Strategi Asuransi Bintang Syariah Tbk. dalam mengantisipasi dampak krisis ekonomi global Tahun 2008

(1)

TAHUN 2008

Oleh

SHOLAHUDIN

NIM:103046228395

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya yang senantiasa berlimpah kepada penulis, sehingga penulis diberikan kemampuan, kekuatan serta ketabahan hati dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam tidak lupa penulis haturkan kepada revolusioner besar junjungan Nabi Muhammad SAW, yang senantiasa membawa cahaya dan rahmat bagi ummat manusia dan alam semesta.

Tiba saat yang dinanti-nanti, sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan rintang yang harus diperjuangkan, kesedihan dan keharuan walau dengan jalan yang tertatih-tatih dan melelahkan yang pada akhirnya penulis mampu menyelesaikan studi di kampus ini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dihadapi, serta saat ini juga masih jauh dari kesempurnaan dan hal ini tidak terlepas dari keterbatasan penulis.

Selanjutnya penulis ingin sekali mengucapkan ribuan terimakasih atas bimbingan dan pengarahan-pengarahan yang diberikan kepada penulis yaitu kepada


(3)

2. Ibu Euis Amelia, M.Ag selaku ketua program studi Muamalat dan Bapak Ah. Azharudin latif, M.Ag, selaku sekretaris Programstudi muamalat.

3. Bapak Dr. Syahrul A’dam M.Ag, selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dan memberikan arahan, koreksi, saran, motifasi hingga penulisan skripsi ini terselesaikan.

4. Dosen - dosen Fakultas Syariah dan Hukum khususnya dosen

muamalat yg telah memberikan ilmunya dan tuntunan serta budi pekertinya semasa kuliah hingga selesainya skripsi ini.

5. PT. Asuransi Bintang Syariah yang beralamat di Pondok Indah Plaza

III Blok E 4 - 5. Jl. TB. Simatupang Jakarta Selatan, yang telah bersedia membantu dan mendukung saya dalam melakukan penelitian ini.

6. Staf perpustakaan utama dan fakultas syariah dan hukum UIN syarif

hidayatullah jakarta yang telah memberikan pelayanan kepada penulis untuk mendapatkan buku-buku yang berkaitan dengan skrpsi ini.

7. Ayahanda tercita di surga, semoga engkau bangga dengan apa yang

telah ananda capai, walau mungkin tidak seperti yang engkau harapkan, sembah sujud ananda doaku selalu menyertaimu. Ibunda


(4)

8. Teman - teman seperjuangan, Jurusan Asuransi Syariah, Ozie SEI, Ole SEI, Korib SEI, Noe SEI, Qie SEI. Dayat, Lana, Ayoe Ayang, Aam (kandidat sarjana), Hasyim Comp, kawan–kawan IMT dan semua teman–teman yang tidak saya sebutkan namanya.

Jakarta, Mei 2010


(5)

A. Latar Belakang Masalah

Beberapa bulan lalu di tahun 2008, tengah melanda hampir seluruh dunia berimbas terutama negara super power didunia yaitu Amerika Serikat telah mengalami krisis yang sangat dahsyat berupa financial crisis. Krisis ini merupakan krisis yang terhebat sepanjang sejarah disebabkan karena sistem kapitalisme yang mereka gunakan mengalami goncangan yang sangat dahsyat1.

Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat ternyata berdampak besar terhadap kondisi perekonomian global. Hal ini tentu saja menjadi hal yang sangat realistis sebab Amerika Serikat adalah sentral perekonomian dunia. Menurut Kompas penyebab dari krisis yang dialami oleh Amerika Serikat ini adalah adanya penumpukan hutang nasional yang mencapai 8.89 triliun US Dollar, pengurangan pajak korporasi, pembengkakan biaya perang Irak Afganistan dan yang paling krusial adalah Subprime Mortgage2.

Krisis keuangan global yang dipicu oleh gagalnya subprime mortgage di Amerika telah memakan korban lembaga keungan di Amerika yang akhirnya pailit atau bangkrut. Yang paling mencolok ialah Lehman Brothers yang dianggap

1

http://hndwibowo.blogspot.com 2

http://kammiunhas.blogspot.com


(6)

salah satu lembaga keuangan terbesar di Amerika yang telah berdiri sejak tahun 1895, siapa yang sangka perusahaan sekaliber Lehman Brothers dapat terpuruk sedemikian parahnya. Akibat dari gejolak finansial itu adalah jatuhnya Index Harga Saham di NewYork Stock Exchange (NYSE). Krisis finansial tersebut kemudian menjalar ke bursa regional dan lembaga keuangan di seluruh Uni Eropa. Asia dan terakhir berdampak pada Bursa Saham Jakarta (JSX). Nilai index diatas 2,500 anjlok hingga dibawah 1.600. Saham-saham unggulan pun ikut bertumbangan dan para investor kelihatannya sudah kehilangan akal sehat dan panik sehingga perdagangan di BEJ sempat di suspend (dihentikan).

Menurut para analis internasional maupun lokal, dampak krisis keuangan global ini akan berdurasi kurang lebih 2 tahun kedepan sampai mencapai keseimbangan baru. Salah satu keputusan pemerintah yang penting untuk meredam sementara gejolak krisis keuangan nasional adalah dengan menaikkan suku bunga SBI menjadi 9.5 % yang berakibat naiknya bunga deposito dan bunga pinjaman bank. Rata rata dengan spread 2-5%. Saat ini masyarakat tertentu yang sangat membutuhkan liquiditas untuk menopak kegiatannya dan aksi jual saham, beli dollar, beli emas, jual Rupiah, jual instrumen investasi lainnya, beli tanah, jual dan beli properti semakin marak.

Selain, berdampak pada sektor perbankan krisis keuangan global juga berdampak pada sektor non bank seperti asuransi, hal tersebut terlihat pada raksasa Asuransi AIG (American International Group) menunjukkan gejala kritis yang sama, sahamnya turun hingga 50 persen akibat dari krisis ekonomi global


(7)

yang melanda dunia3. Melihat aktifitas seperti ini, tentu akan berdampak pada industri asuransi di Indonesia, oleh sebab bagaimana perusahaan asuransi dalam mengantisipasi hal tersebut, terutama terhadap industri asuransi umum yang akan mendapatkan kesulitan akibat dari lemahnya pertubumhan ekonomi yang disebabkan oleh krisis ekonomi global.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam bagaimana PT. Asuransi Bintang Syariah sebagai salah satu perusahaan asuransi syariah dalam menghadapi krisis ekonomi global dan startegi apa yang digunakan, yang kami tuangkan dalam skripsi yang berjudul Strategi PT. Asuransi Bintang Syariah Tbk Dalam Mengantisipasi Dampak Krisis Ekonomi Global Tahun 2008

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dideskripsikan di atas, maka penulis perlu membatasi pembahasan. Agar pembahasan mempunyai maksud dan tujuan yang terarah dan jelas, supaya tidak terjadi perlebaran masalah dalam penulisan skripsi ini.

Dengan pembatasan masalah yang khusus membahas kepada strategi apa yang dilakukan oleh Perusahaan Asuransi Syariah dalam menghadapi krisis ekonomi global Serta pokok permasalahan yang terkait didalamnya dengan tujuan

3

Oleh Ir. Hadrian Nataprawira, MBA, AAAIK.diakses dan situs: http://megainsurance-surabaya.blogspot.com/2008/10/dampak-krisis-keuangan-global-terhadap. Html


(8)

agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas dalam menguraikan masalah tersebut dalam penulisan skripsi ini.

Dari latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan beberapa permasalahan ini sebagai benikut:

1. Apakah ada dampak krisis ekonomi global terhadap dunia Perasuransian? 2. Bagaimana langkah perusahaan asuransi syariah dalam menghadapi krisis

ekonomi global?

3. Strategi apa yang dilakukan oleh perusahaan Asuransi Syariah untuk bisa kembali bangkit dari krisis tersebut?

4. Bagaimana pengaruh krisis ekonomi global terhadap perkembangan perusahan Asuransi Syariah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini diadakan adalah sebagai herikut :

1. Untuk mengetahui apakah ada dampak krisis ekonomi global terhadap dunia Perasuransian?

2. Untuk mengetahui Bagaimana langkah perusahaan asuransi syariah dalam rnenghadapi krisis ekonomi global?

3. Untuk mengetahui strategi apa yang dilakukan oleh perusahaan Asuransi Syariah untuk bisa kembali bangkit dan krisis tersebut?


(9)

4. Untuk mengetehui seberapa besar pengaruh krisis ekonomi global terhadap perkembangan perusahan Asuransi Syariah?

Sedangkan manfaat penelitian yang ingin dicapai adalah :

1. Bagi Penulis pada khususnya dapat menambah wawasan pengetahuan dan mengembangkan pikiran yang berupa gagasan atau pendapat yang diturunkan melalui laporan penelitian ini dan bagi mahasiswa Program Studi Mu’amalat pada umurnnya diharapkan dapat memperoleh pengetahuan yang lebih dalam khususnya mengenai krisis ekonomi global.

2. Untuk mahasiswa dan mahasiswi khususnya program studi asuransi syariah diharapkan dengan adanya skripsi ini dapat menjadi refrensi di dalam memahami tentang Strategi Perusahaan Asuransi Syariah Dalam Menghadapi Krisis Ekonomi Global.

3. Bagi Program Studi, diharapkan mampu memperluas informasi dalam rangka menambah dan meningkatkan khasanah pengetahuan, khususnya Strategi penanganan Krisis Ekonomi Global.

4. Bagi Masyarakat, diharapkan menambah pengetahuan tentang dampak Krisis Ekonomi Global.

D. Kerangka Teori

Webster mendefinisikan kata krisis sebagai suatu “masa yang sulit sekali” dan “suatu titik balik dalam sesuatu”. lstilah ini sering digunakan untuk suatu reaksi dari dalam diri seseorang terhadap suatu bahaya dari luar. Suatu krisis biasanya meliputi


(10)

hilangnya kemampuan untuk mengatasi masalah selama sementara waktu, dengan perkiraan bahwa gangguan fungsi emosi dapat kembali seperti semula. Jika seorang mengatasi ancaman itu secara efektif, maka ia dapat kembali berfungsi seperti keadaan sebelum krisis.

Jadi kita melihat bahwa krisis mempunyai empat unsur yang jelas. Unsur yang pertama adalah kejadian yang penuh resiko. Ini adalah kejadian yang mengawali suatu reaksi berantai dari kejadian-kejadian yang mencapai pucaknya dalam suatu krisis. Unsur yang kedua adalah keadaan rentan. Tidak semua peristiwa ini membawa seseorang kepada suatu krisis. Kalau orang tidak rentan pasti krisis itu tidak mungkin terjadi. Unsur ketiga adalah faktor yang menimbulkan krisis tersebut. Cara lain untuk mengatakan hal ini ialah bahwa ini adalah faktor terakhir yang ditambahkan pada faktor-faktor lain. Unsur yang terakhir adalah keadaan krisi yang aktif. Sedangkan arti istilah global dianggap berkaitan erat dengan “sedunia, secara masal, secara umum”.

Jadi, krisis global adalah suatu keadaan sulit, krisis yang terjadi hampir di seluruh dunia, atau mendapat dampak hampir diseluruh dunia4.

E. Kajian Pustaka

1. Zakiman, 2005, dengan judul Strategi Produk Asuransi Syariah Dana Siswa Pada Asuransi Takaful Keluarga.

4


(11)

Dalam skipsi ini membahas masalah bagaimana PT Asuransi Takaful Keluarga menjalankan konsep pemasaran ke masyarakat yang berwawasan sosial, dan strategi pemasaran produk asuransi dana siswa yang di terapkan oleh PT. Asuransi Takaful Keluarga adalah menggunakan saluran distribusi sistem agency dimana proses pemasaran produk di andalkan pada agen-agen penjual atau marketer yang di miliki PT Takaful Keluarga, dan di dalam level daur hidup produknya, produk asuransi dana siswa saat ini berada pada masa pematangan.

2. M. Fathul Korib, 2008, dengan judul Judul Stategi Agen Alam Pemasaran Produk Asuransi Syariah Pada PT Asuransi Takaful Teluarga Cabang Bekasi.

Skipsi ini mebahas masalah strategi yang di terapkan PT Asuransi Takaful Keluarga cabang Bekasi dalam memasarkan produknya di antaranya dengan pendekatan secara kekeluargaan. Dengan cara berdakwah, dan pengembangan dari peserta lama. Untuk target pemasaran yaitu individu dan corporate. Tiap-tiap agen di beri target khusus oleh perusahaan dalam mencari peserta asuransi, tiap-tiap agen di beri target lima peserta dengan pendapatan lima juta sampai dua puluh juta perbulan adapun kewajiban perusahaan terhadap peserta yaitu menerangkan manfaat produk dengan sejelas-jelasnya dan benar. Memberikan saran untuk mengambil produk sesuai dengan kebutuhan, memberitahukan kewajiban-kewajinban peserta.


(12)

3. Euis Azizah, 2005, dengan judul Strategi Menejemen Operasional Asuransi Syariah Dalam Memperluas Pangsa Pasar pada PT. Asuransi Syariah Mubarokah Jakarta.

Skripsi ini membahas masalah strategi yang di terapkan PT Asuransi Syariah Mubarokah dalam mengelola menejemen operasionalnya, dan strategi itu tidak lepas dari visi perusahaan yaitu membawa umat menuju kemakmuran, kesejahteraan dan kenyamanan di bawah perlindungan Allah SWT, dan untuk bersaing di pangsa pasar Asuransi Mubarokah mempunyai produk unggulan yaitu produk asuransi kumpulan dan investasi yang di terapkan untuk jangka pendek, sedangkan untuk jangka panjang di fokuskan ke produk asuransi perorangan. Untuk menghadapi kendala dalam memperluas pangsa pasar Asuransi Syariah Mubarokah menambahkan modal dan menerapkan sistem yang canggih dan handal.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian deskriptif yaitu penulis mengambarkan permasalahan yang didasari pada data-data yang ada lapangan, kemudian dianalisa lebih lanjut untuk kemudian diambil kesimpulan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Jenis penelitian ini dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang.


(13)

Tujuan dari menggunakan jenis penelitian deskrptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan. Jenis penelitian deskriptif adalah sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menjawab pentanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian5.

2. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi lokasi penelitian adalah PT. Asuransi Bintang Syariah yang beralamat di Pondok Indah Plaza III Blok E 4 - 5. Jl. TB. Simatupang Jakarta Selatan

3. Jenis data dan sumber data

a. Data Primer merupakan data yang didapat dan sumber pertama kali baik dari Individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara, yang teridiri atas :

1) Gambaran umum perusahaan. 2) Hasil wawancara.

3) Hasil pengamatan langsung.

b. Data Sekunder merupakan data yang telah ada, yang diperoleh dan buku, majalah, internet, Koran dan sumber tertulis lainnya yang mengandung informasi yang berhubungan dengan penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini diperoleh melalui:

5


(14)

a. Penelitian perpustakaan (Library Research), yaitu dengan mengumpulkan data dan buku-buku, majalah, dan artikel yang berhubungan dengan materi skripsi.

b. Penelitian lapangan (Field Research), yaitu dengan terjun langsung ke PT. Asuransi Bintang Syariah Tbk Untuk mendapatkan data yang valid dan akurat, dengan melalui Tiga cara, yaitu:

1) Observasi, pengamatan yang dilakukan peneliti, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Dimana peneliti mengamati dan mempelajari dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai sumber data.

2) Wawancara, dilakukan secara langsung dengan pihak-pihak yang kompeten dalam penelitian, khususnya data tentang Strategi perusahan Asuransi Syariah dalam menghadapi krisis ekonomi global.

3) Dokumentasi, teknik ini digunakan untuk memperoleh data tertulis tentang, Strategi perusahan Asuransi Syariah dalarn menghadapi krisis ekonomi global.

5. Teknik Analisa dan Interprestasi Data

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian deskriptif analisis, dimana penulis berupaya memberikan penjelasan atau gambaran secara komprehensif tentang strategi yang digunakan PT. Asuransi Bintang Syariah dalam menghadapi krisis ekonomi global pada tahun 2008


(15)

sehingga penelitian ini menggunakan pendekatan model kualitatif yaitu metode penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. 6. Teknik Penulisan Skripsi

Adapun teknik penulisan skripsi ini, mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007”.

G. Sistematika Penulisan

Agar penulisan lebih sistematis dan terarah maka penulisan skripsi ini disusun dalam lima bab, setiap bab terdiri dari sub-sub bab yaitu:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penelitian terdahulu, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika.

Bab II Landasan Teori

Dalam bab ini dibahas antara lain mengenai Strategi, Pengertian Strategi, Tahap dalam Strastegi. Asuransi Syariah, Pengertian Asuransi Syariah, Sejarah Asuransi Syariah, Prinsip-prinsip Asuransi Syariah, Landasan Hukum Asuransi Syariah, Dampak Krisis Global Terhadap Industri Asuransi


(16)

Bab III Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini dibahas tentang sejarah singkat berdirinya PT. Asuransi Bintang Syariah, profil perusahaan, Visi dan misi, struktur organisasi, produk-produk asuransi.

Bab IV Pembahasan

Bab ini membahas dampak dan krisis keuangan global pada PT. Asuransi Bintang Syariah, Strategi perusahan Asuransi Syariah (PT. Asuransi Bintang Syariah, Tbk) dalam menghadapinya.

Bab V Penutup


(17)

A. Strategi

1. Pengertian Strategi

Pengertian strategi secara bahasa atau etimologis berasal dari kata Yunani yaitu “Strategeia” dari penggalan dua kata stratos yang artinya militer dan ag

artinya memimpin. Dengan demikian arti strategi adalah seni atau ilmu untuk menjadi seorang Jendral, konsep ini relevan pada saat itu, karena memang kondisinya sedang berkecamuk perang. Strategi juga diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan material pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.1

Pengertian di atas dikuatkan oleh Hari Murti Kridalaksana, dalam bukunya Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, yang mengungkapkan bahwa strategi berarti siasat perang, haluan, kebijaksanaan dan akal atau budi daya.2

Sedangkan pengertian strategi secara istilah adalah cara-cara dimana suatu perusahaan atau kegiatan akan berjalan ke arah tujuan yang sudah direncanakan terlebih dahulu, sebagaimana dikatakan oleh Otong Uchayana dalam bukunya

yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, bahwa strategi adalah

1

Ziauddin Sardar, Tantangan Dunia Islam Abad 21, Terjemahan A.E. Priyono dan Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 1996), h. ii

2

Hari Murti Kridalaksana, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, (Jakarta: Nusa Indah, 1981), h, 173


(18)

merupakan suatu perencanaan (Planning) dan manajemen (Management) untuk mencapai tujuan strategi yang tidak hanya berfungsi sebagai petunjuk arah saja

melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.3

Banyak sekali para ahli yang mendefinisikan tentang pengertian strategi sehingga terjadi perbedaan diantara para ahli tetapi masih memiliki kesamaan pada substansinya. Berikut adalah pengertian-pengertian strategi menurut beberapa para ahli:

a. Menurut Syarif Usman, bahwa strategi adalah kebijaksanaan dalam

menggerakkan dan membimbing seluruh potensi (kekuatan, daya dan

kemampuan) bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan.4

b. Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa istilah strategi adalah seni atau ilmu untuk menggunakan sumber daya-sumber daya untuk melaksanakan kebijakan tertentu.5

c. Menurut sejarahwan Alfred D. Charter sebagaimana dikutip oleh James AF.

Stoner, et, al, berpendapat bahwa strategi adalah penentuan tujuan dan sasaran pokok jangka panjang dari suatu usaha dan pengambilan serangkaian tindakan dan pengabdian sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan.6

3

Onong Uchayana, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1992), h. 32

4

Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam, (Jakarta: Firma Jakarta, tth), Cet ke-1, h. 6

5

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 199

6

James AF. Stoner dan Edward Freeman, Manajemen, Diterjemahkan oleh Wilhemus W. Bakowatun dan Benyamin Mohan, (Jakarta: Intermedia, 1994), h. 306


(19)

d. Menurut Endang Syaefuddin Anshari sebagaimana dikutip oleh Onong Uchayana, bahwa strategi adalah penyusunan suatu potensi personal (pemimpin dan anggota kesatuan) dan potensi material (logistik dan peralatan lainnya) dengan cara sedemikian rupa sehingga pada situasi tertentu dapat memenangkan perjuangan dalam rangka meraih tujuan akhir sesuai dasar-dasar teori tertentu.7

e. Din Syamsudin mengatakan bahwa strategi mengandung arti antara lain: 1) Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan,

2) Seni dalam mensiasati pelaksanaan rencana atau program untuk mencapai

tujuan,

3) Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan fungsi dan

peran penting dalam mencapai keberhasilan bertahap.8

f. Menurut Fuad Amsyari mengatakan bahwa pada pengertian dasarnya, strategi

dan taktik adalah suatu metode atau taktik untuk memenangkan suatu persaingan. Persaingan itu berbentuk suatu pertempuran fisik untuk merebut suatu wilayah dengan memakai senjata dan tenaga manusia. Sedangkan dalam bidang non-militer, strategi dan taktik adalah suatu cara atau teknik untuk

7

Onong Uchayana, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, h. 9

8

Din Syamsudin, Etika Agama dan Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta: Logos, 2000), h. 127


(20)

memenangkan suatu persaingan antara kelompok-kelompok yang berbeda orientasi hidupnya.9

g. William F. Glueck seperti dikutip Amirullah, et, al, Strategi adalah suatu rencana yang dipersatukan, bersifat komprehensif, terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan atau lembaga terhadap tantangan lingkungan dan dirancang untuk menyakinkan bahwa sasaran dasar perusahaan atau organisasi akan dicapai dengan pelaksanaan yang tepat oleh organisasi itu.10

h. Sementara itu, Prof. Dr. Kadarman mengatakan bahwa strategi adalah

penentuan tujuan utama yang berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau organisasi serta pemilihan cara-cara bertindak dan pengalokasian sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Jadi strategi menyangkut soal pengaturan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan agar dalam jangka panjang tidak kalah bersaing.11

Dalam organisasi atau perusahaan, kesuksesan sangat ditentukan oleh strategi yang diterapkan. Jika strategi atau cara yang diterapkan efektif di lapangan maka kesuksesan perusahaan mudah tercapai, juga sebaliknya jika strategi yang dicapai salah atau kurang efektif maka kemungkinan besar tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan tidak akan tercapai. Sebab menurut Hadari

9

Fuad Amsyari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, (Bandung: Penerbit Mizan, 1990), Cet ke-1, h. 10

10

Amirullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002), Cet ke-1, h. 4

11


(21)

Nawawi, kata strategi dalam manajemen suatu organisasi atau perusahaan diartikan sebagai kiat, cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang terarah kepada strategi organisasi.12

Dengan melihat beberapa definisi tentang strategi sebagaimana yang disebutkan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa strategi adalah taktik, cara atau metode yang dikumpulkan dalam kebijakan-kebijakan yang digunakan untuk mencapai sebuah tujuan atau hasil akhir yang diinginkan seorang individu atau kelompok dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Misalnya seorang Salesman menggunakan taktik agar apa yang dijualnya menjadi laku di pasaran, maka dia harus pandai menginovasi cara untuk menyakinkan pelanggan.

2. Tahap-tahap dalam Strategi

Organisasi atau perusahaan jika tanpa adanya strategi diibaratkan seperti seorang pengembara yang tanpa arah dan tujuan yang ingin dicapai, hal ini dikemukakan oleh Joel Rose dan Michael Kamy, sebagaimana dikutip oleh Fred R. David mengatakan sebuah organisasi atau perusahaan tanpa adanya

12

Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non-Profit Bidang Pemerintahan dengan Illustrasi di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press, 2000), Cet ke-1, h. 147


(22)

strategi itu bagaikan kapal tanpa kemudi, bergerak, berputar dalam lingkaran. Organisasi yang demikian seperti pengembara, tanpa tujuan tertentu.13

Lebih lanjut Fred R. David juga mengemukakan bahwa tahapan dalam proses strategi meliputi tiga tahapan yakni; a) Perumusan Strategi, b) Implementasi Strategi, dan c) Evaluasi Strategi.14 Berikut adalah penjelasan

dari masing-masing tahapan strategi:

a) Perumusan Strategi

Hal-hal yang termasuk dalam perumusan strategi adalah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman ekternal, penetapan kekuatan dan kelemahan secara internal, menetapkan suatu obyektivitas, menghasilkan strategi alternative, serta memilih strategi untuk melaksanakan.15 Tanpa adanya sebuah rumusan dalam strategi maka pelaksanaannya akan mengalami banyak kendala. Selain itu dalam perumusan juga ditentukan sikap untuk memutuskan dan melakukan suatu keputusan dalam suatu proses kegiatan.

Dalam buku Manajemen Strategi Konsep, Fred R. David lebih dalam

mengupas tentang teknik perumusan strategi yang penting dapat dipadukan menjadi kerangka kerja, diantaranya: 1) tahapan in-put (masukan), 2) tahapan pencocokkan, dan 3) tahapan keputusan. Berikut adalah penjelasan masing-masing tahapan:

13

Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhallindo, 2002), h. 3

14

Ibid,.

15


(23)

1) Tahapan In-put (masukan)

Dalam tahap ini proses yang harus dilakukan adalah mencari dan meringkas informasi sebagai masukan yang diperlukan untuk merumuskan strategi.

2) Tahapan Pencocokan

Dalam tahap ini proses yang harus dilakukan adalah memfokuskan pada hasil strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal (dari luar) dan internal (dari dalam).

3) Tahapan Keputusan

Dalam tahapan ini digunakan satu macam teknik setelah diperoleh dari in-put sebagai sasaran dalam mengevaluasi strategi alternative yang didefinisikan dalam tahapan pencocokan. Dalam tahapan ini haruslah selalu melihat ke arah depan dengan tujuan.

b) Implementasi Strategi

Kegiatan yang termasuk dalam implementasi strategi adalah; pengembangan budaya dalam mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang masuk.

Dalam pelaksanaan atau implementasi strategi, untuk meraih kesuksesan dibutuhkan adanya disiplin, motivasi dan kerja keras, sebagaimana dikatakan oleh Bernard Reimann “strategi akan hancur bila diimplementasikan dengan buruk”


(24)

ini mengindikasikan bahwa implementasi strategi akan sukses tergantung pada bagaimana pelaksanaannya yang dilakukan oleh seluruh personel organisasi dan divisi sebuah organisasi.

c) Evaluasi Strategi

Tahap akhir dalam strategi adalah mengevaluasi strategi yang telah dirumuskan di awal. Ada tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi, yaitu:

1) Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi. Adanya perubahan faktor eksternal seperti tindakan yang dilakukan. Perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam pencapaian tujuan, begitu juga dengan faktor internal yang antara lain strategi yang tidak efektif atau aktivitas implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pada hasil yang akan diperoleh.

2) Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan

kenyataan)

Menyelidiki penyimpangan dari rencana dan mengevaluasi prestasi dari individu dan menyimak dari kemajuan yang dibuat ke arah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan mudah dibuktikan.

3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai


(25)

Dalam mengambil tindakan korektif tidak harus berarti bahwa strategi yang sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan strategi baru harus dirumuskan. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang dibayangkan pada awal atau pencapaian yang direncanakan, maka disitulah tindakan korektif diperlukan.

Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan hari ini bukan merupakan jaminan keberhasilan di masa yang akan datang. Evaluasi juga sangat diperlukan untuk sebuah organisasi maupun perusahaan dari semua sektor kegiatan dengan mempertanyakan pertanyaan dan asumsi manajerial.

B. Asuransi Syariah

1. Pengertian Asuransi Syariah

Asuransi berasal dari bahasa Belanda Assurantie yang kemudian menjadi Asuransi dalam bahasa Indonesia, namun istilah Assurantie itu sendiri sebenarnya bukanlah istilah ahli bahasa Belanda akan tetapi dalam bahasa Latin yaitu

Assecurare yang berarti menyakinkan orang. Kata ini kemudian dikenal dalam bahasa Perancis Assurance demikian pula dengan istilah Assuradeur yang berarti yang berarti penanggung dan Geassureende yang berarti tertanggung, keduanya berasal dari perbendaharaan bahasa Belanda sedangkan dalam bahasa Inggris

istilah pertanggungan dapat diterjemahkan menjadi Insurance dan Assurance


(26)

mengandung arti menanggung sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Sedangkan

Assurance berarti menanggung sesuatu yang pasti terjadi, istilah Assurance lebih lanjut dikaitkan dengan pertanggungan yang berkaitan dengan masalah jiwa seseorang.16

Dalam ekonomi Islam, Asuransi Syariah merupakan lembaga keuangan Syariah non-Bank, yang bergerak dibidang jasa penjamin atau pertanggungan resiko. Karenanya Asuransi Syariah dapat dilihat sebagai lembaga keuangan non Bank yang beroperasi dalam bidang pertanggungan atau pinjaman risiko kepada para nasabah.17

Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No 21/DSN-MUI/III/2002 tentang Asuransi Syariah yaitu usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui infestasi untuk menghadapi risiko tertentu melalui (perikatan) yang sesuai dengan syariah.18

Sedangkan pada pasal 246 KUHD Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian (timbal balik), dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya, karena suatu kerugian, kerusakan atau

16

Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi VI, 2004), edisi ke-4, h. 419

17

Hendi Suhendi dan Denik, Yusuf, Asuransi Takaful: Dari Teori ke Praktis, (Bandung: Mimbar Pustaka, tth), h. 3

18

Dewan Syariah Nasional (DSN) Majlis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Jakarta: Intermesa, 2003), Edisi 2, Cet ke-1, h. 135


(27)

kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.19

Berdasarkan definisi tersebut maka dalam asuransi terkandung tiga unsur, yakni:

a) Pihak Tertanggung (Insured) yang berjanji untuk membayar uang premi

kepada pihak penanggung, secara sekaligus atau angsuran.

b) Pihak Penanggung (Insurer) yang berjanji akan membayar sejumlah uang

(santunan) kepada tertanggung, apabila terjadi sesuatu resiko yang mengandung unsur ketidakpastian.

c) Suatu peristiwa (Accident) yang tidak diketahui sebelumnya.

Dalam Undang-undang No. 2 tahun 1992, dirumuskan definisi asuransi yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan rumusan yang terdapat dalam pasal 246 KUHD.

Definisi Asuransi menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian Bab 1 Pasal 1: “Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul

19

Purwosutcipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 6, (Jakarta: Djambatan, 1996), cet – 4, h. 1


(28)

dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.20

Jadi Asuransi Syariah adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yaitu tertanggung dan penanggung, dimana tertanggung berkewajiban membayar premi yang telah disepakati sebelum adanya penutupan asuransi dan penanggung berkewajiban membayarkan sejumlah uang jika terjadi sesuatu yang tidak diketahui kapan terjadinya yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan yang pengoperasiannya berdasarkan prinsip-prinsip Syariah Islam. Risiko yang dihadapi oleh manusia yang paling besar hanya ada dua, yakni; hidup yang terlalu lama dan kematian yang terlalu cepat. Asuransi sebagai sebuah mekanisme perlindungan merupakan langkah yang tepat bagi seseorang untuk membagi atau mengalihkan suatu resiko, karena asuransi menjawab rasa aman bagi setiap orang.

2. Sejarah Asuransi Syariah di Indonesia

Konsep asuransi syariah sudah dikenal pada zaman Nabi Muhammad Saw dengan sebutan Al-Aqila, saat itu suku Arab terdiri atas berbagai suku besar dan suku kecil. Sebagaimana kita ketahui, Rasulullah adalah keturunan suku Quraish, salah satu suku yang terbesar. Menurut dictionary of Islam, yang ditulis oleh

20

AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis dan Praktis, h. 61


(29)

Thomas Patrick, jika ada salah satu anggota suku yang terbunuh oleh anggota suku lainnya, sebagai kompensasi, keluarga terdekat dari si pembunuh akan membayar sejumlah uang, darah atau diyat kepada pewaris qurban.

Al-aql adalah denda, sedangkan makna al-aqil adalah orang yang membayar denda. Beberapa ketentuan sistem aqilah yang merupakan bagian dari asuransi sosial dituangkan oleh Nabi Muhammad Saw dalam Piagam Madinah yang merupakan konstitusi pertama setelah Nabi hijrah ke Madinah. Dalam pasal 3 Konstitusi Madinah, Rasulullah membuat ketentuan mengenai penyelamatan jiwa para tawanan. Ketentuan tersebut menyatakan bahwa jika tawanan tertahan oleh musuh karena perang, pihak tawanan harus membayar tebusan pada musuh

untuk membebaskannya.21

Selain konsep al-aqila ada konsep al-Muwalah yaitu perjanjian jaminan. Penjamin menjamin seseorang yang tidak memiliki waris dan tidak diketahui ahli warisnya. Penjamin setuju untuk menanggung bayaran dia, jika orang yang

dijamin tersebut melakukan jinayah. Apabila orang yang dijamin meninggal,

maka penjamin boleh mewarisi hartanya sepanjang tidak ada ahli warisnya. Dalam praktek keseharian umat Islam, asuransi dikenal dengan nama

takaful atau saling menanggung. Jika ada salah satu saudara muslim yang terkena musibah, maka semua saudara yang lain ramai-ramai memberi bantuan. Bahkan hukum di Arab ketika zaman Rasulullah sudah menerapkan bahwa jika ada salah

21


(30)

seorang diantara mereka membunuh yang lain, maka keluarga yang membunuh wajib memberi santunan kepada pihak yang terbunuh (ahli waris).22

Munculnya asuransi syariah pertama kali di Indonesia tak lepas dari nama

Asuransi Takaful, yang dibentuk oleh holding company PT Syarikat Takaful

Indonesia (STI) pada tahun 1994. terbentuknya Asuransi Takaful saat itu memperkuat keberadaan lembaga perbankan syariah yang sudah ada terlebih dahulu, yakni Bank Muamalat karena asumsinya Bank Muamalat juga membutuhkan lembaga asuransi yang dijalankan dengan prinsip yang sama.

Pembentukan awal Takaful disponsori oleh Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, dan Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, saat itu wakil dari tiga lembaga ini membentuk Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia atau TEPATI, yang dipimpin oleh direktur utama PT. STI, Rahmat Saleh. Sebagai langkah awal, Lima orang Anggota TEPATI melakukan studi banding ke Malaysia pada September 1993. Malaysia memang merupakan negara ASEAN pertama yang menerapkan asuransi dengan prinsip syariah sejak tahun 1985. Di negara Jiran ini, asuransi syariah ini dikelola oleh Syarikat Takafu Malaysia Sdn. Bhd.23

Setelah berbagai persiapan dilakukan, di Jakarta digelar seminar nasional, dan berikutnya STI mendirikan PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Takaful Umum. Secara resmi, PT. Asuransi Takaful Keluarga didirikan pada

22

Ibid,.

23


(31)

tanggal 25 Agustus 1994, dengan modal disetor sebesar Rp. 5 Miliar. Sementara PT. Asuransi Takaful Umum secara resmi didirikan pada tanggal 2 Juni 1995.24

3. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah

Prinsip utama dalam asuransi syariah adalah ta’awanu ‘ala al birri wa al taqwa (tolong menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa) dan al-ta’min (rasa aman). Prinsip ini menjadikan para anggota atau peserta asuransi sebagai sebuah keluarga besar yang satu dengan yang lainnya saling menjamin dan menanggung resiko.25

Para ekonom Islam mengemukakan bahwa asuransi syariah ditegakkan atas tiga prinsip utama, yaitu;

a) Saling Bertanggungjawab

Para peserta asuransi memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk membantu dan menolong peserta lain yang mengalami musibah atau kerugian dengan niat ikhlas, para peserta asuransi setuju untuk saling bertanggung jawab antara satu sama lain karena memikul tanggung jawab dengan niat ikhlas adalah ibadah.26

Rasa tanggung jawab terhadap sesama merupakan kewajiban setiap muslim. Rasa tanggung jawab ini tentu lahir dari sifat saling menyayangi, mencintai,

24

Ibid,.

25

Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 132

26

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gemala Insani, 2004), h. 230


(32)

saling membantu dan merasa mementingkan kebersamaan untuk mendapatkan kemakmuran bersama dalam mewujudkan masyarakat yang beriman, takwa dan harmonis.27

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (An-Nisa : 29)

b) Saling Memberi Manfaat

⌧ ⌧

Artinya: “...Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, Maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan”. (Ar-Ra’ad : 17)

27

Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, h. 133


(33)

Seorang muslim merupakan bagian dari umat muslim yang lain, jika salah satu dari mereka sakit maka yang lain pun ikut merasakannya. Dalam asuransi syariah setiap peserta harus mengikhlaskan sebagian dananya yang disebut dengan dana kebajikan yang akan digunakan untuk menyantuni kepada siapa saja peserta asuransi yang mengalami musibah.

c) Bebas dari Praktek Magrib(Maisir, Gharar, Riba)

1) Maisir atau Untung-untungan

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”. (Al-Maaidah : 90)

Maisir dalam bahasa Arab secara harfiah adalah memperoleh sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja, yang biasa juga disebut berjudi. Istilah lain yang digunakan dalam al-Qur’an adalah azim yang berarti praktek perjudian.28 Dalam asuransi syariah jika

28


(34)

seseorang menjadi peserta asuransi maka akan mendapat gambaran tentang berapa besar yang kelak akan diterima jika peserta mengalami kerugian. Karena dalam asuransi syariah, akad yang digunakan sangat jelas dan juga penempatan dana terpisah antara dana peserta dengan dana milik perusahaan. Prof. Mustafa Ahmad Zarqa berkata bahwa asuransi konvensional terdapat unsur gharar yang pada gilirannya menimbulkan qimar, sedangkan al-qimar

sama dengan al maisir.29

2) Gharar atau Ketidakjelasan

ﺚ ﺪﺣ

ﻦﺑا

ﺮﻤ

ﻲﺿر

ﷲا

ﺎﻬ

:

نا

لﻮﺳر

ﷲا

ﻰ ﺻ

ﷲا

ﻢ ﺳو

ﻰﻬ

ﻴﺑ

ﺮﻤﺜﻟا

ﻰﺘﺣ

ﺎﻬﺣ ﺳو

ﺎﻬ

ﻟا

ﺋﺎ

عﺎﺘ ﻤﻟاو

)

اور

:

ﻤﺟ

ا

ﺬﻴ ﺮ

(

Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Umar radiyallah ‘anha, dia telah berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang menjual buah-buahan sampai betul-betul masak. Larangan itu ditunjukan kepada penjual dan pembeli”. (HR. Jama’ah kecuali Turmidzi).30

Gharar dalam pengertian bahasa adalah al-khida’ (penipuan), yaitu suatu tindakan yang di dalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan. Menurut

29

http://www.wikimu.com

30

Ahmad Mudjab Mahalli, Haduts-hadits Mutafaq ‘alaih bagian Munakahat dan Mu’amalat,


(35)

Madzhab Syafii definisi gharar adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi di dalam pandangan kita dan akibat yang paling kita takuti.31

Gharar (ketidakjelasan) itu terjadi pada asuransi konvensional, dikarenakan tidak adanya batas waktu pembayaran premi yang didasarkan atas usia tertanggung, sementara kita sepakati bahwa usia seseorang berada di tangan Yang Maha Kuasa. Jika baru sekali seorang tertanggung membayar premi ditakdirkan meninggal, perusahaan akan rugi sementara pihak tertanggung merasa untung secara materi. Jika tertanggung dipanjangkan usianya, perusahaan akan untuk dan tertanggung merasa rugi secara finansial. Dengan kata lain kedua belah pihak tidak mengetahui seberapa lama masing-masing pihak menjalankan transaksi tersebut. Ketidakjelasan jangka waktu pembayaran dan jumlah pembayaran mengakibatkan ketidaklengkapan suatu rukun akad, yang kita kenal sebagai gharar. Para ulama berpendapat bahwa perjanjian jual beli akad tadabulli tersebut cacat secara hukum.

3) Riba

31


(36)

Artinya: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”. (QS. Ar-rum: 39)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”. (QS. Ali Imran: 130)

Riba adalah praktek bunga serta hal-hal lain yang berhubungan dengan aktifitas investasi pada perusahaan asuransi konvensional dengan melanggar syariat Islam. Yang berlaku pada asuransi syariah adalah sistem mudharabah

dimana keuntungan dan kerugian dalam investasi pada asuransi syariah dibagi merata berdasarkan kesepakatan dalam akad.

Dalam hal riba, semua asuransi konvensional menginvestasikan dananya

dengan bunga, yang berarti selalu melibatkan diri dalam riba. Hal demikian juga dilakukan saat penghitungan kepada peserta, dilakukan dengan menghitung keuntungan di depan. Sedangkan asuransi syariah menyimpan dananya di bank yang berdasarkan syariat Islam dengan sistem mudharabah.


(37)

Untuk berbagai bentuk investasi lainnya didasarkan atas petunjuk Dewan Pengawas Syariah.

4. Landasan Hukum Asuransi Syariah

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa hukum-hukum muamalah adalah bersifat terbuka, artinya Allah Swt dalam al-Qur’an hanya memberikan aturan yang bersifat garis besarnya saja. Selebihnya adalah terbuka bagi mujtahid untuk mengembangkannya melalui pemikirannya selama tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan hadits.32

Hakikat asuransi secara Islami adalah saling bertanggung jawab, saling bekerja sama atau bantu membantu dan saling melindungi penderitaan satu sama lain. Oleh karena itu berasuransi diperbolehkan secara syariat, karena prinsip-prinsip dasar syariat mengajak kepada setiap sesuatu yang berakibat keeratan jalinan sesama manusia dan kepada sesuatu yang meringankan bencana mereka sebagaimana firman Allah Taala dalam al-Qur’an Surat al-Maidah (5) : 2

Artinya: “...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

32

Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, h. 127


(38)

pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (QS. Al-Maaidah : 2)

Selain semua itu, ada dasar-dasar syar’i yang menjadi landasan bagi penyelenggaran asuransi syariah, yakni:

a) Perintah Allah Swt untuk mempersiapkan hari depan Allah Swt berfirman dalam surat an-Nisa ayat 9:

ِ

Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (QS. An-Nisa : 9)

Ayat ini menggambarkan kepada kita tentang pentingnya planning atau

perencanaan yang matang dalam mempersiapkan hari depan.

b) Bahwa berasuransi tidak berarti menolak takdir

Berasuransi tidaklah berarti menolak takdir atau menghilangkan ketawakalan kepada Allah Swt, karena segala sesuatunya terjadi setelah berfikir dengan baik, bekerja dengan penuh kesungguhan, teliti dan cermat. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, semuanya ditentukan oleh Allah Swt. Adapun


(39)

manusia hanya diminta untuk berusaha semaksimal mungkin. Allah Swt berfirman dalam Surat Attaghabun ayat 11:

Artinya: “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. (QS. Attaghabuun: 11)

Jadi pada dasarnya Islam mengakui bahwa kecelakaan, musibah, kematian merupakan qodho dan qodar Allah yang tidak dapat ditolak. Hanya kita diminta untuk membuat perencanaan hari depan. Allah Swt berfirman;

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Hasyr : 18

Selain landasan secara syar’i ada juga landasan hukum asuransi syariah yang diputuskan oleh pemerintah, yakni:


(40)

a) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi syariah. Fatwa tersebut dikeluarkan karena regulasi yang ada tidak dapat dijadikan pedoman untuk menjalankan asuransi syariah.33

b) Peraturan Perundang-undangan yang telah dikeluarkan pemerintah berkaitan

dengan asuransi syariah yaitu:

1) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 421/KMK.06/2003

tentang penilaian kemampuan dan kepatutan bagi direksi dan komisaris perusahaan perasuransian

2) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 422/KMK.06/2003

tentang penyelenggaraan usaha perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi.

3) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 423/KMK.06/2003

tentang pemeriksaan perusahaan perasuransian.

4) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 424/KMK.06/2003

tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi

5) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 425/KMK.06/2003

tentang perizinan dan penyelenggaraan kegiatan usaha perusahaan penunjang usaha asuransi.

33

Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, h. 128


(41)

6) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 426/KMK.06/2003

tentang perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi.

7) Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No. Kep.4499/LK/2000

tentang jenis, penilaian dan pembatasan investasi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan sistem syariah.34

34

Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, h. 128-129


(42)

A. Sejarah Berdirinya PT. Asuransi Bintang Syariah

PT. Asuransi Bintang Syariah adalah perusahaan asuransi yang berada dibawah naungan PT. Asuransi Bintang Tbk, sehingga sejarah berdirinya tidak lepas dari berdirinya PT. Asuransi Bintang Tbk, atau dengan kata lain PT. Asuransi Bintang Syariah adalah unit kerja dari PT. Asuransi Bintang Tbk.

PT. Asuransi Bintang Tbk, yang dikenal di kalangan industri asuransi dengan sebutan "Bintang", adalah satu di antara sangat sedikit perusahaan asuransi nasional yang berhasil terus tumbuh dalam pasang-surut dunia usaha dan perekonomian Indonesia selama lebih dari empat-dasawarsa. "Bintang" didirikan pada tanggal 17 Maret 1955 oleh beberapa tokoh pengusaha nasional, yang sebagian besar juga adalah pelaku revolusi fisik menjelang kemerdekaan pada tahun 1945. Mereka adalah Ali Algadri, Idham, Ismet, Wibowo, Soedarpo Sasrosatomo, Pang Lay Kim, Roestam Moenaf dan Johan Radi Koesman. Sejak tanggal 29 November 1989 saham “Bintang” telah menjadi perusahaan publik dimana sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia.1

1

http//www.asuransisyariah.myblogerrepublika.com


(43)

Kemampuan “Bintang” untuk terus tumbuh selama empat dasawarsa adalah berkat ketaat-azasan kepada dasar-dasar perusahaan asuransi yang sehat dan mengutamakan prinsip keseimbangan (equilibrium) antara penerapan underwriting policy yang konservatif dengan operasi pengembangan pasar secara dinamis.

PT. Asuransi Bintang Tbk tetap tegar dalam menghadapi berbagai krisis. Dalam tangan manajemen yang cakap, "Bintang" selalu berhasil dalam menghadapi pasang-surut dunia usaha, karena senantiasa berada selangkah lebih maju guna mengatasi segala kesulitan yang menghadang. Tanpa memiliki pasar "captive", PT. Asuransi Bintang Tbk terus menggali segala potensi pasar yang ada, baik pasar swasta, perorangan, komersial, industri maupun pemerintah. Di antara para nasabah yang cukup penting tercatat adalah PT. Matahari Putra Prima, PTP/PNP, BP3TKI, PT. Sumber Alfaria Trijaya, PT. Ecxelcomindo Pratama, Bank Permata, PT. First Jakarta International (Jakarta Stock Exchange), PT. Makro Indonesia, Protelindo, PT. Hero Supermarket dan masih banyak lagi.2

Dengan 10 (sepuluh) kantor cabang, 1 (satu) unit usaha syariah, 3 (tiga) kantor penjualan dan 1 (satu) kantor perwakilan yang tersebar di seluruh Indonesia, struktur organisasi PT. Asuransi Bintang Tbk memungkinkan para stafnya untuk mengkhususkan diri pada kondisi geografis tertentu, sehingga

2 Ibid.,


(44)

kebutuhan pasar yang bersifat khas dapat dilayani. Keahlian serta keinginan untuk mengembangkan diri dapat memberikan nilai tambah pada produk asuransi yang sifatnya “intangible”

Manajemen "Bintang" percaya bahwa peningkatan profesionalisme dan kesejahteraan karyawan, serta penyediaan kesempatan seluas-luasnya bagi setiap personil untuk aktualisasi diri dalam tim kerja yang produktif, pada gilirannya secara sinergi akan mendorong peningkatan kualitas pelayanan kepada para nasabah. Dengan demikian akan menjamin kelangsungan pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.

Berdirinya unit syariah dengan nama PT. Asuransi Bintang Syariah dilatarbelakangi oleh pertumbuhan pangsa pasar dewasa ini. Dimana banyak konsumen menghendaki adanya perusahaan Asuransi yang berbasis Syariah. Perusahaan asuransi ini berdiri secara resmi pada tanggal 19 Februari 2007 bersamaan dengan dikeluarkannya Salinan Keputusan Menteri Keuangan RI Tentang Pemberian Ijin Pembukaan Kantor Cabang dengan Prinsip syariah No. KEP-025/KM.10/2007.

Sebelumnya juga sudah keluar Surat Rekomendasi pendirian Asuransi Syariah dari Dewan Syariah Nasional (DSN) Majlis Ulama Indonesia (MUI) dengan No. U-245/DSN-MUI/IX/2006 tanggal 6 Ramadhan 1427 H/ 24 September 2006. Dewan Syariah Nasional MUI dapat memberikan rekomendasi atas pendirian unit usaha syariah dan menetapkan Dewan Pengawas Syariah (DPS) PT. Asuransi Bintang Tbk, sebagai berikut; Drs. H.


(45)

Karnaen Perwataatmadja, SE, MPA, (Ketua), DR. KH. A. Munif Suratmaputra, MA, (Anggota) danAmin Musa, SE, (Anggota)

B. Profil PT. Asuransi Bintang Syariah

PT. Asuransi Bintang Syariah yang beralamat di Pondok Indah Plaza III Blok E 4 - 5. Jl. TB. Simatupang Jakarta Selatan ini menggunakan sistem Akad Wakalah bil ujrah. Akad Wakalah bil ujrah untuk asuransi adalah salah satu bentuk akad di mana peserta memberikan kuasa kepada perusahaan asuransi dalam pengelolaan dana mereka dengan pemberian ujrah (fee).3

Prinsip yang dianut dalam asuransi syariah adalah prinsip Risk Sharing. Risiko bukan dipindahkan dari nasabah/peserta kepada perusahaan asuransi (Risk Transfer), tetapi dibagi atau dipikul bersama di antara para nasabah/ peserta. Dalam konteks asuransi syariah perusahaan asuransi bukan lagi sebagai penanggung suatu risiko dan nasabah sebagai tertanggung. Perusahaan asuransi adalah sebagai pengelola (operator) dan nasabah sebagai peserta (Participant(s).

Masing-masing peserta pada hakekatnya mengikatkan dirinya/ bergabung pada peserta lain yang memiliki risiko sejenis, di mana para peserta tersebut bersepakat untuk memberikan donasi yang sebanding dengan risiko yang dimilikinya untuk dikumpulkan dan digunakan untuk membayar

3


(46)

kerugian yang diderita oleh anggota yang bergabung dalam kelompok yang mengalami musibah.

Karena tidak adanya kompetensi atau keahlian para peserta dalam mengelola sendiri kegiatan pengelolaan risiko, baik seleksi risiko, pengumpulan donasi dan investasi agar dana donasi bisa berkembang, melakukan adjustment kerugian dan pembayaran klaim dan sebagainya, maka diperlukan tenaga ahli yang kompeten di bidang pengelolaan risiko, sehingga dapat tercapai tujuan dengan baik. Di sinilah peran perusahaan asuransi sebagai pengelola risiko dibutuhkan.

Atas perannya tersebut pengelola sudah selayaknya memperoleh upah. Bagaimana upah itu diberikan dan berapa besarnya, tergantung pada akad yang digunakan antara para peserta dan pengelola. Dalam konteks syariah ini, terdapat 2 akad, pertama akad diantara para peserta dan kedua, akad antara para peserta dengan pengelola.

1. Akad antar para peserta adalah akad yang bersifat tabarru, yaitu akad yang tidak bertujuan komersial, tetapi semata-mata untuk saling tolong menolong dalam kebaikan. Para peserta tidak mengharapkan imbalan dari kontribusi yang dibayarkan melainkan sebagai hibah dari peserta yang akan ditempatkan dalam suatu wadah yang disebut dana tolong menolong (kumpulan donasi para peserta) yang juga dikenal sebagai dana tabarru.


(47)

2. Akad antara peserta dengan pengelola (perusahaan asuransi), adalah akad di mana peserta mengikatkan diri dengan pengelola untuk mewakili para peserta dalam segala hal yang berkaitan dengan pengelolaan risiko. Dalam hal satu pihak menjadi wakil dari pihak lain untuk mengerjakan suatu urusan maka dikenalah Akad Wakalah.4

Oleh karena perusahaan asuransi adalah suatu institusi yang berorientasi usaha, maka dalam konteks ia sebagai wakil dari para peserta, pengelola akan meminta sejumlah upah (ujrah) atas tugas yang diserahkan kepadanya. Sehingga akad yang digunakan bukanlah wakalah murni yang bersifat tabarru, melainkan wakalah bil ujrah.

Sebagai Asuransi yang berbasis syariah maka PT. Asuransi Bintang Syariah bisa dijadikan sebagai mitra yang baik, ini disebabkan oleh:

a) Berpengalaman lebih dari 50 tahun dalam penyediaan jasa Asuransi

di bidang Risk Management dan Underwriting,

b) Memiliki 15 kantor cabang di beberapa kota di Indonesia,

c) Profesionalisme. Didukung oleh tenaga ahli dan para profesional di bidang Asuransi Kesehatan.

d) Pelayanan Administrasi berkualitas.

4


(48)

e) Provider / Jaringan Pelayanan Kesehatan. Telah lebih dari 300 jaringan provider yang telah bekerja sama dengan PT Asuransi Bintang Tbk dan tersebar di seluruh Indonesia.

C. Visi dan Misi PT. Asuransi Bintang Syariah

Menurut A. Sutarmadi dalam buku Visi, Misi dan Langkah Strategis mengatakan bahwa; visi adalah suatu angan-angan ataupun impian terhadap sesuatu yang sangat indah dan mempesona. Sehingga diperlukan usaha keras untuk mewujudkannya.5 Visi yang di emban oleh PT. Asuransi Bintang Syariah adalah Memberikan kepada umat lebih dari sekedar asuransi.

Kemudian untuk menunjang visi tersebut dibutuhkan langkah-langkah yang dapat mendukung terciptanya visi tersebut yang tertuang dalam misi-misi yang harus dilakukan. Misi PT. Asuransi Bintang Syariah itu adalah Memberikan layanan unggul asuransi dan pengelolaan resiko berdasarkan nilai-nilai Kejujuran, Keadilan dan Kehati-hatian.

5

A. Sutarmadi, Visi Misi dan Langkah Strategi, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2002), hlm. 2


(49)

D. Struktur Organisasi

Dewan Pengawas Syariah (DPS) 1. H. Karnaen A. Perwataatmadja 2. KH. A. Munif Suratmaputra 3. Amin Musa

Group Head Iwan Nugroho

Branch Manager Bedjo

Tech. Unit Head Acct/Fin/Ga Unit Head Bedjo Bedjo

Sales Unit Head Bedjo

Seksi Keuangan Budi

Staf Akuntansi Iqbal Adm. Staff

Sariami Account Officer

Chairul Anwar

Acc. Executive Muchidjam Acc. Executive

Novyta. MS

Senior Acc. Exec. Irian Driati

Acc. Executive Triana SL.


(50)

E. Produk-Produk PT. Asuransi Bintang Syariah

PT. Asuransi Bintang Syariah memiliki beberapa produk yang juga sama dengan induknya yaitu PT. Asuransi Bintang, tetapi yang membedakan adalah bahwa semua produk tersebut berbasis syariah dengan prinsip saling bertanggung jawab, saling memberi manfaat dan bebas dari praktek Maghrib (Maisir, gharar, riba). Diantara produk-produk itu adalah :

1) Bintang Medical Sharia (Asuransi Kesehatan yang Nyaman dengan Harga yang Aman)

Di dalam persaingan usaha yang kian kompetitif saat ini dan dengan tingginya laju Inflasi, Perusahaan diharapkan dapat menjaga keseimbangan antara Fasilitas Kesehatan Karyawan dan Biaya Kesehatan yang meningkat setiap tahun. Bintang Medical Sharia akan membantu Perusahaan anda dalam menjaga keseimbangan tersebut. Karyawan anda akan terlindungi kesehatannya dengan biaya kesehatan yang memadai.

Bintang Medical Sharia merupakan Asuransi Kesehatan yang memberikan Perlindungan Kesehatan yang meliputi : Rawat Inap dan Pembedahan, Rawat Jalan, Persalinan, Perawatan Gigi, Penggantian Kacamata, dan Dana Tunai Harian, yang dikelola secara Sharia oleh PT. Asuransi Bintang Tbk.


(51)

Manfaat Bintang Medical - Sharia Bagi Perusahaan adalah :

a) Pencatatan. Realisasi biaya kesehatan para karyawan tercatat secara detail yang memungkinkan dilakukan analisa kenaikan biaya bagi perusahaan.

b) Pengelolaan risiko. Jaminan kesehatan dilimpahkan kepada asuransi sebagai pihak yang ahli dalam mengelola risiko.

c) Kebersamaan untuk saling membantu. Risiko yang terjadi pada satu perusahaan akan disebarkan kepada banyak perusahaan yang lainnya.

d) Independensi dalam verifikasi klaim. Verifikasi klaim yang dilakukan oleh pihak independen akan menurunkan moral hazard para karyawan dalam penggunaan fasilitas jaminan kesehatan. e) Outsourcing. Perusahaan akan lebih fokus kepada Core

Businessnya

f) Rasionalisasi biaya kesehatan. Menghindari pelayanan jaminan kesehatan yang berlebih karena setiap pengajuan biaya kesehatan akan dilakukan verifikasi tingkat rasionalisasi biaya, dicatat, disimpan datanya dan digambarkan

g) Pengendalian anggaran. Anggaran Dapat diperkirakan lebih pasti karena trend kenaikan dan risiko dikelola dengan baik.

h) Pengembalian surplus. Tidak bicara untung-rugi, surplus dan defisit anggaran menjadi milik dan tanggung jawab seluruh pemegang polis peserta asuransi.

i) Keberlanjutan pelayanan. PT. Asuransi Bintang Tbk. akan memberikan pinjaman kepada perusahaan apabila Dana Bersama mengalami defisit anggaran.


(52)

j) Transparansi. Keseluruhan mekanisme pengelolaan dilakukan secara transparan. Pengelola menyajikan laporan pengelolaan secara berkala.

Penjelasan mengenai Mekanisme Bintang Medical Sharia :

a) Anggaran Bersih. Pengelola menetapkan Kontribusi (anggaran biaya kesehatan) karyawan selama satu tahun kedepan. Anggaran ditetapkan berdasarkan perkiraan biaya pemeliharaan kesehatan seluruh karyawan.

b) Biaya Pengelolaan. Merupakan biaya yang digunakan oleh pengelola untuk melaksanakan administrasi kepesertaan, verifikasi dam administrasi pembayaran klaim, pengelolaan jaringan penyedia pelayanan kesehatan, analisa risiko, biaya pengembangan dana dan biaya pemasaran untuk memperbesar komunitas peserta program. c) Kepesertaan. Peserta ditetapkan berdasarkan Polis Asuransi atas

nama pesrusahaan dan telah membayarkan Kontribusi yang terdiri Kontribusi bersih dan biaya pengelolaan. Catatan : Dalam Asuransi Kesehatan Konvensional, kontribusi disebut Premi Asuransi.

d) Dana Bersama (Tabbaru Fund). Setelah dikurangkan untuk biaya pengelolaan, kontribusi bersih akan dikumpulkan kedalam suatu wadah yang disebut Dana Bersama.

e) Pelayanan klaim. Pengelola kemudian melakukan dministrasi penggantian biaya kesehatan seluruh peserta. Penggantian biaya kesehatan dilakukan berdasarkan ketentuan Polis dan paket yang dipilih.

f) Jumlah Klaim pertahun. Pada akhir tahun kepesertaan, Pengelola akan melakukan perhitungan jumlah klaim yang telah digunakan oleh seluruh karyawan dalam perusahaan untuk kemudian dibandingkan dengan kontribusi bersih.


(53)

g) Surplus Anggaran. Kondisi ini terjadi apabila jumlah klaim pertahun lebih kecil dari kontribusi bersih, maka Surplus akan digunakan sebagai berikut:

1. Pertama, digunakan sebagai bagian dari kontribusi (menurunkan kontribusi) tahun berikutnya.

2. Kedua, digunakan untuk cadangan penanggulangan risiko seluruh peserta yang ditempatkan bersama dalam Dana Tabarru 3. Ketiga, digunakan untuk mengembalikan pinjaman kepada

pengelola (Bila ada).

4. Defisit anggaran. Defisit anggaran terjadi apabila jumlah klaim pertahun lebih besar dari kontribusi bersih. Apabila kondisi terjadi maka kontribusi tahun berikutnya akan disesuaikan.

5. Kontribusi (Premi) tahun berikutnya. Kemungkinan yang akan terjadi pada tahun berikutnya adalah kenaikan anggaran biaya perusahaan atau sebaliknya terjadinya penurunan anggaran perusahaan atas terjadinya rasio klaim yang lebih kecil dari anggaran tahun sebelumnya, karena sumbangan dana cadangan seperti tersebut dalam poin 6 huruf b.

6. Dana Tabbaru mengalami Defisit. Kondisi ini terjadi apabila pada saat Dana Tabbaru (dana Bersama) telah habis digunakan untuk penggantian biaya kesehatan seluruh peserta. Dalam kondisi ini pengelola akan memberikan pinjaman kepada Dana Tabarru agar pelayanan penggantian biaya kesehatan tetap berlanjut kepada seluruh peserta.

7. Laporan Berkala. Keseluruhan mekanisme diatas akan dijalankan secara transparan sesuai dengan seluruh ketentuan dalam polis.


(54)

Sistem Pelayanan Jaminan

1. Klaim, Sistim Komputerisasi & Jaringan Provider

o Adminisrasi Klaim. Produk Bintang Medical - Sharia didukung

oleh tenaga administrasi yang profesional dan berpengalaman yang siap memberikan pelayanan kepada setiap peserta dan customer service 24 jam.

o Teknologi Informasi. Pelaksanaan pelayanan administrasi klaim

diatas didukung oleh Teknologi Informasi yang telah berpengalaman menjalankan administrasi klaim.

o Jaringan Provider. Produk Bintang Medical - Sharia dapat

memberikan pelayanan kepada seluruh peserta di Indonesia. Bintang Medical - Sharia didukung oleh sebanyak lebih dari 300 jaringan Penyedia Pelayanan Kesehatan (Provider) yang tersebar pada kota-kota diseluruh Indonesia.

2. Metoda pembayaran klaim, Bintang Medical - Sharia menawarkan dua jenis metoda pembayaran klaim sebagai berikut :

o Provider System. Pengelola menyediakan sarana jaringan

provider yang telah bekerjasama dengan Bintang Medical - Sharia untuk membantu para peserta khususnya untuk layanan rawat inap serta rawat jalan tanpa harus membayar terlebih dahulu, ( cashless)


(55)

o Reimbursement System. Alternative lain yang dapat juga

diberlakukan adalah sistim Penggantian biaya (Reimbursement) dimana peserta diberi kebebasan memilih provider (dokter maupun rumah sakit) yang dikehendaki dengan ketentuan membayar terlebih dahulu semua biaya pemeriksaan dan perawatan kesehatannya. Selanjutnya peserta dapat menyerahkan seluruh bukti tersebut kepada pengelola. Penggantian biaya diberikan sesuai batasan dan paket program yang dimiliki peserta.

2) Produk Taawun

Produk taawun ini bekerjasama dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI) dalam menerbitkan produk Bancassurance (penjualan asuaransi melalui perbankan) untuk memperkuat bisnis syariahnya. Nama produk

Bancassurance yang akan dikeluarkan oleh PT Bintang Syariah tersebut dengan nama Taawun Card.

Produk Bancassurance Taawun Card, dari PT Bintang Syariah menyebutkan, bahwa produk tersebut nantinya dilekatkan pada produk Shar-E BMI dengan berbagai fasilitas asuransi. Dengan fasilitas ini nasabah tidak hanya dapat melakukan penyimpanan dana di produk Shar-E, tapi juga mendapatkan fasilitas asuransi. dengan kerjasama antara asuransi syariah dan Bank Syariah, diharapkan dapat mendorong perkembangan bisnis asuransi syariah dan perbankan syariah di Indonesia.


(56)

3) Asuransi Kendaraan Syariah

Asuransi Kendaraan Syariah menjamin secara penuh (Comprehensive/all risk) kerugian atau kerusakan yang menimpa kendaraan yang disebabkan oleh : Tabrakan, terbalik, tergelincir, Perbuatan jahat orang lain, Pencurian, Kebakaran, Petir, Tanggung jawab hukum pihak ketiga, Kerusuhan dan huru-hara (RSCC), Gempa bumi, letusan gunung berapi, angin topan, badai

Keunggulan Perisai Mobil Individual

• Premi yang wajar

• Limit tanggung jawab hukum pihak ketiga s/d Rp 100 juta

• PA pengemudi dan 4 (empat) orang penumpang hingga limit tertentu

• Biaya Derek Non Kecelakaan ataupun karena kecelakaan hingga limit tertentu

• Termasuk jaminan untuk peralatan tambahan non standar hingga limit tertentu

• Risiko sendiri bisa dipilih dan berlaku untuk semua risiko.

• Bila kendaraan Anda dijual, kendaraan Anda yang baru otomatis terjamin dengan kondisi dan limit tertentu.

Objek Pertanggungan

• Kendaraan bermotor roda empat dengan berbagai macam merek dan tipe juga mencakup peralatan standar, peralatan tambahan,optional.

• Penggunaan kendaraan untuk pribadi atau dinas.


(57)

4) Asuransi Kebakaran Syariah

Asuransi ini memberikan jaminan perlindungan terhadap risiko-risiko kerugian karena kebakaran, kebanjiran, penjarahan, pencurian, terorisme, sabotase, kerusuhan biasa, sampai dengan huru hara dengan motif politik (civil commotion). Asuransi Kebakaran Syariah juga menjamin risiko pembongkaran, pencurian dengan perusakan/kekerasan, tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga, bahkan juga termasuk biaya pengobatan atas kecelakaan yang terjadi di lingkungan rumah.

Apabila terjadi risiko kerusakan rumah atau kehilangan sebagian isinya maka ganti rugi dari Asuransi Kebakaran Syariah akan penuh dan cukup untuk membangun rumah atau membeli barang yang hilang kembali tanpa dipotong biaya penyusutan. Di Asuransi Kebakaran Syariah prinsip yang menjadi dasar asuransi tersebut dimodifikasi menjadi reinstatement atau replacement, artinya apabila terjadi risiko kerusakan rumah atau kehilangan isinya maka pembangunan kembali bangunan yang rusak atau penggantian barang yang hilang adalah dengan jumlah yang benar-benar cukup tanpa dikurangi biaya sedikitpun.

Kerugian/kerusakan terhadap bangunan atau isi yang disebabkan atau akibat dari :

o Kebakaran, peledakan, asap. o Petir atau Halilintar.


(58)

o Pencurian, kebongkaran.

o Kerusuhan, pemogokan, huru-hara, akibat perbuatan jahat,

penjarahan, sabotase, terorisme, makar.

o Tertabrak kendaraan, termasuk pesawat, kapal, reruntuhan dari

pesawat, roket, satelit.

o Tertumbuk binatang yang bukan piaraan. o Kejatuhan ranting atau pohon.

o Badai, Topan, atau air hujan. o Banjir

o Antena TV, Radio, parabola yang patah atau rubuh

Pengecualian Umum

1. Kerusakan/kerugian akibat penyusutan/aus

2. Kerusakan/kerugian langsung atau tidak langsung oleh:

o Serangga, kutu, binatang liar, korosi, karatan, embun o Perbuatan sengaja

o Setiap orang yang bertindak sesuai persetujuan anda o Kesalahan, kecerobohan dalam design

3. Kerusakan atas bangunan atau isi yang terjadi setelah 60 hari bangunan tersebut tidak dihuni secara terus menerus. Namun demikian anda tetap dijamin terhadap petir, gempa, kerusuhan, kapal, pesawat dan kejatuhan benda-benda angkasa, satelit, badai, topan dan air hujan.

4. Kerusakan/kerugian terhadap isi rumah tangga selagi dipindahkan dari bangunan rumah tersebut.

5. Kehilangan barang saat berada dalam kendaraan/mobil. 6. Kerusakan/kerugian yang disebabkan/timbul dari:

o Perang apakah perang tersebut dinyatakan atau tidak tindakan


(59)

o Harta banda yang mengalami proses pemanasan yang

disengaja.

o Radioaktif atau penugasan bocornya bahan bakar nuklir,

material dari nuklir atau limbah nuklir. 5) Asuransi Kebakaran

Memberikan pertanggungan pada harta benda berupa gedung/bangunan rumah, kantor, hotel, pabrik, toko, dan lain-lain, berikut isinya (perabotan, perlengkapan, furniture, mesin-mesin, persediaan bahan baku serta barang jadi dan lain-lain) terhadap kemungkinan kerugian yang disebabkan oleh resiko kebakaran, kejatuhan pesawat terbang, sambaran petir,

peledakan dan asap. Jenis asuransi kerugian yang memberikan jaminan/ganti rugi terhadap

bangunan atau isinya akibat kebakaran.

Risiko-risiko yang dijamin di dalam polis Asuransi Kebakaran terdiri dari 2 (dua) bagian besar yaitu :

a. Jaminan standar asuransi kebakaran b. Jaminan tambahan atau perluasan

Jaminan Standard

• Kebakaran : Kebakaran yang ditimbulkan oleh api sendiri, akibat kurang hati-hati, kesalahan pelayan sendiri, tetangga, perampok, ataupun sebab lainnya.

• Petir : Kerusakan dan/atau kerugian terhadap harta benda yang dipertanggungjawabkan akibat tersambar petir.


(60)

• Peledakan : Segala macam ledakan terkecuali ledakan yang ditimbulkan atau disebabkan oleh tenaga nuklir

• Kejatuhan Pesawat Terbang : Kerusakan dan/atau kerugian atas harta benda yang dipertanggungkan akibat Kejatuhan Pesawat Terbang atu Benda-benda yang jatuh dari Pesawat Terbang.

• Asap : Asap yang berasal dari kebakaran harta benda dan/atau kepentingan yang dipertanggungkan.

Jaminan Tambahan atau Perluasan

Dengan tambahan Premi, maka jaminan Standard Asuransi Kebakaran Indonesia dapat diperluas dengan jaminan tambahan yang diinginkan. Jaminan Terhadap Kerusakan Akibat :

• Kerusuhan dan Pemogokan, Kerusakan akibat Perbuatan Jahat, Tertabrak Kendaraan.

• Angin Topan, Badai, Banjir dan Kerusakan Akibat Air.

• Tanah Longsor

• Biaya-biaya Pembersihan Puing

6) Asuransi Ke c e la ka a n Diri

Asuransi kecelakaan dirimemberikan jaminan/manfaat bagi seseorang yang mengalami kerugian "keuangan" yang diderita tertanggung yang diakibatkan oleh suatu kecelakaan yang dialaminya.


(61)

Objek Pertanggungan

Hampir setiap orang dengan berbagai profesi/pekerjaan dengan usia antara 5 sampai 60 tahun

Objek tertanggung

Yang menjadi tertanggung dalam Asuransi Kecelakaan Diri adalah :

• Perorangan

• Grup / Kelompok Manfaat

Jaminan yang diberikan adalah Luka Badan atau Meninggal dunia akibat kecelakaan.

Prosedur Penutupan

Mengajukan Permohonan Penutupan dengan data yang dibutuhkan seperti; Usia dan Pekerjaan


(62)

A. Dampak Krisis Global Terhadap Industri Asuransi

Krisis ekonomi global yang dipicu oleh gagalnya sub prime

mortgage di Amerika telah memakan korban lembaga keuangan di Amerika yang akhirnya pailit atau bangkrut. Yang paling mencolok adalah Lehman Brothers yang dianggap salah satu lembaga keuangan terbesar di Amerika yang telah berdiri sejak tahun 1895, siapa yang sangka perusahaan sekaliber Lehman Brothers dapat terpuruk sedemikian parahnya.. Akibat dari gejolak finansial itu adalah jatuhnya Index Harga Saham di NewYork Stock Exchange (NYSE). Krisis finansial tersebut kemudian menjalar ke bursa regional dan lembaga keuangan di seluruh Uni Eropa, Asia dan terakhir berdampak pada Bursa Saham Jakarta (JSX). Nilai index diatas 2,500 anjlok hingga dibawah 1.600. Saham-saham unggulan pun ikut bertumbangan dan para investor kelihatannya sudah kehilangan akal sehat dan panik sehingga perdagangan di BEJ sempat di suspend (dihentikan).

Menurut para analis internasional maupun lokal, dampak krisis ekonomi global ini akan berdurasi kurang lebih 2 tahun kedepan sampai


(63)

mencapai keseimbangan baru. Saat ini masyarakat tertentu yang sangat membutuhkan liquiditas untuk menopak kegiatannya dan aksi jual saham, beli dollar, beli emas, jual Rupiah, jual instrumen investasi lainnya, beli tanah, jual dan beli properti semakin marak. Melihat aktifitas seperti ini, kira kira bagaimana dampaknya terhadap industri Asuransi di Indonesia.

Dampak pertama dari krisis ekonomi global terhadap industri asuransi umum di Indonesia khususnya adalah tergerus dan berkuranngya pendapatan investasi perusahaan perusahaan Asuransi dan pada akhirnya mengurangi Net Profit perusahaan. Instrumen investasi sepeti reksadana, saham, obligasi dan unit link seluruhnya mengalami penurunan nilai yang cukup signifikan dan pada akhirnya berimbas pada pendapatan lain (selain premi) perusahaan asuransi umum. Dampak berikutnya adalah akan berkurangnya penutupan polis asuransi umum seperti Asuransi Kebakaran/Properti karena masyarakat akan mulai menunda pembelian rumah baru atau properti baru akibat kenaikan tingkat suku bunga KPR. Di Indonesia kira-kira 70 % pembelian rumah adalah melalui skema KPR. Demikian juga untuk Asuransi Kendaraan Bermotor dimana masyarakat akan menunda pembelian mobil baru atau pun bekas karena naiknya tingkat suku bunga KPM.. Akibatnya pendapatan perusahaan pembiayaan (Leasing) akan berkurang secara signifikan demikian juga perusahaan asuransi umum yang mendapatkan bisnis dari perusahaan Leasing tersebut. Perusahaan perusahaan Asuransi umum yang terkait dengan


(64)

Bank sebagai penyedia kredit konsumen maupun kredit komersial akan merasakan dampak yang signifikan.

Dampak lainnya karena krisis keuangan global adalah

meningkatnya “moral hazard” tertanggung. Pembatalan polis ditengah

jalan atau melakukan “fraud claim” sangat dimungkinkan. Dikarenakan

krisis liquiditas atau tertanggung memerlukan uang tunai yang mendesak akibat permohonan kredit dari perbankan atau lembaga keuangan lainnya tertunda, maka salah satu jalan yang termudah bagi tertanggung adalah

melakukan “claim terorganisir”. Misalnya dengan membakar pabrik

secara rekayasa dan sengaja sehingga menimbulkan kerugian total loss. Jika tertanggung mengcover misalnya pabriknya senilai Rp. 10 milyar dan jika terjadi klaim kebakaran yang menghancurkan seluruh propertinya, maka tertanggung akan mendapatkan penggantian hampir senilai pertanggungan tersebut. Untuk itu perusahaan asuransi umum perlu meningkatkan kewaspadaannya terhadap “fraud claim” seperti tadi yang mungkin saja terjadi diwaktu mendatang.

Dunia bisnis asuransi syariah pun tidak serta merta dapat terhindar dari kriris yang sedang berlangsung. Saat ini asuransi syariah sibuk untuk menangkal dampak krisis lebih meluas, dampak ini tidak bersifat langsung. Asuransi syariah merupakan bagian dari lembaga keuangan yang mana didalamnya terdapat direct financial market dan ada indirect financial market. Ketika salah sistem keuangan terkena dampak krisis


(65)

keuangan ini maka asuransi syariah yang merupakan inderect akan ikut terkena imbasnya. Tidak menutup kemungkinan asuransi syariah akan berat merasakan krisis keuangan ini jika pada lembaga keuangan lain atau perusahaan-perusahaan lain yang menjadi klien perusahaan asuransi syariah terkena dampak dari krisis ini. Maka krisis keuangan yang dirasakan oleh asuransi syariah hanyalah efek dari yang lain yang menjadi partner asuransi syariah.

B. Dampak Krisis Ekonomi Global Bagi PT. Asuransi Bintang Syariah.

Krisis ekonomi global saat ini mengakibatkan dampak yang sangat signifikan terhadap lembaga-lembaga keuangan diantaranya, Bank, Asuransi, Dana Pensiun, Multifinance dan lembaga keuangan lainnya. Banyak lembaga keuangan kelas dunia seperti Lehman Brothers, AIG terpukul oleh krisis ini. Banyak ahli mengatakan penyebab dari krisis ini adalah underlying asset yang berupa kertas atau kepercayaan inilah yang

mengakibatkan hancurnya perekomian dunia.

Dampak yang mungkin akan timbul dari krisis ekonomi global terhadap industri asuransi di Indonesia khususnya adalah tergerus dan berkurangnya pendapatan investasi perusahaan asuransi dan pada akhirnya mengurangi


(66)

dan unit link seluruhnya mengalami penurunan nilai yang cukup signifikan dan pada akhirnya berimbas pada pendapatan lain.

Kemungkinan dampak selanjutnya adalah akan berkurangnya penutupan polis asuransi seperti asuransi kebakaran karena masyarakat akan mulai menunda pembelian rumah baru atau properti baru akibat kenaikan tingkat suku bunga KPR. Di Indonesia kira-kira 70% pembelian rumah adalah melalui skema KPR.

Dampak lainnya yang mungkin timbul karena krisis ekonomi global adalah meningkatnya “moral hazard” tertanggung. Pembatalan polis di tengah jalan atau melakukan “fraud claim” sangat dimungkinkan. Dikarenakan krisis liquiditas atau tertanggung memerlukan uang tunai yang mendesak akibat permohonan kredit dari perbankan atau lembaga keuangan lainnya tertunda, maka salah satu jalan termudah bagi tertanggung adalah melakukan “claim terorganisir”. Misalnya dengan membakar pabrik secara rekayasa dan sengaja sehingga menimbulkan kerugian total loss. Jika tertanggung mengcover misalnya pabriknya senilai Rp. 10 milyar dan jika terjadi klaim kebakaran yang menghancurkan seluruh propertinya, maka tertanggung akan mendapatkan penggantian hampir senilai pertanggungan tersebut. Untuk itu perusahaan asuransi perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap “fraud claim” seperti tadi yang mungkin saja terjadi di waktu mendatang.


(1)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 sangat memungkinkan timbulnya dampak terhadap industri asuransi. Dampak itu adalah tergerus dan berkurangnya pendapatan investasi perusahaan asuransi dan pada akhirnya mengurangi net-profit perusahaan, akan berkurangnya penutupan polis asuransi seperti asuransi kebakaran karena masyarakat akan mulai menunda pembelian rumah baru atau properti baru akibat kenaikan tingkat suku bunga KPR, dan meningkatnya “moral hazard” tertanggung dengan membatalan polis di tengah jalan atau melakukan “fraud claim” sangat dimungkinkan dengan melakukan “claim terorganisir”.

2. Ada dua dampak dari krisis ekonomi global yang terjadi di PT. Asuransi Bintang Syariah, yaitu; adanya penurunan nilai investasi, yang berakibat pada menurunnya net-provit perusahaan dan adanya penurunan pada daya beli masyarakat (penurunan pada penjualan) terhadap produk-produk yang

73 74


(2)

ditawarkan oleh perusahaan, oleh sebab penurunan pendapatan masyarakat sehingga mereka berfikir ulang untuk mengikuti asuransi.

3. Untuk mencegah dampak krisis tersebut lebih luas maka PT. Asuransi Bintang Syariah telah membuat strategi-strategi sebagai langkah-langkah pencegahan. Strategi-strategi itu adalah;

a) Strategi dalam mencegah menurunnya investasi adalah dengan memberikan kontribusi terhadap nasabah yang membayar premi dengan baik sehingga akan menambah surplus, mak dibutuhkan mekanisme pengelolaan dengan sistem sharing, nasabah dapat dibantu dengan surplus pada tahun berikutnya, b) melakukan proteksi asuransi yang sangat ketat, c) analisa resiko juga harus benar-benar ketat kepada peserta asuransi (nasabah) yang melakukan klaim.

b) Strategi dalam menaikkan daya beli masyarakat terhadap produk-produk yang ditawarkan PT. Asuransi Bintang Syariah adalah dengan; 1) meningkatkan volume penjualan atau pemasaran produk, 2) memperbanyak jumlah tenaga penjual (marketing), 3) mencari sasaran peserta asuransi yang memiliki kualitas besar dan konsumen yang potensial, 4) tidak menaikkan harga atau tarif.


(3)

76

B. Saran-saran

1. PT. Asuransi Bintang Syariah sebagai perusahaan yang berbasis pada syariah tidak terlalu terkena imbas oleh adanya krisis ekonomi global, ini disebabkan oleh sistem syariah yang terhindar dari adanya unsur Gharar (ketidakjelasan), Riba, maisir. Yang ada adalah tabarru, taawun atau takaful dan juga adanya pengawasan seluruh aktivitas kegiatannya dari Dewan Pengawas Syariah (DPS). Oleh karena itu, penulis sarankan agar PT. Asuransi Bintang Syariah jangan pernah puas apa yang telah didapat. Tingkatkan terus kualitas yang ada agar tercapai hasil yang maksimal.

2. Hendaknya PT. Asuransi Bintang Syariah meluaskan jaringan pemasarannya ke seluruh kota-kota besar di seluruh indonesia sehingga perusahaan akan semakin besar.

3. PT. Asuransi Bintang Syariah hendaknya mengembangkan media promosi dengan menjadi sponsor dalam kegiatan sosial, seperti menjadi sponsor dalam kegiatan pengobatan gratis untuk rakyat menengah ke bawah, khitanan massal dan lain sebagainya.


(4)

Ali, AM, Hasan, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis Praktis, (Jakarta: Intermedia, 2006)

Amsyari, Fuad, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, (Bandung: Penerbit Mizan, 1990), Cet ke-1.

Amirullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002), Cet ke-1

Assauri, Sofyan, Manajemen Pemasaran, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Ed. 1. Cet. Ke-7

David, Fred. R., Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhallindo, 2002. Dewi, Gemala, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankkan dan Perasuransian

Syariah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004)

DSN Majlis Ulama Indonesia (MUI), Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Jakarta: Intermesa, 2003), Edisi 2, Cet ke-1

Departemen Pendidikan dan Kebuyaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997)

http://asuransisyariah.myblogerrepublika.com http://hndwibowo.blogspot.com

http://kammiunhas.blogspot.com

http://megainsurance-surabaya.blogspot.com http://www.wikimu.com

http://www.sumbawanews.com/old/?view http://assvariabdullah.blogspot.com


(5)

78

Iqbal, Muhaimin. ”Asuransi Setelah Fatwa Bunga Bank Riba oleh MUI” (makalah diskusi Intern AASI,2003).

Kadarman, A.M. et.al, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: PT. Prenhallindo, tth)

Kusjadi, Esensi Pemasaran Suatu Pegangan dan Praktek, (Salatiga: Widyasari Press, 2001), cet ke-1

Kridalaksana, Hari Murti, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, (Jakarta: Nusa Indah, 1981)

Kusjadi, Esensi Pemasaran Suatu Pegangan dan Praktek, (Salatiga: Widyasari Press, 2001), cet ke-1

Larreche, Boyd Walker, Manajemen Pemasaran (Suatu Pendekatan Strategi dengan Orientasi Globa), (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2000), Edisi ke 2

Lifelet PT. Asuransi Bintang Syariah

Lupiyodi, Rambat, Manajemen Pemasaran Jasa, Teori dan Praktek, (Jakarta: Salemba Empat, 2001)

Mahalli, Ahmad Mudjab, Hadits-Hadits Mutafak’alaih bagian Manakahat dan Mu’amalah, (Jakarta: Kencana, 2004), ed. 1

Nawawi, Hadari, Manajemen Strategik Organisasi Non-Profit Bidang Pemerintahan dengan Illustrasi di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press, 2000) Cet ke-1

Purwosutcipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 6, (Jakarta: Djambatan, 1996), Cet ke-4

Sardar, Ziauddin, Tantangan Dunia Islam Abad 21, Terjemahan A.E. Priyono dan Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 1996)

Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi VI, 2004), Edisi ke-4

Sula, Muhammad Syakir, Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gemala Insani, 2004)


(6)

Stoner, James AF, dan Edward Freeman, Manajemen, diterjemahkan oleh Wilhemus W. Bakowatun dan Benyamin Mohan, (Jakarta: Intermedia, 1994)

Sutarmadi, A, Visi Misi dan Langkah Strategi, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2002)

Suhendi, Hendi “Fiqh Muamalah”, Ed 1-3 (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 58

______________ dan Yusuf Denik, Asuransi Takaful: Dari Teori ke Praktis, (Bandung : Mimbar Pustaka, tth).

Syaikh, Abdul Aziz, bin Abdullah bin Bazz, “Mu’amalatu ar-Ribawiyat, Fahrash Maktabah Fahd Al-Wathahniyah”, 1424 H, hlm. 30.

Syamsudin, Din, Etika Agama dan Membangun Masyrakat Madani, (Jakarta: Logos, 2000)

Usman, Syarif, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam, (Jakarta: Firma Jakarta, tth)

Uchayana, Onong, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1992)

Wawancara dengan Bedjo, S.Sos. Assistant Vice President. PT. Asuransi Bintang Syariah pada tanggal 14 November 2009, bertempat di kantor PT. Asuransi Bintang Syariah Plaza Pondok Indah III.