Fitria Rasmita Manurung : Persen Tutupan Percent Cover Terumbu Karang Hidup Di Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.
Pada gambar 2.3 dapat dilihat bahwa polip karang memperoleh makanan dengan menangkap mangsa dengan menggunakan tentakel, yang terdapat sel
penyengatnya knidoblas lalu membawanya ke mulut. Alat penyengat nematosit ini jika tidak sedang digunakan akan berada dalam kondisi yang tidak aktif. Jika ada
plankton atau hewan lain yang ingin ditangkap, maka alat penyengat dan racun akan dikeluarkan.
Gambar 2.3 Cara polip menangkap mangsanya
www.terangi.or.idpublicationspdfbiologikarang.pdf
2.5 Faktor-Faktor Pembatas
Keanekaragaman, penyebaran dan pertumbuhan karang hermatipik tergantung pada kondisi lingkungannya. Kondisi ini pada kenyataannya tidak selalu tetap, akan
tetapi seringkali berubah karena adanya gangguan, baik yang berasal dari alam atau aktivitas manusia. Gangguan dapat berupa faktor fisik-kimia dan biologis. Faktor-
faktor fisik kimia yang diketahui dapat mempengaruhi kehidupan atau laju pertumbuhan karang antara lain adalah cahaya matahari, suhu, salinitas, dan
sedimentasi Supriharyono, 2000.
Sedangkan faktor biologis yang mempengaruhi laju pertumbuhan karang biasanya berupa predator atau pemangsanya. Hewan yang sangat merugikan bagi
pertumbuhan polip karang adalah Achantaster planchii bulu seribu. Individu muda maupun dewasa umumnya memangsa polip karang batu, namun mereka juga
memangsa karang lunak, alga bahkan bulu seribu lainnya Akmal, 2002. Organisme lain yang merugikan bagi karang adalah bulu babi Diadema setosum yang memakan
algae pada daerah berpasir dan berbatu Juwana Romimohtarto, 2001.
Fitria Rasmita Manurung : Persen Tutupan Percent Cover Terumbu Karang Hidup Di Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.
2.5.1 Cahaya
Karang hermatipik hidupnya bersimbiosis dengan ganggang zooxhantellae yang melakukan fotosintesis, maka pengaruh cahaya sangat penting. Berkaitan dengan
pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan karang, maka faktor kedalaman juga membatasi kehidupan hewan karang. Pada perairan yang jernih memungkinkan
penetrasi cahaya bisa sampai pada lapisan yang sangat dalam. Namun secara umum, karang dapat tumbuh dengan baik pada kedalaman 20 m Kinsman, 1964 dalam
Supriharyono, 2000.
Bagi hewan laut, cahaya mempunyai pengaruh terbesar yaitu sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis tumbuh-tumbuhan yang menjadi sumber makanannya.
Cahaya yang cukup harus tersedia agar fotosintesis oleh zooxhantellae simbiotik dalam jaringan karang dapat terlaksana. Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis
akan berkurang dan bersamaan dengan itu kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat dan membentuk terumbu akan berkurang pula. Titik kompensasi
untuk karang tampaknya merupakan kedalaman dimana intensitas cahaya berkurang sampai 15-20 dari intensitas permukaan Nybakken, 1988.
2.5.2 Suhu
Suhu air merupakan salah faktor penting yang menentukan kehidupan karang. Menurut Wells 1954, suhu yang baik untuk pertumbuhan karang adalah berkisar
antara 25
o
C - 29
o
C. Sedangkan batas minimum dan maksimum suhu berkisar 16
o
C - 17
o
C dan berkisar 36
o
C. Menurut hukum Van’t Hoffs kenaikan temperatur 10
o
C hanya pada kisaran temperatur yang masih ditolerir akan meningkatkan laju
metabolisme dari organisme sebesar 2 - 3 kali lipat, sehingga konsumsi oksigen akan meningkat, dan kelarutan oksigen dalam air menjadi berkurang. Pola temperatur
ekosistem akuatik dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari,
Fitria Rasmita Manurung : Persen Tutupan Percent Cover Terumbu Karang Hidup Di Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.
pertukaran panas antara air dan udara sekelilingnya dan juga oleh faktor kanopi penutupan oleh vegetasi dari pepohonan yang tumbuh di tepi perairan Brehm et al,
1990 dalam Barus, 1996, hlm: 44.
2.5.3 Salinitas
Salinitas air laut rata-rata di daerah tropis adalah sekitar 35
o oo
, dan hewan karang dapat hidup dengan baik pada kisaran salinitas 34 - 36
o oo
. Daya tahan terhadap salinitas setiap jenis karang berbeda-beda. Sebagai contoh Kinsman 1964
mendapatkan bahwa Acropora dapat bertahan pada salinitas 40
o oo
hanya beberapa jam di West Indies, akan tetapi Porites dapat tahan dengan salinitas sampai 48
o oo
Supriharyono, 2000.
Karang hermatipik adalah organisme lautan sejati dan tidak dapat bertahan pada salinitas yang jelas menyimpang dari salinitas air laut normal 32 - 35
o oo
. Bagaimanapun perairan pantai akan terus-menerus pemasukan air tawar secara teratur
dari aliran sungai, sehingga salinitasnya berkurang Nybakken, 1988.
2.5.4 Sedimentasi
Sedimentasi merupakan masalah yang umum di daerah tropis, pembangunan di daerah pantai dan aktivitas manusia lainnya, seperti pengerukan, pertambangan, pengeboran
minyak, pembukaan hutan, aktivitas pertanian yang dapat membebaskan sedimen ke perairan pantai atau daerah tumbuh terumbu karang. Di samping itu, ada pula sedimen
lain yang dikenal dengan carbonate sediment, yaitu sedimen yang berasal dari erosi karang-karang, baik secara fisik maupun secara biologi bioerosi. Bioerosi biasanya
dilakukan oleh hewan-hewan laut seperti ikan, bulu babi, bintang laut dan sebagainya. Para ahli melaporkan bahwa lebih dari 50 produksi tahunan sedimen karbonat
disebabkan oleh bulu babi Diadema antilarum atau sekitar 90 tonhatahun. Keberadaan sedimen ini menyebabkan perairan di sekitar terumbu karang menjadi
Fitria Rasmita Manurung : Persen Tutupan Percent Cover Terumbu Karang Hidup Di Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah Nanggroe Aceh Darussalam, 2010.
keruh yang dapat berakibat buruk bagi keberlangsungan hidup hewan karang karena dapat menutupi polip mulut karang. Pengaruh lainnya adalah menurunnya penetrasi
cahaya yang penting untuk fotosintesis zooxhantellae Supriharyono, 2000.
Menurut Supriharyono 2000, sedimen diketahui dapat mempengaruhi pertumbuhan karang juga menentukan bentuk pertumbuhan karang. Ada
kecenderungan bahwa karang yang tumbuh atau teradaptasi di perairan yang sedimennya tinggi akan dijumpai banyak karang berbentuk foliate, branching dan
ramose. Sedangkan di perairan yang yang jernih atau sedimentasinya rendah lebih banyak dihuni oleh karang yang berbentuk piring plate dan digitate plate.
2.5.5 Pasang Surut
Pasang surut berpengaruh pada kenampakan dari komunitas terumbu karang karena pertumbuhan karang ke atas sangat dibatasi oleh pola pasang surut. Hal ini
dapat dilihat pada beberapa karang yang mati pada bagian permukaan atas tetapi masih tetap hidup di bagian samping dan akhirnya karang tumbuh melebar ke arah
samping. Biasanya pada bentuk pertumbuhan karang yang bercabang, yang percabangannya mengarah ke atas lebih sering terdedah dengan keadaan pasang surut
ini. Jika koloni karang berada terlalu lama di luar perairan, dapat mengakibatkan kematian pada karang tersebut Suharsono, 1996.
2.6 Distribusi Terumbu Karang