Landasan Hukum Asuransi Syariah

Untuk berbagai bentuk investasi lainnya didasarkan atas petunjuk Dewan Pengawas Syariah.

4. Landasan Hukum Asuransi Syariah

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa hukum-hukum muamalah adalah bersifat terbuka, artinya Allah Swt dalam al-Qur’an hanya memberikan aturan yang bersifat garis besarnya saja. Selebihnya adalah terbuka bagi mujtahid untuk mengembangkannya melalui pemikirannya selama tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan hadits. 32 Hakikat asuransi secara Islami adalah saling bertanggung jawab, saling bekerja sama atau bantu membantu dan saling melindungi penderitaan satu sama lain. Oleh karena itu berasuransi diperbolehkan secara syariat, karena prinsip- prinsip dasar syariat mengajak kepada setiap sesuatu yang berakibat keeratan jalinan sesama manusia dan kepada sesuatu yang meringankan bencana mereka sebagaimana firman Allah Taala dalam al-Qur’an Surat al-Maidah 5 : 2 ⌧ Artinya: “.......dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan 32 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, h. 127 pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. QS. Al-Maaidah : 2 Selain semua itu, ada dasar-dasar syar’i yang menjadi landasan bagi penyelenggaran asuransi syariah, yakni: a Perintah Allah Swt untuk mempersiapkan hari depan Allah Swt berfirman dalam surat an-Nisa ayat 9: ِ Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. QS. An-Nisa : 9 Ayat ini menggambarkan kepada kita tentang pentingnya planning atau perencanaan yang matang dalam mempersiapkan hari depan. b Bahwa berasuransi tidak berarti menolak takdir Berasuransi tidaklah berarti menolak takdir atau menghilangkan ketawakalan kepada Allah Swt, karena segala sesuatunya terjadi setelah berfikir dengan baik, bekerja dengan penuh kesungguhan, teliti dan cermat. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, semuanya ditentukan oleh Allah Swt. Adapun manusia hanya diminta untuk berusaha semaksimal mungkin. Allah Swt berfirman dalam Surat Attaghabun ayat 11: ⌧ Artinya: “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. QS. Attaghabuun: 11 Jadi pada dasarnya Islam mengakui bahwa kecelakaan, musibah, kematian merupakan qodho dan qodar Allah yang tidak dapat ditolak. Hanya kita diminta untuk membuat perencanaan hari depan. Allah Swt berfirman; ☺ ☺ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat; dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. QS. Al-Hasyr : 18 Selain landasan secara syar’i ada juga landasan hukum asuransi syariah yang diputuskan oleh pemerintah, yakni: a Fatwa Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia No. 21DSN- MUIX2001 tentang pedoman umum asuransi syariah. Fatwa tersebut dikeluarkan karena regulasi yang ada tidak dapat dijadikan pedoman untuk menjalankan asuransi syariah. 33 b Peraturan Perundang-undangan yang telah dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan asuransi syariah yaitu: 1 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 421KMK.062003 tentang penilaian kemampuan dan kepatutan bagi direksi dan komisaris perusahaan perasuransian 2 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 422KMK.062003 tentang penyelenggaraan usaha perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi. 3 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 423KMK.062003 tentang pemeriksaan perusahaan perasuransian. 4 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 424KMK.062003 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi 5 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 425KMK.062003 tentang perizinan dan penyelenggaraan kegiatan usaha perusahaan penunjang usaha asuransi. 33 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, h. 128 6 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 426KMK.062003 tentang perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi. 7 Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No. Kep.4499LK2000 tentang jenis, penilaian dan pembatasan investasi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan sistem syariah. 34 34 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, h. 128-129

BAB III GAMBARAN UMUM PT. ASURANSI BINTANG SYARIAH

A. Sejarah Berdirinya PT. Asuransi Bintang Syariah