Alat dan Bahan Penelitian

6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Ekstraksi Daun

Aglaia elliptica Blume Penelitian ini menggunakan daun Aglaia Elliptica Blume. Sebelumnya daun tersebut dideterminasi terlebih dahulu untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan spesies tanaman. Daun yang sudah disortir dan telah melalui tahap pengeringan, kemudian diblender untuk mendapatkan serbuk simplisia kering. Simplisia yang sudah berbentuk serbuk lebih mudah dalam proses ekstraksi karena semakin tinggi tingkat kehalusan maka permukaan simplisia akan semakin besar sehingga memudahkan pengambilan zat aktif dalam simplisia tersebut. Namun tingkat kehalusan yang terlalu tinggi menyebabkan pelarut akan sulit dipisahkan setelah proses ekstraksi. 17 Metode ekstrak yang dilakukan adalah metode maserasi. Metode maserasi lebih mudah dalam pelaksanaannya dan tidak memerlukan peralatan yang spesifik. Selain itu metode maserasi dapat digunakan untuk jenis senyawa yang tahan panas maupun yang tidak tahan panas dan dapat digunakan untuk jenis senyawa yang belum diidentifikasi. 17 Setelah didapatkan hasil maserasi, kemudian dilakukan evaporasi dengan menggunakan rotatory evaporator untuk menguapkan pelarut metanol sehinga didapatkan ekstrak kental daun Laban Abang. Peneliti melakukan pengukuran berat ekstrak kental metanol daun Aglaia ellipica Blume yang diperoleh dari hasil maserasi. Tabel 4.1 Data Berat Ekstrak Kental Daun Aglaia elliptica Blume Nama Simplisia Berat Ekstrak Kental Aglaia elliptica Blume 50 gram Pada proses ekstraksi dilakukan penambahan larutan DMSO 2 sebanyak 2 ml untuk membantu proses pembuatan larutan ekstrak. DMSO bersifat toksik jika kadar DMSO ≥ 7,5 , namun pada penelitian ini kadar DMSO yang digunakan ≤ 2 . Kadar DMSO tersebut termasuk kategori tidak toksik. 26

4.2 Hasil Uji Toksisitas dengan Metode BSLT

Daun Laban Abang yang sudah melalui proses ekstraksi dengan pelarut metanol siap digunakan untuk uji BSLT. BSLT sebagai uji pendahuluan untuk mengetahui kadar toksisitas ekstrak metanol daun Laban Abang. Uji toksisitas dengan metode BSLT lebih mudah dalam pengerjaannya, cepat mendapatkan hasilnya, dan murah dalam pembiayaannya. 6 Larutan ekstrak metanol daun Aglaia elliptica Blume dibuat menjadi 6 konsentrasi untuk terlebih dahulu digunakan sebagai orientasi, yaitu konsentrasi 500 ppm, 250 ppm, 125 ppm, 50 ppm, 25 ppm, dan 12,5 ppm dengan ditambah sisipan kontrol negatif yang hanya berisi air laut dan larva udang. Penambahan kontrol negatif dilakukan untuk mengetahui pengaruh air laut maupun faktor lain terhadap kematian larva. Sehingga kematian larva dapat dipastikan karena efek dari ekstrak yang ditambahkan. Setelah dilakukan orientasi kosentrasi untuk mendapatkan persesentase kematian larva pada rentang 10 -90 maka didapatkan konsentrasi uji yaitu 500 ppm, 250 ppm, 125 ppm, 50 ppm, 25 ppm, dan 12,5 ppm. Uji BSLT ini dilakukan masing-masing sebanyak 3 kali perlakuan dan dikerjakan 3 kali pengulangan triplo untuk memperoleh keakuratan data dan mengurangi kesalahan dalam proses penelitian. Pada uji BSLT memerlukan larva Artemia salina Leach yang diperoleh dengan cara penetasan telur Artemia salina Leach. Penetasan telur dapat dilakukan dalam wadah plastik yang berbentuk kotak dengan menggunakan media air laut yang terbagi menjadi bagian terang dan bagian gelap. Kedua bagian tersebut dipisahkan oleh sekat yang berlubang. Pada bagian gelap dimasukkan telur Artemia salina Leach. Selama proses penetasan, larva akan berpindah ke daerah yang terang melalui sekat yang berlubang tersebut. Pada bagian terang diberi penerangan cahaya lampu yang sesuai untuk penetasan, yaitu sebesar 40-60 watt dengan suhu berkisar 25-30 C. 6 Setelah melalui proses penetasan selama 24 jam, telur menjadi larva atau dengan nama lain nauplii. Nauplii yang digunakan untuk BSLT adalah nauplii yang berumur 48 jam dan aktif bergerak. Pada fase nauplii ini terjadi fase paling aktif membelah secara mitosis sehingga identik dengan sel kanker.

Dokumen yang terkait

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Paku Pedang (Nephrolepis falcata) terhadap Larva Artemia Salina L dengan metode Brain Shirmp Lethaly Test (BSLT)

0 45 48

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

2 29 75

Uji toksisitas akut ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (persea americana mill.) terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 10 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 23 78

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) Terhadap Larva (Artemia salina Leach) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

0 26 58

Uji Toksisitas Akut Ekstrak nheksan Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 5 63

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Laban Abang (Aglaia elliptica Blume) Terhadap Larva (Artemia salina Leach) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

0 4 58

Uji toksisitas akut ekstrak metanol buah phaleria macrocarpa (scheff) boerl terhadap larva artemia salina leach dengan metode brine shrimp lethality test (BSLT)

1 12 70

Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun annona muricata l terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 54 69

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol 96% Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

1 23 64