19
seperti halnya yang berlaku pada bank konvensional, melainkan nisbah bagi keuntungan.
Dalam prakteknya, nisbah untuk tabungan berkisar antara 55 – 56
dari hasil investasi yang dilakukan oleh bank. Pada bank konvensional, angka tersebut kira-kira setara dengan 11
– 12. Sedangkan dalam sisi pembiayaan, bila seorang pedagang membutuhkan modal, maka dapat mengajukan
permohonan untuk pembiayaan bagi hasil seperti mudharabah. Penerapan mudharabah dapat berupa tabungan dan deposito, sehingga
terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi
bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. Hal ini didasarkan pada ketentuan umum sebagai berikut :
19
a. Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai tata cara
pemberitahuan keuntungan dan atau pembagian kerugian secara resiko yang ditimbulkan dari penyimpanan dana yang tercantum pada aqad.
b. Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan
sebagai bukti penyimpanan untuk deposito mudharabah bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan deposito kepada deposan.
c. Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati, namun tidak diperkenankan mengambil saldo negatif.
19
Himpunan Ketentuan Perbankan Syari’ah Indonesia Pebruari 2005 – April 2006 Bank Indonesia No. 746PBI2005 Bab II Pasal 5
, Jakarta: Direktorat Perbankan Syari’ah, 2005, h. 15
20
d. Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu
yang telah disepakati. Deposito yang diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama seperti deposito baru, tetapi bila aqad sudah
dicantumkan perpanjangan, maka otomatis tidak perlu dibuat aqad baru. e.
Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan deposito atau tabungan tetap berlak
u sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah.
D. Pengertian Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian diantara para pemilik dana modal untuk mencampurkan dana modal mereka pada suatu usaha tertentu,
dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
Musyarakah merupakan istilah yang sering dipakai dalam konteks skim pembiayaan syariah. Istilah ini berkonotasi lebih terbatas dari pada
istilah syirkah yang lebih umum digunakan dalam fikih Islam Usmani, 1999. Syirkah berarti sharing berbagi dan di dalam terminology fikih Islam dibagi
dalam dua jenis.
20
a Syirkah al-milk atau syirkah amlak atau Syirkah kepemilikkan, yaitu
kepemilikan bersama dua pihak atau lebih dari suatu properti
20
Ascarya, Akad Produk Bank Syariah, Jakarta: PT Raja Garfindo Persada,2007, h. 49
21
b Syirkah al-aqd atau Syirkah ukud atau Syirkah akad, yang berarti
kemitraan yang terjadi karena adanya kontrak bersama atau usaha komersial bersama. Syirkah al-aqd sendiri ada empat Mazhab Hambali
memasukkannya syirkah mudharabah sebagai syirkah al-aqd yang kelima, satu yang disepakati dan tiga yag diperselisihkan.
Musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua atau lebih pengusaha pemilk dana modal bekerja sama sebagai mitra usaha, membiayai
investasi usaha baru atau yang sudah berjalan.
21
Mitra usaha pemilik modal berhak ikut serta dalam manajemen perusahaan, tetapi itu tidak merupakan
keharusan. Para pihak dapat membagi pekerjaan mengelola usaha sesuai kesepakatan dan mereka juga dapat meminta gaji upah untuk tenaga da
keahlian yang mereka curahkan untuk usaha tersebut.. Proporsi keuntungan di bagi di antara mereka menurut kesepakatan
yang ditentukan sebelumnya dalam akad sesuai dengan proporsi modal yang disertakan pendapat Imam Malik dan Imam Syafii, atau dapat pula berbeda
dari proporsi modal yang mereka sertakan pendapat Imam Ahmad. Sementara itu, Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa proporsi keuntungan
dapat berbeda dari proporsi modal pada kondisi normal. Namun demikian, mitra yang memutuskan menjadi sleeping partner, proporsi keuntungannya
tidak boleh melebihi proporsi modalnya.
21
Ibid., h. 50
22
E. Proses Musyarakah di Bank Syariah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah syirkah atau syarikah. Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang
bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di
mana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud.
22
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana, barang perdagangan trading asset, kewiraswastaan
entrepreneurship, kepandaian skill, kepemilikkan property, peralatan equitment, atau intangible asset seperti hak paten atau goodwill,
kepercayaan reputasi credit worthines dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan merangkum seluruh kombinasi dari bentuk
kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel.
23
Musyarakah dalam kenyataannya, perbankan syariah di Indonesia mempraktikkan pembiayaan musyarakah musyarakah yang tidak sama persis
22
A Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, h. 102
23
Ibid.,