Kelimpahan K, Kelimpahan Relatif KR, dan Frekuensi Kehadiran FK Plankton.

digunakan untuk proses fotosintesis oleh fitoplankton. Barus 2004 menyatakan bahwa fitoplankton hidup terutama pada lapisan perairan yang mendapat cahaya matahari yang dibutuhkan untuk melakukan proses fotosintesis.

3.2 Kelimpahan K, Kelimpahan Relatif KR, dan Frekuensi Kehadiran FK Plankton.

Hasil analisis data plankton didapat nilai Kelimpahan K, Kelimpahan Relatif KR, dan Frekuensi Kehadiran FK pada setiap stasiun pennelitian seperti pada Tabel 3.2 berikut ini: Tabel 3.2 Nilai Kelimpahan K, Kelimpahan Relatif KR, dan Frekuensi Kehadiran FK Plankton pada Setiap Stasiun Penelitian. No Taksa Stasiun I Stasiun II Stasiun III K indl KR FK K indl KR FK K indl KR FK FITOPLANKTON I Bacillariophyceae A Biddulphiaceae 1.Biddulphia 816.33 7.53 100 81.63 1.75 33.33 476.19 4.84 88.88 2.Climacodium 13.61 0.13 11.11 - - - - - - 3.Ditylum 1401.36 12.92 100 340.14 7.29 77.77 748.30 7.61 100 4.Eucampia - - - 13.61 0.29 11.11 54.42 0.55 22.22 5.Triceratium 13.61 0.13 11.11 - - - 13.61 0.14 11.11 B Chaetoceraceae 6.Bacteriastrum 68.03 0.63 44.44 - - - 13.61 0.14 11.11 7.Chaetoceros 517.01 4.77 88.88 217.69 4.66 66.66 544.22 5.53 100 C Coscinodiscaceae 8.Coscinodiscus 408.16 3.76 77.77 13.61 0.29 11.11 149.66 1.52 66.66 D Cymbellaceae 9.Amphora 13.61 0.13 11.11 - - - - - - E Diatomaceae 10.Asterionella 81.63 0.75 22.22 - - - - - - 11.Tabellaria 40.82 0.38 33.33 - - - - - - 12.Thalassionema 408.16 3.76 77.77 27.21 0.58 22.22 163.27 1.66 66.66 13.Thalassiothrix 27.21 0.25 22.22 13.61 0.29 11.11 27.21 0.28 22.22 F Hemiaulaceae 14.Hemiaulus 13.61 0.13 11.11 - - - 40.82 0.41 22.22 G Melosirasceae 15.Dactyliosolen 13.61 0.13 11.11 - - - - - - 16.Hyalodiscus - - - - - - 13.61 0.14 11.11 17.Melosira - - - 13.61 0.29 11.11 27.21 0.28 11.11 18.Stephanopyxis - - - - - - 27.21 0.28 22.22 H Naviculaceae 19.Diploneis - - - - - - 54.42 0.55 22.22 20.Navicula 95.24 0.88 55.55 - - - - - - 21.Pleurosigma 81.63 0.75 33.33 - - - 27.21 0.28 22.22 Universitas Sumatera Utara No Taksa Stasiun I Stasiun II Stasiun III K indl KR FK K indl KR FK K indl KR FK I Nitzsciaceae 22.Nitzschia 312.93 2.89 55.55 - - - 95.24 0.97 33.33 J Rhizosoleniaceae 23.Rhizosolenia 4843.54 44.67 100 544.22 11.66 88.88 1687.07 17.15 100 K Thalassiosiraceae 24.Planktoniella - - - - - - 27.21 0.28 22.22 25.Skeletonema 816.33 7.53 100 136.05 2.92 44.44 136.05 1.38 44.44 26.Thalassiosira - - - - - - 27.21 0.28 11.11 II Clorophyceae L Mesotaeniaceae 27.Gonatozygon - - - 217.69 4.66 33.33 81.63 0.83 33.33 III Chrysophyceae M Scarabaeoidea 28.Distephanus 136.05 1.25 22.22 - - - 176.87 1.80 77.77 IV Chyanophyceae N Oscillatoriaceae 29.Lyngbya 353.74 3.26 77.77 136.05 2.92 33.33 54.42 0.55 33.33 30.Oscillatoria 13.61 0.13 11.11 - - - - - - V Dinophyceae O Ceraticaceae 31.Ceratium 54.42 0.50 33.33 2775.51 59.48 100 4734.69 48.13 100 P Peridiniaceae 32.Peridinium 13.61 0.13 11.11 - - - 54.42 0.55 33.33 Q Pyrocystaceae 33.Pyrocystis - - - 13.61 0.29 11.11 - - - R Pyrophaceae 34.Pyrophacus - - - - - - 13.61 0.14 11.11 VI Pytomastigophorea S Volvocaceae 35.Volvox 27.21 0.25 22.22 27.21 0.58 22.22 95.24 0.97 33.33 VII Xanthophyceae T Tribonemataceae 36.Tribonema 13.61 0.13 11.11 - - - - - - ZOOPLANKTON VIII Crustaceae U Acartiidae 37.Acartia 27.21 0.25 11.11 40.82 0.87 33.33 81.63 0.83 55.55 V Bosminidae 38.Bosmina - - - - - - 13.61 0.14 11.11 W Calanidae 39.Calanus 54.42 0.50 33.33 - - - 40.82 0.41 33.33 X Corycaeidae 40.Corycaeus - - - - - - 27.21 0.28 11.11 Y Cyclopinidae 41.Paracyclopina 13.61 0.13 11.11 - - - 13.61 0.14 11.11 Z Diaptomidae 42.Diaptomus 40.82 0.38 22.22 13.61 0.29 11.11 40.82 0.41 22.22 A Euterpina 43.Microstella 13.61 0.13 11.11 13.61 0.29 11.11 27.21 0.28 22.22 B Oithonidae Universitas Sumatera Utara No Taksa Stasiun I Stasiun II Stasiun III K indl KR FK K indl KR FK K indl KR FK 44.Oithona 68.03 0.63 44.44 13.61 0.29 11.11 - - - IX Tubulinea C Arcellidae 45.Arcella 27.21 0.25 22.22 13.61 0.29 11.11 27.21 0.28 22.22 TOTAL 10843.54 100 4666.67 100 9836.73 100 Dari Tabel 3.2 diketahui genus Biddulphia, Ditylum, Chaetoceros, Coscinodiscus, Thalassionema, Thalassiothrix, Rhizosolenia, Skeletonema, Lyngbya, Ceratium, Volvox, Acartia, Diaptomus, Microstella, dan Arcella mampu hidup dengan baik pada ketiga stasiun. Hal ini disebabkan karena kondisi lingkungan seperti intensitas cahaya 485-583 Candela dan kadar fosfat 0,028-0,035 mgl sesuai untuk pertumbuhan genus- genus tersebut. Menurut Subroto Akrimi 2002, faktor yang menentukan perkembangan hidup plankton adalah kekeruhan, proses fotosintesis, serta penyediaan atau tersedianya unsur hara yang memadai. Genus Climacodium, Amphora, Asterionella, Tabellaria, Dactyliosolen, Navicula, Oscillatoria, dan Tribonema, hanya terdapat pada stasiun I. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan seperti suhu 28 o C dan salinitas 27‰ sesuai untuk pertumbuhan genus-genus tersebut. Menurut Hutabarat Evans 1985, suhu di lautan adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan plankton, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun perkembangan dari organisme. Selanjutnya menurut Gosari 2002, hampir semua organisme laut dapat hidup pada daerah yang mempunyai salinitas rendah, salinitas yang normal untuk kehidupan organisme laut adalah bekisar antara 30-35‰. Genus Eucampia, Melosira, dan Gonatozygon hanya terdapat pada stasiun II dan III. Hal ini karena kondisi lingkungan seperti pH dan suhu yang normal sesuai bagi pertumbuhan genus-genus tersebut. Ketiga genus tersebut tidak terdapat pada stasiun I karena penetrasi cahaya yang rendah. Menurut Koesbiono 1979 penetrasi cahaya yang rendah akan menurunkan aktivitas fotosintesis fitoplankton dan alga, akibatnya akan menurunkan produktivitas perairan. Universitas Sumatera Utara Genus Triceratium, Bacteriastrum, Hemiaulus, Pleurosigma, Nitzschia, Distephanus, Peridinium, Calanus, dan Paracyclopina hanya terdapat pada stasiun I dan III. Hal ini karena genus-genus tersebut memiliki kisaran toleransi yang luas terhadap intensitas cahaya 1,35-1,71 Candela. Menurut Wiadnyana 1997, dalam proses fotosintesis, fitoplankton membutuhkan cahaya matahari, dan unsur hara. Sejalan dengan proses yang terjadi, intensitas fotosintesis bergantung pada jumlah cahaya yang tersedia dalam perairan. Genus Hyalodiscus, Stephanopyxis, Diploneis, Planktoniella, Thalassiosira, Pyrophacus, Bosmina, dan Corycaeus hanya terdapat pada stasiun III. Hal ini disebabkan kadar unsur hara yaitu fosfat 0,035 mgl yang sesuai untuk pertumbuhan genus-genus tersebut. Menurut Nybakken 1988, banyaknya unsur hara mengakibatkan tumbuh suburnya fitoplankton. Fitoplankton dapat menghasilkan energi dan molekul yang kompleks jika tersedia bahan nutrisi. Genus Pyrocystis hanya terdapat pada stasiun II. Hal ini karena kondisi lingkungan seperti intensitas cahaya 583 Candela yang sesuai untuk pertumbuhan Pyrocystis. Menurut Romimohtarto Juwana 2001, banyaknya cahaya yang menembus permukaan air laut dan menerangi lapisan permukaan air laut memegang peranan penting dalam menentukan pertumbuhan fitoplankton sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis. Genus Oithona hanya terdapat pada stasiun I dan II. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan seperti fosfat 0,028-0,033 mgl yang sangat mepengaruhi kehidupan genus tersebut. Oithona tidak terdapat pada stasiun III karena banyaknya limbah masyarakat yang menyebabkan genus tersebut tidak mampu hidup dengan baik. Pada stasiun I, didapatkan bahwa genus Rhizosolenia memiliki nilai Kelimpahan populasi, Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Kehadiran tertinggi sebesar 4843,54 IndL K, 44,67 KR, dan 100 FK. Hal ini disebabkan kandungan DO sebesar 6,5 mgL yang dihasilkan oleh mangrove yang berperan sebagai suplai oksigen. Menurut Soegianto 2005 plankton merupakan organisme air yang Universitas Sumatera Utara membutuhkan oksigen untuk melaksanakan aktivitas fisiologis dan biologis. Kandungan oksigen terlarut yang terdapat di suatu badan perairan tentu sangat mempengaruhi keberadaan plankton karena plankton membutuhkan oksigen untuk dikonsumsi terutama pada saat proses respirasi. Kelimpahan, Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Kehadiran terendah didapatkan pada genus Climacodium, Triceratium, Amphora, Hemiaulus, Dactyliosolen, Oscillatoria, Peridinium, Tribonema, Paracyclopina, dan Microstella sebesar 13,61 IndL K, 0,13 KR dan 11,11 FK. Rendahnya kelimpahan genus-genus plankton ini disebabkan oleh nilai intensitas cahaya sebesar 485 Candela yang dikarenakan banyaknya mangrove yang menghalangi cahaya yang masuk ke perairan. Menurut Nybakken 1988, menyatakan bahwa laju fotosintesis akan tinggi bila tingkat intensitas cahaya tinggi dan menurun bila intensitas cahaya menurun. Pada stasiun 2 genus Ceratium memiliki nilai Kelimpahan, Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Kehadiran tertinggi sebesar 2775,51 IndL K, 59,48 KR, dan 100 FK. Hal ini dipengaruhi oleh nilai BOD sebesar 3,1 mgL yang disebabkan oleh limbah-limbah pelet ikan yang mengendap di dalam air. Buangan limbah ke dalam perairan tersebut menyebabkan perairan menjadi tidak seimbang. Menurut Soediarti et al., 2006 dalam Fachrul et al., 2008 menyatakan bahwa ketidakseimbangan lingkungan akibat dari pencemaran akan memunculkan organisme yang dominan dan tidak dominan dalam suatu komunitas perairan. Kelimpahan, Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Kehadiran terendah didapat pada genus genus Eucampia, Coscinodiscus, Thalassiothrix, Melosira, Pyrocystis, Diaptomus, Microstella, Oithona dan Arcella sebesar 13,61 IndL K, 0,29 KR dan 11,11 FK. Hal ini disebabkan beberapa faktor fisik kimia yang kurang sesuai dengan perkembangbiakan genus-genus tersebut seperti pH sebesar 7,7 dan amoniak sebesar 0,505 mgl. Menurut Barus 2004, kenaikan pH akan meningkatkan konsentrasi amoniak yang diketahui bersifat sangat toksik bagi organisme air. Pada stasiun 3 genus Rhizosolenia memiliki nilai Kelimpahan, Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Kehadiran tertinggi yaitu sebesar 1687,07 IndL K, 17,15 Universitas Sumatera Utara KR, dan 100 FK. Hal ini disebabkan karena tersedianya fosfat sebesar 0,035 mgL, yang berasal dari berbagai aktivitas masyarakat seperti kegiatan mandi, cuci, dan kakus. Menurut Nontji 1993, air yang mengndung zat hara yang kaya akan fosfat selalu disertai dengan produksi plankton yang tinggi. Kelimpahan, Kelimpahan Relatif, dan Frekuensi Kehadiran terendah didapat pada genus Triceratium, Bacteriastrum, Hyalodiscus, Pyrophacus, Bosmina, dan Paracyclopina yaitu sebesar 13,61 IndL K, 0,14 KR, dan 11,11 FK. Hal ini disebabkan faktor fisik yang tidak sesuai yaitu suhu sebesar 29,5 C yang berasal dari pembuangan limbah masyarakat sehingga genus-genus tersebut tidak dapat hidup dengan baik.

3.3 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Plankton.