Amoniak Fosfat Keanekaragaman Plankton Di Perairan Pulau Kampai Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Sumatera Utara

memerlukan waktu yang cukup lama lebih kurang 5 hari. Dalam waktu 2 hari, kemungkinan reaksi telah mencapai 50 dan dalam waktu 5 hari reaksi telah mencapai sedikitnya 75, hal ini sangat tergantung pada kerja bakteri yang menguraikannnya.

h. Kejenuhan Oksigen

Kejenuhan oksigen tertinggi dari hasil penelitian terdapat pada stasiun 1 daerah kontrol yaitu 83,87 dan terendah pada stasiun 3 yaitu 73,87. Hal ini menunjukkan pada stasiun I memiliki kelarutan oksigen yang lebih besar dari stasiun penelitian yang lain yang dapat memberikan informasi bahwa daerah ini memiliki tingkat pencemaran yang lebih rendah dibandingkan dengan stasiun 3 yang mengandung banyak senyawa organik dari limbah pemukiman masyarakat sekitar. Menurut Hutagalung et al., 1997 sumber utama oksigen dalam air laut berasal dari udara melalui proses difusi dan dari hasil fotosintesis fitoplankton pada siang hari, faktor-faktor yang dapat menurunkan kadar oksigen dalam air laut adalah kenaikan suhu air, respirasi khususnya malam hari, dan adanya lapisan minyak di atas permukaan air laut dan masuknya limbah organik yang mudah terurai.

i. Amoniak

Dari data pada Tabel 3.5 menunjukkan bahwa hasil pengukuran amoniak berkisar antara 0,432-0,505 mgl. Kandungan amoniak tersebut lebih tinggi dari baku mutu air laut untuk biota laut, yaitu 0,3 mgl MENLH, 2004 hal ini mengindikasikan bahwa Perairan Pulau Kampai sudah tercemar, pencemaran tersebut disebabkan oleh adanya limbah yang terakumulasi dari PLTU yang berada disekitar pulau Kampai. Limbah tersebut dapat menimbulkan eutrofikasi sehingga menyebabkan terjadinya blooming dan berkurangnya oksigen terlarut di perairan tersebut. Universitas Sumatera Utara Kandungan amoniak tertinggi pada stasiun III daerah pemukiman yaitu 0,505 mgl. Hal ini disebabkan oleh oksigen terlarut sebesar 5,6 mgl, dimana oksigen tersebut dibutuhkan oleh mikroorganisme aerob untuk menguraikan senyawa organik. Menurut Barus 2004 dalam kondisi tidak tersedia oksigen terlarut, proses penguraian akan berjalan secara anaerob yang menghasilkan berbagai senyawa yang bersifat toksik dan menimbulkan bau yang busuk, seperti amoniak. Kandungan amoniak terendah pada stasiun I daerah kontrol dibandingkan dengan semua stasiun adalah 0,432 mgl. Hal ini dipengaruhi oleh pH yang juga rendah yaitu 7,5. Menurut Barus 2004, semakin tinggi nilai pH akan menyebabkan keseimbangan antara amonium dan amoniak, semakin bergeser kearah amoniak, artinya kenaikan pH akan meningkatkan konsentrasi amoniak.

j. Fosfat

Dari Tabel 3.5 diperoleh hasil pengukuran fosfat berkisar antara 0,028-0,035 mgl. kandungan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk biota laut, yaitu 0,015 mgl MENLH, 2004. Kandungan fosfat yang melebihi baku mutu tersebut menyebabkan peningkatan kesuburan di Perairan Pulau Kampai dan merangsang pertumbuhan fitoplankton. Kandungan fosfat tertinggi pada stasiun III yaitu 0,035 mgl. Hal ini karena pada stasiun 3 merupakan daerah pemukiman penduduk yang manghasilkan limbah organik dan anorganik. Kandungan fosfat terendah pada stasiun I sebesar 0,028 mgl, walaupun nilai tersebut sudah melebihi baku mutu air laut. Hal ini karena pada stasiun I merupakan daerah kontrol tanpa aktivitas sehingga tidak ada masukan nutrisi dari luar yang dapat mempengaruhi kandungan fosfat pada stasiun ini. Universitas Sumatera Utara

3.6 Analisis Korelasi