supriharyono 2000 menyatakan bahwa ada kecenderungan semakin banyak cahaya yang diterima, maka rasio luas permukaan dengan volume karang akan semakin turun. Kenaikan level cahaya akan merubah kelompok karang dari yang berbentuk globose massive ke bentuk piring tabulate, namun dalam jangka waktu yang cukup lama. Bentuk pertumbuhan encrusting atau karang merayap memiliki persentase terendah sebesar 0,82 . Karang merayap merupakan karang muda yang suatu saat dapat berubah bentuk menjadi kelompok karang lain, hal inilah yang mungkin menyebabkan sedikitnya karang encrusting yang dijumpai pada stasiun pengamatan. Ada atau tidaknya bentuk-bentuk pertumbuhan karang di suatu perairan umumnya juga disebabkan oleh adanya persaingan antara hewan-hewan karang tersebut dalam memperebutkan cahaya, kebutuhan oksigen serta nutrisi. Bentuk pertumbuhan karang Non Acropora yang memiliki persentase tutupan tertinggi adalah massive atau padat sebesar 19,75 pada stasiun 1. Nybakken 1988 menyatakan bahwa bentuk massive akan dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki gelombang dan arus laut yang kuat karena memberikan sumbangan oksigen dan air segar yang membawa nutrisi baru bagi karang. Pada umumnya karang massive tumbuh dengan sangat lambat, yaitu hanya 1 cm tahun, sehingga untuk menumbuhkan jenis karang ini sebesar 25 cm, dibutuhkan waktu sekitar 25 tahun. Koloni karang dengan kerangka-kerangka yang padat atau massive dari kalsium Fitria Rasmita Manurung : Persen Tutupan Percent Cover Terumbu Karang Hidup Di Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010. karbonat tidak akan rusak oleh gelombang yang kuat. Bentuk pertumbuhan karang foliose atau berbentuk lembaran daun adalah yang memiliki persen tutupan terendah sebesar 0,04 . Supriharyono 2000 menyatakan bahwa karang yang tumbuh atau teradaptasi pada perairan yang sedimennya tinggi cenderung berbentuk foliose sedangkan di perairan yang jernih atau sedimentasinya rendah lebih banyak dihuni oleh karang berbentuk piring tabulate. Pada kedua stasiun pengamatan tingkat kejernihan perairan tinggi, dapat diketahui dari tingkat penetrasi cahaya 3-4 m yang sampai ke dasar perairan, sehingga hanya sedikit karang dari jenis foliose yang dijumpai. Rata-rata persen tutupan terumbu karang yang terdapat di perairan bagian barat pulau Rubiah adalah berkisar antara 16,12 - 50,82 dengan kriteria termasuk kategori buruk-baik. Hal ini sesuai dengan kriteria baku kerusakan terumbu karang menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2001, persen tutupan terumbu karang hidup dengan kisaran antara 0 - 29,9 termasuk ke dalam kategori buruk dan persen tutupan dengan kisaran antara 50 - 74,9 termasuk ke dalam kategori baik. Monk et al 2000, menyatakan bahwa kegiatan pariwisata disebutkan juga sebagai penyebab kerusakan karang. Namun kerusakan oleh para penyelam ini tidak merupakan ancaman besar, karena jumlah penyelam yang mengunjungi daerah karang terbatas. Wilkinson et al 2006, menyatakan bahwa bahwa kegiatan manusia adalah penyebab utama penurunan kondisi terumbu karang di Indonesia. Pemukiman dan pembangunan di kawasan pesisir telah meningkatkan polusi. Dan penebangan hutan yang berakibat masuknya sedimentasi dan polusi ke daerah pertumbuhan terumbu karang. Penangkapan ikan yang merusak, terutama pemboman dan peracunan dengan sianida telah menghancurkan terumbu karang. Berikut ini merupakan grafik persentase tutupan karang hidup di perairan bagian Barat. Gambar 4.3 menunjukkan bahwa pasir mendominasi daerah pengamatan yang menunjukkan bahwa tingginya kerusakan pada stasiun pengamatan. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini, salah satunya adalah adanya tekanan lingkungan Fitria Rasmita Manurung : Persen Tutupan Percent Cover Terumbu Karang Hidup Di Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010. yang diakibatkan oleh kegiatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung yang menyebabkan perubahan lingkungan laut dan adanya faktor alam seperti gelombang dan arus yang kuat. Diketahui bahwa perlu waktu yang cukup lama bagi terumbu karang untuk dapat pulih ke keadaan semula, sehingga dibutuhkan kerjasama yang baik antara masyarakat dan organisasi yang mengelola kawasan taman laut ini demi keberlangsungan hidup terumbu karang mengingat pentingnya fungsi terumbu karang bagi manusia. Wilkinson et al 2006, menyatakan bahwa semakin kuatnya kemitraan antara masyarakat dengan pemerintah maka akan meningkat pula upaya pemantauan terumbu karang, sistem pengelolaan data serta konservasi terumbu karang. 20 40 60 80 HC 52 50 49 13 21 13 SC 7 13 3 Algae 2 1 Pasir 12 9 9 55 63 45 Batu 13 12 24 16 9 36 1 2 3 4 5 6 Gambar 4.3 Grafik Persentase Tutupan Karang di di Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Fitria Rasmita Manurung : Persen Tutupan Percent Cover Terumbu Karang Hidup Di Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.

4.2 Parameter Faktor Fisik Kimia