BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Beberapa bulan lalu di tahun 2008, tengah melanda hampir seluruh dunia berimbas terutama negara super power didunia yaitu Amerika Serikat telah
mengalami krisis yang sangat dahsyat berupa financial crisis. Krisis ini merupakan krisis yang terhebat sepanjang sejarah disebabkan karena sistem
kapitalisme yang mereka gunakan mengalami goncangan yang sangat dahsyat
1
. Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat ternyata berdampak besar
terhadap kondisi perekonomian global. Hal ini tentu saja menjadi hal yang sangat realistis sebab Amerika Serikat adalah sentral perekonomian dunia. Menurut
Kompas penyebab dari krisis yang dialami oleh Amerika Serikat ini adalah adanya penumpukan hutang nasional yang mencapai 8.89 triliun US Dollar,
pengurangan pajak korporasi, pembengkakan biaya perang Irak Afganistan dan yang paling krusial adalah Subprime Mortgage
2
. Krisis keuangan global yang dipicu oleh gagalnya subprime mortgage di
Amerika telah memakan korban lembaga keungan di Amerika yang akhirnya pailit atau bangkrut. Yang paling mencolok ialah Lehman Brothers yang dianggap
1
http:hndwibowo.blogspot.com
2
http:kammiunhas.blogspot.com
1
salah satu lembaga keuangan terbesar di Amerika yang telah berdiri sejak tahun 1895, siapa yang sangka perusahaan sekaliber Lehman Brothers dapat terpuruk
sedemikian parahnya. Akibat dari gejolak finansial itu adalah jatuhnya Index Harga Saham di NewYork Stock Exchange NYSE. Krisis finansial tersebut
kemudian menjalar ke bursa regional dan lembaga keuangan di seluruh Uni Eropa. Asia dan terakhir berdampak pada Bursa Saham Jakarta JSX. Nilai index
diatas 2,500 anjlok hingga dibawah 1.600. Saham-saham unggulan pun ikut bertumbangan dan para investor kelihatannya sudah kehilangan akal sehat dan
panik sehingga perdagangan di BEJ sempat di suspend dihentikan. Menurut para analis internasional maupun lokal, dampak krisis keuangan
global ini akan berdurasi kurang lebih 2 tahun kedepan sampai mencapai keseimbangan baru. Salah satu keputusan pemerintah yang penting untuk
meredam sementara gejolak krisis keuangan nasional adalah dengan menaikkan suku bunga SBI menjadi 9.5 yang berakibat naiknya bunga deposito dan bunga
pinjaman bank. Rata rata dengan spread 2-5. Saat ini masyarakat tertentu yang sangat membutuhkan liquiditas untuk menopak kegiatannya dan aksi jual saham,
beli dollar, beli emas, jual Rupiah, jual instrumen investasi lainnya, beli tanah, jual dan beli properti semakin marak.
Selain, berdampak pada sektor perbankan krisis keuangan global juga berdampak pada sektor non bank seperti asuransi, hal tersebut terlihat pada
raksasa Asuransi AIG American International Group menunjukkan gejala kritis yang sama, sahamnya turun hingga 50 persen akibat dari krisis ekonomi global
yang melanda dunia
3
. Melihat aktifitas seperti ini, tentu akan berdampak pada industri asuransi di Indonesia, oleh sebab bagaimana perusahaan asuransi dalam
mengantisipasi hal tersebut, terutama terhadap industri asuransi umum yang akan mendapatkan kesulitan akibat dari lemahnya pertubumhan ekonomi yang
disebabkan oleh krisis ekonomi global. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih
dalam bagaimana PT. Asuransi Bintang Syariah sebagai salah satu perusahaan asuransi syariah dalam menghadapi krisis ekonomi global dan startegi apa yang
digunakan, yang kami tuangkan dalam skripsi yang berjudul Strategi PT. Asuransi Bintang Syariah Tbk Dalam Mengantisipasi Dampak Krisis
Ekonomi Global Tahun 2008
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah