Dalam mengambil tindakan korektif tidak harus berarti bahwa strategi yang sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan strategi baru harus
dirumuskan. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang dibayangkan pada awal atau pencapaian yang
direncanakan, maka disitulah tindakan korektif diperlukan. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan hari ini bukan merupakan
jaminan keberhasilan di masa yang akan datang. Evaluasi juga sangat diperlukan untuk sebuah organisasi maupun perusahaan dari semua sektor kegiatan dengan
mempertanyakan pertanyaan dan asumsi manajerial.
B. Asuransi Syariah
1. Pengertian Asuransi Syariah
Asuransi berasal dari bahasa Belanda Assurantie yang kemudian menjadi Asuransi dalam bahasa Indonesia, namun istilah Assurantie itu sendiri sebenarnya
bukanlah istilah ahli bahasa Belanda akan tetapi dalam bahasa Latin yaitu Assecurare
yang berarti menyakinkan orang. Kata ini kemudian dikenal dalam bahasa Perancis Assurance demikian pula dengan istilah Assuradeur yang berarti
yang berarti penanggung dan Geassureende yang berarti tertanggung, keduanya berasal dari perbendaharaan bahasa Belanda sedangkan dalam bahasa Inggris
istilah pertanggungan dapat diterjemahkan menjadi Insurance dan Assurance kedua kata ini sebenarnya mempunyai pengertian yang berbeda, Insurance
mengandung arti menanggung sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Sedangkan Assurance
berarti menanggung sesuatu yang pasti terjadi, istilah Assurance lebih lanjut dikaitkan dengan pertanggungan yang berkaitan dengan masalah jiwa
seseorang.
16
Dalam ekonomi Islam, Asuransi Syariah merupakan lembaga keuangan Syariah non-Bank, yang bergerak dibidang jasa penjamin atau pertanggungan
resiko. Karenanya Asuransi Syariah dapat dilihat sebagai lembaga keuangan non Bank yang beroperasi dalam bidang pertanggungan atau pinjaman risiko kepada
para nasabah.
17
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No 21DSN-MUIIII2002 tentang Asuransi Syariah yaitu usaha saling melindungi dan tolong menolong
diantara sejumlah orang atau pihak melalui infestasi untuk menghadapi risiko tertentu melalui perikatan yang sesuai dengan syariah.
18
Sedangkan pada pasal 246 KUHD Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian timbal balik, dengan mana seorang penanggung mengikatkan
diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya, karena suatu kerugian, kerusakan atau
16
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi VI, 2004, edisi ke-4, h. 419
17
Hendi Suhendi dan Denik, Yusuf, Asuransi Takaful: Dari Teori ke Praktis, Bandung: Mimbar Pustaka, tth, h. 3
18
Dewan Syariah Nasional DSN Majlis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional,
Jakarta: Intermesa, 2003, Edisi 2, Cet ke-1, h. 135
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.
19
Berdasarkan definisi tersebut maka dalam asuransi terkandung tiga unsur, yakni:
a Pihak Tertanggung Insured yang berjanji untuk membayar uang premi
kepada pihak penanggung, secara sekaligus atau angsuran. b
Pihak Penanggung Insurer yang berjanji akan membayar sejumlah uang santunan kepada tertanggung, apabila terjadi sesuatu resiko yang
mengandung unsur ketidakpastian. c
Suatu peristiwa Accident yang tidak diketahui sebelumnya. Dalam Undang-undang No. 2 tahun 1992, dirumuskan definisi asuransi
yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan rumusan yang terdapat dalam pasal 246 KUHD.
Definisi Asuransi menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian Bab 1 Pasal 1: “Asuransi atau
Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul
19
Purwosutcipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 6, Jakarta: Djambatan, 1996, cet – 4, h. 1
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
20
Jadi Asuransi Syariah adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yaitu tertanggung dan penanggung, dimana tertanggung berkewajiban membayar premi
yang telah disepakati sebelum adanya penutupan asuransi dan penanggung berkewajiban membayarkan sejumlah uang jika terjadi sesuatu yang tidak
diketahui kapan terjadinya yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan yang pengoperasiannya berdasarkan prinsip-
prinsip Syariah Islam. Risiko yang dihadapi oleh manusia yang paling besar hanya ada dua, yakni; hidup yang terlalu lama dan kematian yang terlalu cepat.
Asuransi sebagai sebuah mekanisme perlindungan merupakan langkah yang tepat bagi seseorang untuk membagi atau mengalihkan suatu resiko, karena asuransi
menjawab rasa aman bagi setiap orang.
2. Sejarah Asuransi Syariah di Indonesia