Analisis Korelasi Keanekaragaman Plankton Di Perairan Pulau Kampai Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Sumatera Utara

3.6 Analisis Korelasi

Nilai korelasi yang diperoleh antara parameter fisika kimia perairan dengan keanekaragaman plankton dengan metode komputerisasi SPSS vers. 16.00 dapat dilihat pada Tabel 3.6 sebagai berikut: Tabel 3.6 Nilai Korelasi yang Diperoleh antara Parameter Fisik-Kimia Perairan dengan Keanekaragaman Plankton yang Diperoleh dari Setiap Stasiun Penelitian. Suhu Salinitas Penetrasi cahaya Intensitas cahaya pH DO BOD 5 Kejenuhan oksigen Amoniak Fosfat -0,922 -0,922 -0,996 0,105 -0,922 0,990 -0,922 0,995 -0,989 -0,900 Keterangan: - = korelasi negatif berlawanan Dari Tabel 3.6 dapat dilihat bahwa hasil uji analisis korelasi pearson antara beberapa faktor fisik kimia perairan terhadap Indeks Keanekaragaman H’ yaitu suhu berkorelasi sangat kuat dan berlawanan dengan indeks keanekaragaman H’ plankton, dimana semakin tinggi suhu maka indeks keanekaragaman juga semakin tinggi, dan sebaliknya. Suhu optimum untuk pertumbuhan plankton adalah 20-30 o C. Menurut Hutabarat Evans 1985, suhu di lautan adalah salah satu faktor yang amat penting bagi organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun perkembangan dari plankton. Salinitas berkolerasi sangat kuat dan berlawanan dengan indeks keanekaragaman H’ plankton, dimana semakin tinggi salinitas maka indeks keanekaragaman akan semakin rendah, dan sebaliknya. Akibat respirasi dari plankton akan menyebabkan kadar garam air meningkat. Menurut Barus 2004, secara alami kandungan garam terlarut dalam air dapat meningkat apabila populasi fitoplankton menurun. Penetrasi cahaya berkolerasi sangat kuat dan berlawanan dengan indeks keanekaragaman H’ plankton, dimana semakin tinggi penetrasi cahaya maka indeks keanekaragaman akan semakin rendah. Tingkat kekeruhan suatu perairan dapat menentukan dalam atau dangkalnya penetrasi cahaya. Pada perairan jernih, cahaya matahari dapat mencapai lapisan yang lebih dalam akibatnya fotosintesis dapat berlangsung. Menurut Agusnar 2007, padatan tersuspensi yang menyebabkan Universitas Sumatera Utara kekeruhan akan mengurangi penetrasi cahaya ke dalam air sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen serta fotosintesis. pH berkolerasi sangat kuat dan berlawanan dengan indeks keanekaragaman H’ plankton, dimana semakin tinggi pH maka indeks keanekaragaman akan semakin rendah, dan sebaliknya. pH berpengaruh pada setiap kehidupan organisme, namun setiap organisme mempunyai batas toleransi yang bervariasi terhadap pH perairan. Toleransi masing-masing jenis terhadap pH juga sangat dipengaruhi faktor lain seperti suhu dan oksigen terlarut. pH yang tinggi akan menyebabkan kematian bagi organisme tertentu yang mempunyai kisaran toleransi yang sempit terhadap pH. Menurut Handayani Patria 2005, kenaikan pH pada perairan akan menurunkan konsentrasi CO 2 terutama pada siang hari ketika proses fotosintesis sedang berlangsung. DO dan kejenuhan oksigen berkolerasi sangat kuat dan searah dengan indeks keanekaragaman H’ plankton, dimana semakin tinggi DO dan kejenuhan oksigen maka indeks keanekaragaman semakin tinggi, dan sebaliknya. Dengan adanya aktivitas fotosintesis oleh fitoplankton maka kadar oksigen terlarut akan meningkat di perairan. Jika suatu perairan sudah tercemar oleh senyawa organik maupun anorganik maka mikroorganisme membutuhkan oksigen untuk menguraikan senyawa-senyawa tersebut. Menurut Suriawiria 2005, indikator alami oksigen terlarut untuk daerah yang bersih dan jernih bernilai tinggi lebih dari 4 mgl sedangkan pada daerah yang kotor sangat rendah dibawah 1 mgl. BOD 5 berkorelasi kuat dan berlawanan dengan indeks keanekaragaman H’ plankton, dimana semakin tinggi BOD 5 maka indeks keanekaragaman akan semakin rendah, dan sebaliknya. Jika suatu perairan sudah tercemar oleh senyawa organik maupun anorganik maka mikroorganisme membutuhkan oksigen untuk menguraikan senyawa-senyawa tersebut. Dan perairan yang sudah tercemar berkaitan dengan BOD 5 , tingginya nilai BOD 5 menunjukkan tingkat pencemaran didaerah perairan tersebut tinggi sehingga tidak sesuai untuk kehidupan plankton. Menurut Kristanto 2002 jika konsumsi oksigen tinggi, yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa Universitas Sumatera Utara oksigen terlarut di dalam air, maka berarti kandungan bahan buangan yang membutuhkan oksigen adalah tinggi. Amoniak berkorelasi sangat kuat dan berlawanan dengan indeks keanekaragaman H’ plankton, dimana semakin tinggi amoniak maka indeks keanekaragaman akan semakin rendah, dan sebaliknya. Apabila dalam suatu perairan mengandung amoniak yang tinggi akan menyebabkan kematian bagi plankton. Menurut Wardhana 1990, pada umumnya perairan di lingkungan tercemar kandungan oksigennya rendah. Hal itu karena oksigen yang terlarut diserap oleh mikroorganisme untuk mendegradasi bahan buangan organik sehingga bahan buangan yang mudah menguap amoniak. Makin banyak buangan dalam air makin sedikit sisa kandungan oksigen yang terlarut didalamnya. Fosfat berkolerasi sangat kuat dan berlawanan dengan indeks keanekaragaman H’ plankton, dimana semakin tinggi fosfat maka indeks keanekaragaman akan semakin rendah, dan sebaliknya. Fosfat merupakan salah satu unsur hara yang terpenting untuk kehidupan plankton dan apabila kadungan fosfat dalam suatu perairan berlebih maka dapat menyebabkan ledakan populasi fitoplankton. Menurut Barus 2004, peningkatan unsur hara berupa fosfat akan meningkatkan pertumbuhan berbagai jenis tumbuhan air yang sangat cepat sehingga terjadi ledakan populasi yang sering disebut dengan blooming. Universitas Sumatera Utara BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan