BAB III KAJIAN HUKUM PIDANA DALAM HAL PERTANGGUNGJAWABAN
PIDANA KORPORASI TERHADAP PRAKTEK KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH NURDIN HALID KETUA UMUM
KOPERASI DISTRIBUSI INDONESIA A. POSISI KASUS
1. Kronologis
Terdakwa dalam kasus ini adalah Drs. H.A.M. Nurdin Halid selaku Ketua Umum Koperasi Distribusi Indonesia KDI. Nurdin Halid didakwa oleh JPU
telah baik selaku pribadi ataupun selaku PengurusKetua Umum Koperasi Distribusi Indonesia KDI telah melakukan atau menyuruh melakukan dengan
pengurus KDI lainnya yaitu : 1. DEWI MOTIK PRAMONO, 2. Y.W. KUSSOY, 3. HUSIN TANJUNG, 4. D.P. BUDIARTHI NAJIB 5. SIGIT PRAMONO, 6.
AMEDIO MISHAR, 7. JOHN RAMSES, 8. JOKO URIP SANTOSO, 9. IRSAN AMIR nomor : 1 sampai dengan 9 masing-masing dalam perkara terpisah dan
FAUZAN MANSUR almarhum pada sekitar bulan September 1998 sampai dengan bulan Agustus 1999 atau setidak-tidaknya pada waktu lain antara tahun
1998 sampai dengan tanggal 15 Agustus 1999, bertempat di Kantor Bulog Jl. Gatot Surbroto, Jakarta Selatan atau di Kantor Koperasi Distribusi Indonesia
KDImelakukan tindak pidana korupsi di dan oleh karenanya Nurdin Halid dituntut JPU dengan hukuman 20 tahun penjara dan denda Rp30.000.0000, tiga
puluh juta rupiah dengan subsider enam bulan penjara. Tuntutan JPU ini didasarkan pada pelanggaran yang dilakukan oleh KDI
dibawah pimpinan Nurdin Halid terhadap Perjanjian Kerjasama antara Badan Urusan Logistik yang diwakili oleh Ir. H. Mulyono, MBA dengan Koperasi
Universitas Sumatera Utara
Distribusi Indonesia yang diwakili oleh Fauzan Mansur almarhum Nomor: PKK.977A091998 tanggal 17 September 1998 tentang Penyediaan dana guna
pengadaan minyak goreng bagi Koperasi Distribusi Indonesia dan Perjanjian Pengalihan Distribusi Minyak Goreng No.PKK- 977B091998 tanggal 17
September 1998 kemudian di addendum dengan perjanjian No.PKK- 1130101998 tanggal 30 Oktober 1998
Pelanggaran oleh KDI ini adalah karena tidak terlaksananya kewajiban KDI yang diisyaratakan dalam Amar kedua Keputusan Perjanjian Kerjasama yang
menerangkan bahwa KDI akan mengembalikan dana yang disediakan oleh Bulog melalui :
1 Pembayaran minyak goreng dengan perincian giro bilyet yang dikeluarkan
oleh pihak KDI dengan masa tenggang waktu satu minggu setelah tanggal bukti setor dari Bank Bukopin dalam penyaluran yang dilaksanakan oleh
KDI ; 2
KDI memberi kuasa kepada Bank Bukopin untuk mencairkan giro bilyet dari KDI dan hasil pembayaran tersebut ditransfer ke rekening Bulog senilai
harga penjualan minyak goreng ke KDI di Bank Bukopin Pusat rekening nomor : 101.0751.019 ;
3 Terhadap keterlambatan pembayaran yang melampui batas waktu yang
disepakati bersama tanggal 31 Desember 1998.Ternyata sampai lewat batas waktu yang ditentukan,belum juga merealisasukan pembayaran atau
penyetoran uang hasil penjualan miyak goreng kepada Bulog, karena sampai dengan tanggal 31 Desember 1998, KDI tidak menyetorkan uang
Universitas Sumatera Utara
hasil penjualan minyak goreng sejumlah Rp.169.710.699.839,- seratus enam puluh sembilan milyar tujuh ratus sepuluh juta enam ratus sembilan
puluh sembilan ribu delapan ratus tiga puluh sembilan rupiah ; Seharusnya sampai dengan tanggal 31 Desember 1998 jumlah hasil penjualan minyak
goreng oleh KDI sejumlah Rp.299.016.245.070,- dua ratus sembilan puluh sembilan milyar enam belas juta dua ratus empat puluh lima ribu tujuh
puluh rupiah, sedangkan yang harus disetor KDI kepada Bulog sejumlah Rp.284.485.176.490,- dua ratus delapan puluh empat milyar empat ratus
delapan puluh lima juta seratus tujuh puluh enam ribu empat ratus sembilan puluh rupiah namun sampai dengan tanggal 12 November 1998 KDI hanya
menyetor ke Bulog dana hasil penjualan minyak goreng sejumlah Rp.114.774.476.651 seratus empat belas milyar tujuh ratus tujuh puluh
empat juta empat ratus tujuh puluh enam ribu enam ratus lima puluh satu rupiah sehingga jumlah hasil penjualan minyak goreng yang tidak disetor
ke Bulog sejumlah Rp.169.710.699.839,- seratus enam puluh sembilan milyar tujuh ratus sepuluh juta enam ratus sembilan puluh sembilan ribu
delapan ratus tiga puluh sembilan rupiah. Seharusnya sesuai dengan ketentuan hasil Keputusan Rapat Koordinasi
Terbatas Bidang Ekuin tanggal 2 September 1998 dan sesuai ketentuan Pasal 2 Perjanjian Kerjasama antara Bulog dengan KDI Nomor: PKK.977A091998
tanggal 17 September 1998, uang hasil penjualan minyak goreng sejumlah Rp.169.710.699.839,- seratus enam puluh sembilan milyar tujuh ratus sepuluh
Universitas Sumatera Utara
juta enam ratus sembilan puluh sembilan ribu delapan ratus tiga puluh sembilan rupiah harus disetor oleh KDI ke rekening Bulog di Bank Bukopin,
akan tetapi Terdakwa telah mengambil kebijakan untuk tidak menyetor ke Bulog sebagaimana kebijakan yang diambil Terdakwa selaku Ketua Umum KDI dalam
Rapat Pengurus, Pengawas dan Direksi KDI tanggal 24 Desember 1998 bertempat di Graha Induk
KUD Jl. Warung Buncit Raya No.18-20 Jakarta Selatan, dihadiri oleh Pengurus Drs. H.A.M. Nurdin Halid, Dewi Motik Pramono, Y.W. Kussoy, Husin Tanjung,
D.P. Budiarthi Najib, Pengawas Bambang Murdjiono, Soekijatno, Amedio Mishar dan Direksi John Ramses, Sigit Pramono, Joko Urip Santoso, dan
Fauzan Mansur alm. yang antara lain sesuai Notulen Rapat butir 4 “Ketua Umum mengambil langkah kebijaksanaan agar Direksi KDI tidak lagi melakukan
penyetoran dana hasil penjualan minyak goreng kepada Bulog, sedangkan terhadap stok minyak goreng ex Bulog yang masih bisa dijual segera bisa dijual,
sehingga uangnya bisa digunakan untuk modal kerja KDI” ; Bahwa uang hasil penjualan minyak goreng sejumlah Rp.169.710.699.839,-
seratus enam puluh sembilan milyar tujuh ratus sepuluh juta enam ratus sembilan puluh sembilan ribu delapan ratus tiga puluh sembilan rupiah yang tidak disetor
ke Bulog telah dipergunakan Terdakwa dan pengurus lainnya yaitu Dewi MotikPramono, Y.W. Kussoy, D.P. Budiarthi Najib, Husin Tanjung, dan Amedio
Mishar serta Direksi KDI secara menyimpang dari penggunaannya, yaitu telah dipergunakan untuk didepositokan pada rekening KDI, dipergunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
pembelian gula pasir, disimpan pada simpanan berjangka atas nama KDI di INKUD.
Terdakwa dengan pengurus KDI lainnya sebagaimana tersebut diatas telah memberi kuasa kepada Direksi KDI yaitu Fauzan Mansur almarhum, John
Ramses dan Sigit Pramono untuk membuka rekening di beberapa Bank, antara lain :
- Tanggal 16 September 1998 di Bank Bukopin - Tanggal November 1998 di Bank Bukopin
- Tanggal 7 Desember 1998 di Bank Nusa Nasional - Tanggal 7 Januari 1999 di Bank Bali
- Tanggal 15 Juni 1999 di Bank Panin - Tanggal Agustus 1999 di Bank Bukopin
Kenyataannya rekening-rekening tersebut telah dipergunakan untuk mendepositokan uang hasil penjualan minyak goreng yang seharusnya uang hasil
penjualan minyak goreng, disetor ke rekening Bulog dan tidak dibenarkan didepositokan.
Setelah dana hasil penjualan minyak goreng sejumlah Rp.169.710.699.839,- seratus enam puluh sembilan milyar tujuh ratus sepuluh juta enam ratus sembilan
puluh sembilan ribu delapan ratus tiga puluh sembilan puluh sembilan ribu delapan ratus tiga puluh sembilan rupiah tidak disetorkan oleh KDI ke Bulog,
selanjutnya Terdakwa dan Direksi KDI Sdr. Fauzan Mansur almarhum, Sigit Pramono dan John Ramses, beberapa kali meminta persetujuan baik kepada
Presiden RI maupun kepada MenperindagKa. Bulog untuk menggunakan dana
Universitas Sumatera Utara
hasil penjualan minyak goreng yang tidak disetor tersebut guna pengadaan kembali pendistribusian minyak goreng kepada Masyarakat dan penyertaan modal
Pemerintah di DKI, namun permintaan tersebut ditolak.
2.Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
Dalam menyusun sebuah dakwaan diperlukan ketelitian dan ketepatan olaeh karena surat dakwaan yang merupakan dasar dalam menentukan batas-batas
pemeriksaan hakim
85
.Oleh karena itu untuk menentukan sahnya suatu surat dakwaan haruslah memenuhi syarat formil dan syarat matril. Syarat formil adalah
dimana dalam surat dakwaan harus disebut nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan
tersangka. Sedangkan syarat matril adalah dimana dalam surat dakwaan harus berisi uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tindak pidana itu dilakukan.
86
Perbuatan Terdakwa melanggar Pasal 1 ayat 1 sub a jo Pasal 28 jo Pasal 34 c Undang-Undang No.3 Tahun 1971 jo Pasal 43 A Undang- Undang No.31 Tahun
1999 jo Undang-Undang No.20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 jo Pasal 64 ayat 1 KUHP;
Jaksa Penuntut Umum dalam menyusun dakwaan terhadap kasus KDI ini sendiri telah memenuhi syarat-syarat materil dan formil. Adapun dakwaan yang
diajukan oleh JPU dalam menjerat Nurdin Halid adalah dengan menggunakan dakwaan
Primair
85
Ansori Sabuan,dkk,Hukum Acara Pidana,Angkasa, Bandung:1990, hal. 121
86
Ibid, hal. 122
Universitas Sumatera Utara
Pasal 1 ayat 1 sub a Undang-Undang No.3 Tahun 1971: Barangsiapa dengan melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya
diri sendiri atau orang lain, atau suatu Badan, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan negara dan atau perekonomian
negara, atau diketahui atau patut disangka olehnya bahwa perbuatan tersebut merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;
Pasal 28 Undang-Undang No.3 Tahun 1971: Barangsiapa melakukan tindak pidana korupsi yang dimaksud Pasal 1
ayat 1 sub a, b, c, d, e dan ayat 2Undang-undang ini, dihukum dengan hukuman penjara seumur hidup atau penjaraselama-lamanya 20 tahun
dan atau denda setinggi-tingginya 3 0 tiga puluh juta rupiah. Selain dari pada itu dapat dijatuhkan juga hukuman tambahan tersebut dapat
Pasal 34 sub a, b, dan c Undang-undang ini.
Pasal 34 c Undang-Undang No.3 Tahun 1971 c. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama
dengan harta-benda yang diperoleh dari korupsi
.
Pasal 43 A Undang- Undang No.31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No.20 Tahun 2001
1 Tindak pidana korupsi yang terjadi sebelum UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi diundangkan, diperiksa
dan diputus berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dengan ketentuan
maksimum pidana penjara yang menguntungkan bagi terdakwa diberlakukan ketentuan dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal8, Pasal 9,
Pasal10 Undang-undang ini dan Pasal 13 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
2 Ketentuan minimum pidana penjara dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal8, Pasal 9, Pasal10 Undang-undang ini dan Pasal 13 Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tidak berlaku bagi tindak pidana korupsi yang terjadi sebelum
berlaku Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
3 Tindak pidana korupsi yang terjadi sebelum Undang-undang ini diundangkan, diperiksa dan diputus berdasarkan ketentuan Undang-
undang Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dengan ketentuan mengenai maksimum pidana
Universitas Sumatera Utara
penjara bagi tindak pidana korupsi yang nilainya kurang dari Rp. 5.000.000,00 lima juta rupiah berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 A ayat 2 Undang-undang ini.
Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP: 1 Dihukum sebagai orang yang melakukan peristiwa pidana:
1. Orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau melakukan perbuatan itu.
2. Orang yang dengan pemberian, perjanjian, salah memakai kekuasaan atau pengaruh, kekerasan, ancaman atau tipu
daya atau dengan memberi kesempatan, daya upaya atau keterangan, sengaja membujuk untuk melakukan suatu
perbuatan.
Pasal 64 ayat 1 KUHP: 1Jika beberapa perbuatan perhubungan, sehinga dengan demikian
harus dipandang sebagai suatu perbuatan yang diteruskan, maka hanya satu ketentuan pidana saja yang digunakan walaupun masing-masing
perbuatan itu menjadi kejahatan atau pelanggaran; jika hukumannya berlainan, maka yang digunakan ialah peraturan yang terberat hukuman
utamanya.
3. Tuntutan