Analisis Korelasi Hasil Identifikasi Plankton

Bila: IS = 75 – 100 : sangat mirip IS = 50 – 75 : mirip IS = 25 – 50 : tidak mirip IS = ≤ 25 : sangat tidak mirip

g. Kejenuhan Oksigen

Kejenuhan = DOt DOu x 100 dimana: DO u = Nilai oksigen terlarut hasil pengukuran DO t = Nilai oksigen maksimum yang disesuaikan dengan suhu

h. Analisis Korelasi

Analisis Korelasi Pearson merupakan uji statistik untuk mengetahui hubungan antara faktor fisik kimia air dengan nilai keanekaragaman plankton. Uji korelasi tersebut dilakukan dengan metode komputerisasi menggunakan SPSS versi 15.0. Menurut Sugiyono 2005, tingkat hubungan nilai Indeks Korelasi dinyatakan sebagai berikut: Internal Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,00 sangat kuat Universitas Sumatera Utara BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Identifikasi Plankton

Hasil identifikasi plankton pada setiap stasiun penelitian tertera pada Tabel 3.1 berikut ini: Tabel 3.1 Plankton yang Ditemukan pada Setiap Stasiun Penelitian No Kelas No Famili No Genus Fitoplankton 1. Bacillariophyceae 1. Biddulphiaceae 1. Biddulphia 2. Climacodium 3. Ditylum 4. Eucampia 5. Triceratium 2. Chaetoceraceae 6. Bacteriastrum 7. Chaetoceros 3. Coscinodiscaceae 8. Coscinodiscus 4. Cymbellaceae 9. Amphora 5. Diatomaceae 10. Asterionella 11. Tabellaria 12. Thalassionema 13. Thalassiothrix 6. Hemiaulaceae 14. Hemiaulus 7. Melosiraceae 15. Dactyliosolen 16. Hyalodiscus 17. Melosira 18. Stephanopyxis 8. Naviculaceae 19. Diploneis 20. Navicula 21. Pleurosigma 9. Nitzschiaceae 22. Nitzschia 10. Rhizosoleniaceae 23. Rhizosolenia 11. Thalassiosiraceae 24. Planktoniella 25. Skeletonema 26. Thalassiosira 2. Chlorophyceae 12. Mesotaeniaceae 27. Gonatozygon 3. Chrysophyceae 13. Scarabaeoidea 28. Distephanus 4. Chyanophyceae 14. Oscillatoriaceae 29. Lyngbya 30. Oscillatoria 5. Dinophyceae 15. Ceraticaceae 31 Ceratium 16. Peridiniaceae 32. Peridinium 17. Pyrocystaceae 33. Pyrocystis 18. Pyrophaceae 34. Pyrophacus 6. Pytomastigophorea 19. Volvocaceae 35. Volvox Universitas Sumatera Utara No Kelas No Famili No Genus 7. Xanthophyceae 20. Tribonemataceae 36. Tribonema Zooplankton 8. Crustaceae 21. Acartiidae 37. Acartia 22. Bosminidae 38. Bosmina 23. Calanidae 39. Calanus 24. Corycaeidae 40. Corycaeus 25. Cyclopinidae 41. Paracyclopina 26. Diaptomidae 42. Diaptomus 27. Euterpina 43. Microstella 28. Oithonidae 44. Oithona 9. Tubulinea 29. Arcellidae 45. Arcella Berdasarkan Tabel 3.1 diatas diketahui terdapat 7 kelas fitoplankton yang tergolong dalam 20 famili dan 36 genus, serta 2 kelas zooplankton yang tergolong dalam 9 famili dan 9 genus. Hal ini berbeda jauh dengan penelitian Thoha 2004 di Perairan Bangka-Belitung dan Laut Cina Selatan yang tergolong perairan yang belum tercemar, didapatkan 2 kelas fitoplankton yang tergolong dalam 7 famili dan 7 genus, serta 1 kelas zooplankton yang tergolong dalam 1 famili dan 1 genus. Perbedaan jumlah plankton ini dikarenakan Perairan Pulau Kampai memiliki kandungan amoniak dan fosfat yang telah melebihi baku mutu air laut sehingga jumlah plankton di Perairan Pulau Kampai lebih banyak dibandingkan dengan di Perairan Bangka-Belitung dan Laut Cina Selatan. Dari tabel diatas plankton yang banyak didapatkan adalah dari kelas Bacillariophyceae yaitu 11 famili dan 26 genus. Bacillariophyceae merupakan kelompok fitoplankton dengan jumlah terbesar di perairan laut dan berperan penting sebagai produsen primer di perairan laut Romimohtarto Juwana 2007. Pertumbuhan Bacillariophyceae yang dominan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik kimia perairan yaitu suhu 29-29,5 o C dan salinitas 27-28,5‰. Suhu optimal untuk pertumbuhan Bacillariophyceae adalah sekitar 20-30 o C Effendi 2003. Menurut Sachlan 1972 dalam Dianthani 2003, fitoplankton yang hidup pada kisaran salinitas diatas 20‰ sebagian besar merupakan plankton dari kelompok Bacillariophyceae. Rendahnya jumlah genus zooplankton yang didapat dalam penelitian ini berkaitan dengan waktu pengambilan sampel yaitu pada siang hari dimana cahaya matahari yang masuk ke badan air tersebut dalam konsentrasi yang tinggi yang Universitas Sumatera Utara digunakan untuk proses fotosintesis oleh fitoplankton. Barus 2004 menyatakan bahwa fitoplankton hidup terutama pada lapisan perairan yang mendapat cahaya matahari yang dibutuhkan untuk melakukan proses fotosintesis.

3.2 Kelimpahan K, Kelimpahan Relatif KR, dan Frekuensi Kehadiran FK Plankton.