a. Suhu
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa suhu berkisar antara 28-29,5
o
C, Kisaran ini merupakan nilai yang optimum untuk fitoplankton. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Efendi 2003 dalam Yuliana 2007 bahwa kisaran suhu yang optimum untuk pertumbuhan plankton di perairan adalah 20-30
o
C.
Suhu yang tertinggi pada stasiun III daerah pemukiman yaitu 29,5
o
C terendah pada stasiun I daerah kontrol yaitu 28
o
C. Tingginya suhu pada stasiun III disebabkan oleh banyaknya aktivitas masyarakat, sehingga akibat dari aktivitas
tersebut dapat menyebabkan meningkatnya suhu di perairan.
b. Salinitas
Salinitas yang didapat dari ketiga stasiun penelitian berkisar anatara 27-28,5‰. Salinitas tertinggi diperoleh pada stasiun III daerah pemukiman yaitu 28,5‰. Hal ini
dikarenakan banyaknya limbah pemukiman masyarakat yang dapat meningkatkan kadar garam tersebut. Menurut Barus 2004 proses penguraian bahan organik dalam
air yang berasal dari pembuangan limbah, melalui proses biodegradasi akan meningkatkan garam-garam nutrisi yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai jenis alga
dan fitoplankton lainnya.
Sedangkan salinitas terendah pada stasiun I daerah kontrol yaitu sebesar 27‰. Hal ini berhubungan dengan nilai kelimpahan plankton yang cukup tinggi yang
berperan dalam proses respirasi. Menurut Haryanto et al., 2008 semua organisme memerlukan air, oleh karena itu air yang ada dalam tubuhnya akan dipertahankan
sestabil mungkin.
Universitas Sumatera Utara
c. Penetrasi cahaya
Penetrasi cahaya yang diperoleh dari ketiga stasiun penelitian berkisar antara 1,35- 2,91 m. Penetrasi cahaya tertinggi terdapat di stasiun III daerah pemukiman yaitu
2,91 m sedangkan penetrasi cahaya terendah terdapat di stasiun I daerah kontrol yaitu 1,35 m. Penetrasi cahaya pada lapisan air dipengaruhi oleh ada tidaknya kanopi
yang menutupi perairan tersebut, msalnya terdapat pohon di pinggir suatu perairan ataupun banyaknya cahaya yang masuk akan mempengaruhi orgamisme yang berada
pada suatu badan perairan. Rendahnya nilai penetrasi pada stasiun I dikarenakan daerah ini merupakan daerah yang berlumpur, banyaknya partikel terlarut dalam
perairan akan menyebabakan kekeruhan yang tinggi.
Menurut Nybakken 1992 pengaruh ekologis dari kecerahan akan menyebabkan penurunan penetrasi cahaya ke dalam perairan yang selanjutnya akan
menurunkan fotosintesis dan produktivitas primer fitoplankton. Menurut Hutagalung et al., 1997, Kekeruhan air dapat disebabkan oleh lumpur, partikel tanah, serpihan
tanaman, dan fitoplankton. Kekeruhan yang tinggi mengakibatkan pertumbuhan organisme yang menyesuaikan diri pada air yang jernih menjadi terhambat dan dapat
pula menyebabkan kematian karena mengganggu proses respirasi.
d. Intensitas cahaya