Fitria Rasmita Manurung : Persen Tutupan Percent Cover Terumbu Karang Hidup Di Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.
b. Coral Massive CM c. Coral Submassive CS
Coral Submassive adalah karang keras dengan bentuk seperti Coral Massive tetapi memiliki percabangan atau bentuk karang keras dengan
percabangan yang besar.
d. Coral Encrusting CE
e. Coral Foliose CF
Coral Foliose adalah karang keras yang memiliki bentuk pertumbuhan seperti bentuk lembaran-lembaran daun yang membentuk suatu susunan tertentu.
2.4 Reproduksi dan Pertumbuhan Hewan Karang
Satu individu karang atau sering disebut dengan polip karang memiliki ukuran yang bervariasi, mulai dari yang terkecil, yaitu 1 mm sampai yang terbesar yaitu 50 cm.
Namun polip pada umumnya memiliki ukuran yang kecil, polip karang yang besar dijumpai pada karang yang soliter. Dari gambar 2.1 dapat diketahui bahwa karang
atau polip memiliki bagian bagian tubuh yang terdiri dari a. Mulut yang dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa dan sebagai pertahanan diri;
b. Rongga tubuh coelenteron yang juga merupakan saluran pencernaaan gastrovaskular dan c. Lapisan gastrodermis, dimana pada lapisan inilah dapat
ditemukan alga uniseluler zooxhantellae. Dan pada lapisan ini, epidermis akan menghasilkan material guna membentuk rangka luar karang
www.terangi.or.idpublicationspdfbiologikarangpdf.
Fitria Rasmita Manurung : Persen Tutupan Percent Cover Terumbu Karang Hidup Di Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.
Gambar 2.1 Polip pada hewan karang
www.terangi.or.idpublicationspdfbiologikarang.pdf Laju pertumbuhan pada koloni-koloni karang dapat berbeda satu sama lainnya.
Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan spesies, umur koloni dan daerah suatu
terumbu. Diketahui koloni yang kecil dan muda cenderung tumbuh lebih cepat
daripada koloni yang lebih tua. Koloni karang yang bercabang-cabang lebih cepat pertumbuhannya daripada karang massive. Stoddard 1969 mengemukakan bahwa
kisaran peningkatan pertumbuhan karang adalah berkisar antara 0,2 mm sampai 8 mm
per tahun Nybakken, 1988.
Hewan karang berkembangbiak secara aseksual dan seksual. Secara aseksual karang berkembangbiak melalui fragmentasi dan pertunasan budding. Sedangkan
secara seksual atau kawin, dilakukan melalui pemijahan atau pertemuan antara ovarium dan testes. Berkaitan dengan sel kelaminnya, karang mungkin hermaprodit,
di mana ovarium dan testesnya berada dalam satu individu polip Supriharyono, 2000.
Reproduksi secara seksual ditunjukkan pada gambar 2.2a berikut. Secara seksual terjadi saat sel telur dan sperma dikeluarkan oleh karang ke perairan. Sel telur
dan sperma dari jenis yang sama kemudian bergabung menghasilkan larva planula. Planula akan tumbuh sebagai polip karang. Sifat reproduksi ini lebih kompleks karena
selain melewati proses fertilisasi, juga melawati beberapa tahapan seperti pembentukan larva, penempelan, kemudian pertumbuhan dan pematangan
www.terangi.or.idpublicationspdfbilogikarangpdf.
Fitria Rasmita Manurung : Persen Tutupan Percent Cover Terumbu Karang Hidup Di Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.
Gambar 2.2b menunjukkan reproduksi secara aseksual, yaitu terjadi saat planula tumbuh menjadi polip karang kemudian membelah dan memperbanyak diri.
Gambar 2.2 a. reproduksi hewan karang secara seksual dan b. reproduksi hewan karang secara aseksual
www.terangi.or.idpublicationspdfbiologikarang.pdf
Pada reproduksi ini polip atau koloni karang membentuk koloni baru dengan cara pemisahan pemotongan-pemotongan tubuh atau rangka. Pada reproduksi secara
seksual ini, ada pertumbuhan koloni dan ada juga pembentukan koloni baru http:web.ipb.ac.id~dedi_sindex.php?option=com_contenttask=viewid=20Ite
mid=48.
Menurut Nybakken 1988, pembuahan pada umumnya terjadi di dalam ruang gastrovaskuler induk betina, sperma dilepaskan ke dalam air dan akan masuk ke
dalam ruang gastrovaskluer. Telur-telur yang telah dibuahi biasanya ditahan sampai perkembangannya mencapai stadium larva planula. Planula dilepaskan dan berenang
ke perairan terbuka untuk waktu yang tidak dapat ditentukan, sebelum menetap dan memulai suatu koloni baru. Bila karang dewasa menetap di suatu tempat, larva planula
merupakan alat penyebar dari berbagai spesies karang.
Pada tentakel polip terdapat racun yang digunakan untuk menangkap berbagai jenis hewan dan tumbuhan dan hewan laut yang sangat kecil atau disebut plankton
sebagai makanan tambahannya. Tentakel karang terbuka pada malam hari dan digunakan untuk menangkap plankton yang melayang-layang di sekitarnya yang
terbawa oleh arus http:oseanografi.blogspot.com200507terumbu-karang.html.
Fitria Rasmita Manurung : Persen Tutupan Percent Cover Terumbu Karang Hidup Di Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.
Pada gambar 2.3 dapat dilihat bahwa polip karang memperoleh makanan dengan menangkap mangsa dengan menggunakan tentakel, yang terdapat sel
penyengatnya knidoblas lalu membawanya ke mulut. Alat penyengat nematosit ini jika tidak sedang digunakan akan berada dalam kondisi yang tidak aktif. Jika ada
plankton atau hewan lain yang ingin ditangkap, maka alat penyengat dan racun akan dikeluarkan.
Gambar 2.3 Cara polip menangkap mangsanya
www.terangi.or.idpublicationspdfbiologikarang.pdf
2.5 Faktor-Faktor Pembatas