B. ANALISA KASUS 1. Analisis Terhadap dakwaan Primer
Dakwaan Jaksa Penuntut Umum JPU adalah pelanggaran terhadap Pasal 1 ayat 1 sub a jo Pasal 28 jo Pasal 34 c Undang-undang No.3 Tahun 1971 jo Pasal 43 A
Undang- undang No.31 Tahun 1999 jo Undang-undang No.20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 jo Pasal 64 ayat 1 KUHP;
Unsur-unsurnya adalah sebagai berikut : 1. Unsur Setiap Orang
2. Secara Melawan Hukum 3. Memperkaya diri atau orang lain atau suatu korporasi
4. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Ad. 1. Unsur Setiap Orang
Setiap orang adalah sebagaimana yang dimaksudkan dalam , Undang- undang No 31 tahun 1999, yang dimaksud dengan setiap orang adalah:
a. Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang tentang kepegawaian.
b. Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana
c. Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah d. Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima
bantuan dari keuangan negara. e. Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang mempergunakan
modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
f. Selain pengertian sebagaimana tersebut di atas termasuk setiap orang adalah orang perorangan atau termasuk korporasi.
Dalam kasus ini sesuai dengan keterangan saksi-saksi maka “setiap orang” yang dimaksud adalah Nurdin Halid. Dibebankannya pertanggungjawaban pidana
korporasi kepada Nurdin Halid ini disebabkan bila kita cermati posisi Nurdin Halid yaitu sebagai Ketua Umum Koperasi Distribusi Indonesia. Secara jelas juga
dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum telah menguraikan bahwa akibat tidak disetorkannya uang hasil penjualan minyak goreng oleh terdakwa mengakibatkan
kerugian keuangan negara. Sedangkan tersangka lainnya dalam pertanggungjawaban pidana korporasi
ini juga dapat dibebankan kepada. DEWI MOTIK PRAMONO, 2. Y.W. KUSSOY, 3. HUSIN TANJUNG, 4. D.P. BUDIARTHI NAJIB dan Direksi KDI
yaitu : 5. SIGIT PRAMONO, 6. AMEDIO MISHAR, 7. JOHN RAMSES, 8. JOKO URIP SANTOSO, 9. IRSAN AMIR nomor : 1 sampai dengan 9 masing-
masing dalam perkara terpisah Namun dalam kasus ini mereka dijadikan sebagai “saksi” oleh karena yang memegang peranan penting dalam terjadinya tidak
penyetoran uang hasil penjualan minyak goreng.Jadi dalam hal ini unsur “setiap orang” telah terpenuhi.
Ad.2 Melawan Hukum Secara melawan hukum adalah melawan hukum atau tidak, sesuai dengan
ketentuan-ketentuan baik secara formal maupun material, meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan-peraturan maupun perundang-undangan.
87
87
Penjelasan UU. No.31 tahun 1999 Pasal 2 ayat 1
Universitas Sumatera Utara
Selain dari itu juga termasuk tindakan-tindakan yang melawan prosedur dan ketentuan dalam sebuah instansi, perusahaan yang telah ditetapkan oleh yang
berkompeten dalam organisasi tersebut
88
Terpenuhinya unsur secara melawan hukum ini, adalah bahwa KDI telah melakukan perbuatan dengan tidak menyetorkan uang hasil penjualan minyak
goreng sejumlah Rp. 169.710.699.839,-
Perbuatan memperkaya dalam Pasal 2 UU No. 31 tahun 1999 Jo UU No. 20 tahun 2001 mengandung 3 perbuatan memperkaya diri, yakni memperkaya diri
sendiri, memperkaya orang lain, dan memperkaya suatu korporasi. Memperkaya Fakta ini dibuktikan dengan keterangan:
a. Saksi DEWI MOTIK PRAMONO selaku salah satu Pengurus KDIKetua I Bahwa saksi hadir dalam rapat tanggal 24 Desember 1998 yang dipimpin oleh
Terdakwa, saksi pernah mengusulkan agar hasil uang minyak goreng segera disetorkan ke Bulog, namun tidak ditanggapi pimpinan rapat
b. Saksi TEDDY SETIADI Bahwa di dalam suatu rapat Tim 7 yang diselenggarakan di Bulog pada bulan
Desember 1998, Direktur Utama KDI Almarhum Fauzan Mansyur menyampaikan bahwa sebenarnya sebagian hasil penjualan minyak goreng sudah
siap ditransfer, tetapi di dalam suatu rapat ada kebijakan Ketua untuk melarang penyetoran dana tersebut ke Bulog.
Ad.3 Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi;
88
www.google.com .
Universitas Sumatera Utara
diri sendiri artinya diri sipembuat sendirilah yang memperoleh atau bertambah kekayaannya secara tidak sah. Sedangkan memperkaya orang lain adalah
sebaliknya, orang yang kekayaannya bertambah atau memperoleh kekayaannya adalah orang lain selain sipembuat. Demikin juga halnya dengan memeprkaya
suatu korporasi, bukan sipembuat yang memperoleh atau bertambah kekayaannya oleh perbuatannya, tetapi suatu korporasi. Walaupun sipembuat tidak bertambah
kekayaannya, tetapi beban tanggung jawab pidananya disamakan dengan dirinya yang mendapatkan kekayaan tersebut secara pribadi.
89
Terdakwa, saksi melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan kewajiban KDI dalam Keputusan Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan dan
Industri Menko Ekuin melaksanakan Rapat Koordinasi Terbatas Bidang Ekonomi Keuangan Industri yang dipimpin oleh Menko Ekuin,yakni mengenai
Memperkaya diri, atau orang lain atau suatu korporasi adalah memberikan manfaat kepada pelaku tindak
pidana korupsi, baik berupa pribadi, atau orang lain atau suatu korporasi. Bentuk manfaat yang diperoleh karena memperkaya diri adalah, terutama berupa uang
atau bentuk-bentuk harta lainnya seperti surat-surat berharga atau bentuk-bentuk asset berharga lainnya, termasuk di dalamnya memberikan keuntungan kepada
suatu korporasi yang diperoleh dengan cara melawan hukum. Dalam hal yang berkaitan dengan korporasi, juga termasuk memperkaya diri dari pengurus-
pengurus atau orang-orang yang memiliki hubungan kerja atau hubungan- hubungan lainnya
89
Adami Chazawi, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia, Bayu Media:Jawa Timur, 2003, Hal. 41
Universitas Sumatera Utara
pengadaan dan penyaluran minyak goreng yang akan dilaksanakan oleh KDI,namun terdakwa mengambil kebijakan dalam Rapat Pengurus, Pengawas dan
Direksi KDI, dimana KDI tidak lagi menyetorkan hasil penjualan minyak goreng kepada Bulog, sehingga memperkaya KDI sebesar Rp. 169.710.699.839 atau
setidak-tidaknya Rp.299.016.245.070,-
Dapat merugikan keuangan negara adalah sesuai dengan peletakan kata “dapat” sebelum kata-kata “merugikan keuangan Negara” atau “perekonomian
negara”, menunjukkan bahwa tindak pidana korupsi merupakan merupakan delik formil, yaitu adanya tindak pidana korupsi adalah cukup dengan adanya unsur-
unsur perbuatan yang telah dirumuskan bukan dengan timbulnya akibat dari sebuah perbuatan, dalam hal ini adalah kerugian negara.
Fakta ini dibuktikan oleh : Keterangan saksi Dewi Motik Pramono,saksi hadir dalam rapat tanggal 24
Desember 1998 yang dipimpin oleh Terdakwa, saksi pernah mengusulkan agar hasil uang minyak goreng segera disetorkan ke Bulog, namun tidak ditanggapi
pimpinan rapat, Ad. 4. Merugikan Keuangan negara
90
90
Ibid
Dengan kata lain kerugian negara bukanlah menjadi syarat untuk terjadinya tindak pidan korupsi
Pasal 2 secara sempurna, melainkan akibat kerugian negara dapat timbul dari perbuatan memperkaya diri dengan melawan hukum tersebut. Ukurannya dapat
menimbulkan kerugian yang didasarkan pada pengalaman dan logikaakal orang
Universitas Sumatera Utara
pada umumnya dengan memperhatikan berbagai aspek sekitar perbuatan yang dikategorikan memperkaya diri tersebut.
Oleh karena kerugian ini tidak perlu timbul, maka cukup menurut akal orang pada umumnya bahwa dari suatu perbuatan dapat menimbulkan kerugian
negara tanpa merinci dan menyebut adanya bentuk dan jumlah kerugian negara tertentu sebagaimana pada tindak pidan materiil. Untuk membuktikan bahwa hal
itu dapat merugikan negara, semua bergantung pada kemampuan hakim dalam menganalisis dan menilai aspe-aspek yang menyertai atau ada disekitar perbuatan
dalam rangkaian peristiwa yang terjadi.
91
Putusan Mahkamah Agung MA Nomor 1384 KPID.2005 dalam pertimbangan hukum vonis tersebut mengatakan, Hakim Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan telah salah menerapkan hukum. Disebutkan bahwa saksi dan ahli yang keterangannya sangat relevan dikesampingkan dan tidak menjadi
Disamping itu juga perlu ditegaskan tindakan melawan hukum seperti yang diatur dalam KUHP jika dilakukan oleh setiap orang dan berakibat kepada
kerugian bagi keuangan negara sebagaimana di uraikan di atas, maka termasuk tindak pidana korupsi. Adapun tindak pidana dalam KUHP yaitu pada pasal 209;
Pasal 210; Pasal 387; Pasal 388; Pasal 415; Pasal 416; Pasal 417; Pasal 419; Pasal 420; Pasal 423; Pasal 425; dan Pasal 435.
Dari keempat unsur Tindak Pidana Korupsi diatas maka dapatlah dinyatakan semua unsur-unsur telah terpenuhi.
91
Ibid
Universitas Sumatera Utara
pertimbangan dalam Putusan di tingkat Pertama
92
.Majelis Hakim Kasasi membenarkan tidak dilaksanakannya segala kewajiban KDI harus dilaksanakan.
Sehingga, pelanggaran terhadap kewajiban hukum tersebut dapat masuk kategori unsur melawan hukum. Hal ini berakibat terjadinya kerugian keuangan negara.
Sebagimana pada awal dikeluarkannya Putusan PN. Jakarta Selatan terhadap kasus Nurdin Halid ini sebelum adanya putusan dari MA ada banyak
kritikan dan kekecewaan dari publik terhadap vonis bebas murni yang dijatuhkan hakim PN.Jakarta Selatan .Ditingkat PN dibebaskan, putusan dianggap kolektif,
putusan Badan;MA mendasarkan unsur PMH pada Doktrin dan MA memvonis Nurdin 2 tahun penjara dan denda Rp 30 juta. Tetapi tidak ada vonis tentang
uang pengganti. Apabila menyimak amar putusan kasasi MA, tampaknya masih ada hal yang harus
dikritisi, yakni ihwal tidak dicantumkannya dana pengganti yang harus dikembalikan kepada negara sebagai konsekuensi dari tindak korupsi yang telah
terjadi. Padahal dalam persidangan di PN Jaksel, Arnold dalam tuntutannya jelas- jelas meminta agar terdakwa diwajibkan membayar uang pengganti Rp 169,71
miliar selain hukuman 20 tahun penjara dan denda.
92
Putusan.mahkamahagung.go.id,
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN