LANDASAN TEORI A. PROFIL LAZIS PLN P3B JAWA BALI DAN POS KEADILAN PEDULI UMMAT ANALISIS POLA KERJASAMA ANTARA LAZIS PLN P3B JAWA BALI DENGAN PKPU PENUTUP A. PENDAHULUAN LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah........................................................... B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

D. Kajian Pustaka

E. Metode Penelitian

F. Sistematika Penulisan

BAB II : LANDASAN TEORI A.

Pengertian Pola kerjasama B. Pemberdayaan Zakat 1. Pengertian Pemberdayaan 2. Pengertian Zakat C. Lembaga Amil Zakat 1. Pengertian Lembaga Amil Zakat 2. Dasar Hukum Lembaga Amil Zakat

BAB III : PROFIL LAZIS PLN P3B JAWA BALI DAN POS KEADILAN PEDULI UMMAT

A. Profil LAZIS PLN P3B Jawa Bali 1. Latar Belakang LAZIS PLN P3B Jawa Bali 2. Visi Misi dan Tujuan 3. Struktur Organisasi B. Profil Pos Keadilan Peduli Ummat 1. Latar Belakang Pos Keadilan Peduli Ummat 2. Visi Misi dan Tujuan 3. Program Kerja

4. Struktur Organisasi

C. Prospek

1. Visi dan Misi

2. Sumber Daya Prospek 3. Sumber Dana

BAB IV : ANALISIS POLA KERJASAMA ANTARA LAZIS PLN P3B JAWA BALI DENGAN PKPU

A. Mekanisme Kerjasama ANTARA LAZIS PLN P3B Jawa Bali dengan PKPU B. Aplikasi Pola Kerjasama antara LAZIS PLN P3B Jawa Bali dengan PKPU C. Dampak Kerjasama antara LAZIS PLN P3B Jawa Bali dengan PKPU

BAB V : PENUTUP A.

Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL 1. Tabel 4.1 Perkembangan Dana Zakat LAZIS PLN P3B Jawa Bali Tahun 2003-2004 2. Tabel 4.2 Metode PenyaluranPemberdayaan Dana Zakat 3. Tabel 4.3 Alokasi Penyaluran Dana Zakat LAZIS PLN P3B Jawa Bali 4. Tabel 4.4 Daftar Kegiatan dan Tolak Ukur Kinerja. 5. Tabel 4.5 Hasil yang Dicapai LAZIS PLN P3N Jawa Bali dengan PKPU

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Krisis moneter pada pertengahan 1997 membawa perekonomian Indonesia kearah kemunduruan, sehingga mengakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran dan orang miskin. Kemiskinan dan pengangguran tersebut nampaknya masih menjadi problematika yang harus kita hadapi sampai sekarang, berdasarkan data tahun 2006 tingkat kemiskinan mencapai 39.5 persen dan pengangguran mencapai 11 persen. Hal ini menjadi indikator bahwa kita masih belum mampu melepaskan diri dari keterpurukan. 1 Pertambahan jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan bukanlah karena persoalan kekayaan yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk, akan tetapi karena persoalan distribusi dan akses ekonomi yang tidak adil disebabkan tatanan sosial yang buruk serta rendahnya rasa kesetiakawanan diantara sesama masyarakat. Adapun beberapa penyebab kemiskinan, antara lain: 2 kemiskinan natural, serperti alam yang tandus, kering dan sebagainya; kemiskinan 1 Didin Hafidhuddin, “Islam dan Strategi Penangulangan Kemiskinan”, Makalah Seminar Peranan Wakaf, Zakat, dan Lembaga Syariah Dalam Mambangun Perekonomian Ummat dan Pengentasan Kemiskinan di Auditorium Perum Pegadaian Jakarta: Auditorium Perum Pegadaian, 2007, h. 1-2, t.d. 2 Ibid kultural yaitu karena perilaku yang malas, tidak mau bekerja dan mudah menyerah; dan kemiskinan struktural yaitu karena adanya berbagai peraturan dan kebijakan pemerintah yang kurang berpihak kepada masyarakat miskin, seperti kebijakan dalam ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Dan lingkaran kemiskinan yang terbentuk dalam masyarakat kita lebih banyak disebabkan oleh kemiskinan struktural sehingga untuk mengatasi dibutuhkan instrument yang dapat mengatasi masalah-masalah kemanusiaan, seperti pengentasan kemiskinan dan kesenjangan sosial akibat perbedaan dalam kepemilikan kekayaan, instrument tersebut adalah zakat. Zakat adalah rukun Islam yang kelima, perintah zakat banyak disejajarkan dengan perintah sholat. 3 Dalam Al-qur’an terdapat 28 ayat yang menjelaskan perintah tersebut, salah satunya seperti dijelaskan dalam surat QS. Al-Baqarah 2: 43 ☺ ⌧ ⌧ ةﺮﻘ۹ﻟا : Artinya: “Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang- orang yang ruku”. Dengan demikian menurut sebagian ulama besar, jika sholat adalah tiang agama maka zakat adalah mercusuarnya. Dengan kata lain sholat merupakan ibadah jasmani yang paling mulia, sedangkan zakat dipandang sebagai ibadah 3 Sadiq Syaikh As-Sayyid, Panduan Zakat Menurut Al-Quran dan As-Sunnah Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2005, cet. I, h.1 yang berhubungan dengan kemasyaratan yang paling mulia, jadi sholat merupakan wakil dari hubungan kita dengan Allah, sedangkan zakat merupakan wakil dari hubungan kita terhadap sesama manusia. Zakat sebagai salah satu rukun Islam, memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya. Sebagaimana digambarkan dalam surat At-Taubah 9:60 ☺ ☺ ☺ ⌧ ⌧ ☺ ﺔ۸ﻮﺘﻟا ٦ : ٩ Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Keunikannya adalah terletak pada penyebutan amilin para petugas zakat secara eksplisit. Artinya, zakat adalah satu-satunya ibadah yang memiliki petugas khusus dalam pelaksanaannya, dimana tidak ada ibadah lain yang memiliki ciri yang serupa dengan zakat, tentunya ini memberikan gambaran kepada kita akan pentingnya peranan amilin di dalam proses pelaksanaan zakat. Hal ini menunjukan bahwa amilin memiliki peran strategis di dalam menentukan efektivitas dan keberhasilan pelaksanaan zakat sebagai instrument pengentasan kemiskinan dan kesenjangan sosial. Mengingat pentingnya peranan amil zakat maka pemerintah mengeluarkan undang-undang No. 38 Tahun 1999 mengenai badan atau organisasi pengelola zakat yang memiliki tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. 4 Dengan dikeluarkannya undang-undang tersebut, perkembangan dan pertumbuhan lembaga pengelola zakat dalam beberapa tahun terakhir berkembang positif dengan berjamurnya organisasi dan lembaga pengelola zakat tak hanya di masyarakat, bahkan kini juga muncul di lembaga-lembaga resmi pemerintah maupun badan usaha swasta. Salah satunya lembaga pengelola zakat yang saat ini sedang berkembang adalah LAZIS PT PLN PERSERO P3B Jawa Bali. Tugas lembaga pengelola zakat mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat, dan lembaga pengelola zakat juga dapat mengumpulkan infak dan sodaqah dari masyarakat. Sehingga dana ZIS sangat dimungkinkan digunakan untuk membiayai program-program kreatif antara lain: pengembangan sumber daya manusia, pengembangan ekonomi, perbaikan mutu kesehatan, serta santunan guna memenuhi kebutuhan pokok. Makin besar dana ZIS yang dikelola oleh lembaga pengelola zakat, maka makin besar pula kontribusinya terhadap pengentasan kemiskinan. 4 Departemen Agama Republik Indonesia, Undang-Undang RI No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Jakarta: Departemen Agama RI, 2002, h. 45. Namun ternyata badan dan lembaga zakat yang ada saat ini belum cukup mengatasi hal tersebut, karena jumlah kaum miskin dari tahun ke tahun semakin meningkat, sedangkan perolehan zakat, infak dan sodaqoh ZIS belum dapat mengimbangi jumlah peningkatan penduduk miskin. Padahal potensi dana zakat di Indonesia sangat besar, pada tahun 2006 mencapai Rp 19.3 Triliun, namun dana yang dapat dihimpun dari ratusan lembaga amil zakat hanya sebesar Rp 830 Miliar. Angka ini menggumpal di lembaga perintis LAZ berbasis LSM dan BAZ yang dikelola pemerintah atau BUMN. 5 Masalah ini banyak disebabkan kurangnya kepercayaan masyarakat kepada lembaga pengelola zakat karena dipandang belum amanah, sehingga sebagian masyarakat masih menggunakan pola tradisional yakni memberikan zakat langsung kepada ulama dan tokoh masyarakat lainnya untuk kemudian didistribusikan kepada umat, selain itu adanya perbenturan antara organisasi pengelola zakat yang menimbulkan kekhawatiran terjadinya persaingan secara tidak sehat, perasaan merasa lahannya terganggu, sehingga terkesan lembaga- lembaga tersebut berjalan sendiri-sendiri. Dan yang terakhir masih adanya kelemahan dalam aspek Sumber Daya Manusia SDM pengelola zakat, selain minimnya tenaga profesional, para pengelola zakat tidak sedikit hanya bekerja part time paruh waktu saja sehingga hasilnya tidak maksimal. 6 5 Edy Suriyanto,“LAZISMU mulai melirik Non-Zakat”, artikel diakses pada tanggal 28 Agustus2007darihttp:www.muhamadiyah.or.idindex.php?option=comcontenttask=viewid=3928 itemid=2lang=id 6 Abdul Siddiq,”Agar Zakat Berdaya Optimal”, Republik, 11 Juli 2003, h.15 Hal itu pula yang dialami oleh Lembaga Amil Zakat yang sedang berkembang yaitu Lembaga Amil Zakat, Infak dan Shodaqoh PT PLN PERSERO Penyaluran dan Pusat Pembagian Beban Jawa Bali yang selanjutnya disingkat menjadi LAZ PT PLN PERSERO P3B JB. Lembaga yang selalu berusaha untuk menjadi lembaga pengelola zakat yang jujur, cerdas, amanah dan informatik dalam pelaksanaannya dengan berusaha memperoleh kepercayaan dari seluruh muzakki dengan mensosialisasikan secara transparan dan bertanggung jawab dalam penerimaan, pengelolaan dan penyaluran dana zakatnya. Untuk mencapai tujuannya tersebut maka LAZIS PLN P3B JB melakukan kerjasama dengan lembaga pengelola zakat yang sudah berpengalaman sehingga potensi zakat yang cukup besar itu dapat kita manfaatkan dengan sebaiknya agar dapat megembangkan perekonomian umat yang dapat berdampak pada masalah pengentasan kemiskinan. Oleh sebab itu penulis tertarik membahas masalah ini dan mengambil judul: “Pola Kerjasama Antara Lembaga Amil Zakat Infak Shodaqoh LAZIS PLN P3B Jawa Bali dengan Pos Keadilan Peduli Ummat PKPU dalam Pemberdayaan Dana Zakat”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Mengingat masalah LAZIS PLN P3B JB dan PKPU sangat luas maka dalam penulisan skripsi, penulis melakukan pembatasan masalah yaitu: Peranan LAZIS PLN P3B dan PKPU dalam melakukan kerjasama pengelolaan dana zakat dan pola kerjasama yang terbentuk antara LAZIS PLN P3B dan PKPU. Sedangkan perumusan masalah yang akan penulis uraikan adalah: 1. Bagaimana pola kerjasama yang terbentuk antara LAZIS PLN P3B dengan PKPU? 2. Bagaimana kerjasama antara LAZIS PLN P3B JB dengan PKPU dalam proses peningkatan dan pemberdayaan dana zakat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui lebih jauh pola kerjasama yang terbentuk antara LAZIS PLN P3B JB dengan PKPU. 2. Mengetahui apa program yang dilakukan oleh LAZIS PLN P3B JB dengan PKPU. 3. Memberikan gambaran tentang pola kerjasama yang terbentuk antara LAZIS PLN P3B JB dengan PKPU. 4. Secara teoritis memberiken gambaran khazanah keilmuan kepada penulis. 5. Menambawah wawasan kepada pembaca skripsi tentang pola kerjasama LAZIS PLN P3B JB dengan PKPU. Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis, merupakan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan teori- teori yang diperoleh ke dalam praktek yang sesungguhnya, khususnya kepada lembaga yang diteliti. 2. Bagi jurusan muamalat, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang berharga perihal kerjasama antara lembaga zakat. 3. Bagi LAZIS PLN P3B JB dan PKPU, diharapkan menghasilkan informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan kerjasama antara keduanya, sehingga dalam bekerjasama dapat lebih efektif. 4. Bagi dunia pustaka, hasil penelitian ini diharapka dapat digunakan sebagai sumbangan yang berguna untuk memperkaya koleksi dalam ruang lingkup karya penelitian. D. Kajian Pustaka Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan, penulis melihat masalah ini tampaknya masih kurang mendapat perhataian, untuk itu penulis menggunakan kajian pustaka penulisan ini adalah: 1. Eva Rianti pada tahun 2005 7 sifat penelitiannya kualitatif, tentang efektifitas pendayagunaan zakat dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, disimpulkan bahwa zakat yang efektif adalah zakat yang penyalurannya harus produktif. 2. Muhammad Andhi Fakhri tahun 2006 8 sifat penelitian kualitatif, tentang peran LAZ PT. PLN Persero P3B dalam pengembangan masyarakat di desa 7 Eva Rianti, “Efektivitas Pendayagunaan Zakat dalam Pemberdayaaan Ekonomi Masyarakat,” Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005 8 Muhammad Andhi Fakhri, “Peran LAZ PT. PLN Persero P3B dalam pengembangan Masyarakat di Desa Blok Tangki Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Depok,” Skripsi SI Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006 Blok Tangki Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo Depok, disimpulkan bahwa dalam mengembangkan masyarakat di sana LAZ PLN P3B membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat KSM. 3. Wahyudi tahun 2005 9 sifat penelitan kualitatif, tentang sistem komunikasi LAZ dalam mensosialisasikan zakat profesi di PT. PLN Persero P3B Jawa Bali, disimpulkan bahwa sistem komunikasi antara sesama pengurus dalam mensosialisasikan zakat adalah sistem komunikasi organisasi. Penelitian di atas saling berkesinambungan dimana LAZ PLN P3B melakukan penghimpunan dana dari para karyawan melalui zakat profesi setelah itu untuk memberdayakan dana zakat tersebut mereka membentuk KSM dengan bekerjasama dengan lembaga lain.hal inilah yang sekarang penulis ingin teliti tentang efektifitas dari kerjasama tersebut.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan karena dilakukan dengan melakukan penelitian langsung ke LAZIS PLN P3B JB dan PKPU untuk melihat kerjasama antara keduanya. Dari segi data yang dikumpulkan, diolah dan dianalisis, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang merujuk pada data deskriptif deskriptif 9 Wahyudi, “Sistem Komunikasi LAZ dalam Mensosialisasikan Zakat Profesi di PT. PLN Persero P3B Jawa Bali,” Skripsi SI Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005 analysis . Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengukur dengan cermat terhadap fenomena tertentu, serta mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan uji hipotesa. 10 Penelitian ini cenderung deskriptif dana analisis, yang akan dideskripsikan adalah bentuk kerjasama antara LAZIS PLN P3B JB dengan PKPU. Sedangkan yang akan dianalisis adalah kerjasama yang terjadi antara keduannya dalam pemberdayaan dana zakat. 2. Sumber Data Sumber data yang penulis gunakan terdiri dari dua macam yaitu: a. Data Primer Primary Data Yaitu data yang diambil dari sumber pertama, yakni dari LAZIS PLN P3B JB dan PKPU, dalam bentuk laporan keuangan, dokumentasi LAZIS PLN P3B JB dan PKPU berupa notulen, Surat Keputusan SK, proposal kegiatan, kemudian media cetak yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas. b. Data Sekunder Secundary Data Yaitu data yang diambil atau didapat dari sumber kedua, yakni dari studi pustaka atau library reseach terutama dari buku-buku, majalah, makalah, surat kabar, website dan sebagainya. 10 Masri Singaringun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survei Jakarta: PT. Pustaka LP3ES h.4 3. Teknik Pengumpulan Data Adapun metode yang penulis gunakan dalam rangka pengumpulan data sebagai bahan penyusunan skipsi ini adalah sebagai berikut: a. Observasi, yakni mengamati dan melihat dari dekat kerjasama yang dilakukan antara LAZIS PLN P3B JB dan PKPU. b. Wawancara, yakni teknik tanya jawab secara lisan yang berpedoman pada pertanyaan terbuka kepada pihak LAZIS PLN P3B JB dan PKPU yang berkompeten dalam masalah ini. c. Studi dokumentasi, yakni mengumpulkan data dokumentasi tentang LAZIS PLN P3B JB dan PKPU berupa laporan keuangan, proposal kegiatan, notulen rapat, Surat Keputusan SK. Dan media cetak yang diterbitkan LAZIS PLN P3B JB dan PKPU. 4. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini menggunakan data kualitatif, sedangkan untuk data kuantitatif hanya sebagai data pendukung dan pelengkap data kualitatif. Dalam pengelolahan data kualitatif dilakukan dengan cara menstranskip hasil wawancara, mengedit data dan mengkatagorikan atau mengklasifikasikan datanya sesuai dengan masalah atau tema yang sedang dibahas, dan untuk mengelola data kuantitatif hampir sama dengan data kualitatif, yaitu mengedit dan kemudian mengklasifikasikan data sesuai masalah atau tema. 5. Teknik Analisa Data Teknik analisis data yang dipakai dalam menganalisis data kualitatif yaitu dengan menggunakan beberapa tahapan. Tahapan pertama dengan menggunakan analisis domein yaitu menganalisis hasil observasi dan hasil wawancara terfokus terhadap LAZIS PLN P3B JB dan PKPU. Tahap kedua analisis taksonomi, yaitu menganalisis hasil observasi dan wawancara dengan manajemen LAZIS PLN P3B JB dan PKPU, artinya data tersebut dianalisis berdasarkan pengelompokan data sesuai tema atau masalah yang dibahas. Tahap ketiga analisis komponen, yaitu analisis data berdasarkan unsur-unsur atau bagian dari hasil observasi dan wawancara dengan manajemen LAZIS PLN P3B JB dan PKPU, dan yang terakhir analisis tema, yaitu analisis data dari hasil komponen disesuaikan dan diarahkan sesuai dengan tema skripsi yang sedang dibahas atau diteliti. Sedangkan analisis data kuantitatif dengan berpatokan pada laporan keuangan yang diberikan LAZIS PLN P3B JB dan PKPU. 6. Pedoman Skipsi Dalam teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi menjadi lima bab dan tiap bab terbagi dalam sub bab dengan urutan pembahasan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab I, penulis akan menguraikan: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab II, penulis membahas tentang tinjauan umum tetang pola kerjasama, pemberdayaan, zakat dan lembaga amil zakat terdiri: pengertian, landasan hukum, dasar hukum , tugas dan fungsi, serta persyaratan.

BAB III : TINJAUAN UMUM LEMBAGA AMIL ZAKAT