Pengertian Pola Kerjasama Lembaga Amil Zakat

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pola Kerjasama

Kata “ pola” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya bentuk atau sistem. 11 Sedangkan kata “pola” dalam kamus popular artinya model, contoh, atau pedoman rancangan. 12 Pada pembahasan ini maka pola lebih tepat diartikan sebagai bentuk, karena memiliki keterkaitan dengan kata yang merangkainya yaitu pola kerjasama, yang berarti bentuk kerjasama. Sedangkan kerjasama berasal dari bahasa Inggris yaitu “cooperate”, “cooperation”, atau “cooperative”. Dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah kerjasama atau bekerjasama. Adapun pengertian kerjasama adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang lembaga, pemerintah untuk mencapai tujuan bersama. 13 Secara sederhana istilah kerjasama menggambarkan bahwa orang atau lembaga dalam mencapai tujuannya tidak bekerja sendiri, akan tetapi melibatkan orang atau pihak lain agar harapan dan tujuannya mendapatkan hasil yang lebih baik bersama. 11 Departemen Kebudayaan dan Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 2005, cet. III h.536 12 Puls A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer Surabaya: Artaloka, 1994, h. 605 13 Departemen Kebudayaan dan Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h. 753

B. Pendayagunaan Zakat

1. Pengertian Pemberdayaan

Kata pemberdayaan adalah terjemah dari istilah bahasa Inggris yaitu empowerment. Pemberdayaan empowerment berasal dari kata dasar power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em berasal dari bahasa latin dan Yunani, yang berarti di dalamnya, karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu kretivitas. Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia kata pemberdayaan diterjemahkan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan yang sebaik- baiknya dengan hasil yang memuaskan. 14 Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horison pilihan bagi masyarakat, dengan upaya pemberdayaan potensi, pemanfaat yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. 15 Amrullah Ahmad menyatakan bahwa pemberdayaan adalah sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahaan masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi dan lingkungan. Pemberdayaan diarahkan guna meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat secara produktif sehingga menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar. 14 Lili Badriadi, dkk, Zakat dan Wirausaha Jakarta: CED, 2005, h. 53 15 Ibid, h. 54

2. Pengertian Zakat

Ditinjau dari segi kata zakat mempunyai beberapa arti yaitu al-barakatu “keberkahan”, al-namaa “pertumbuhan dan berkembang”, ath-thaharatu “kesucian” dan ash-shalahu “keberesan” sedangankan secara istilah meskipun para ulama beberapa pendapatan akan tetapi pada prinsipnya sama yaitu zakat dari harta dengan persyaratan tertentu yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu. 16 Zakat secara bahasa atau etimologi berarti suci, bersih atau tumbuh sedangkan menurut istilah atau syara, zakat berarti mengeluarkan sejumlah harta tertentu untuk diberikan kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syara. 17 Adapun beberapa pengertian dari zakat yaitu: 18 a. Zakat ialah suatu yang diberikan orang sebagai hak Allah kepada yang berhak meneriman antara lain para fakir miskin menurut ketentuan agama Islam. b. Zakat menurut etimologi berarti berkembang dan bertambah, kalau diucapkan makna az-zur’u maka artinya tanaman untuk berkembang dan 16 Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern Jakarta: Gema Insani Press, 2002, h.7 17 M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih, cet. II, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1995, h. 427 18 Bagian Proyek Peningkatan Zakat dan Wakat, Pedoman Zakat 9 Seri, Jakarta, Departemen Agama, 2002, h. 67-68. bertambah. Sedangkan kalau diucapkan banfakah artinya berkembang dan mendapat berkah atau mendapatkan berkah kata zakat juga berarti suci. c. Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. d. Zakat adalah rukun Islam yang ketiga dasar hukum yang kewajibancukup banyak dijelaskan dalam Al-Quran dan Hadist. Hubungan pengertian zakat menurut bahasa dan menurut istilah, sangat nyata dan erat sekaligus yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang, bertambah, suci, dan beres baik. 19 1. Dasar Hukum Zakat Di dalam Al-Quran banyak sekali ayat yang memerintahkan kaum muslimin untuk mengeluarkan zakat. Diantaranya dalam surat At-Taubah 9: 103. ⌦ ☺ ﺔ۸ﻮﺘﻟا ٩ : Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” 19 Didin Hafiduddin, Anda Bertanya Tentang Zakat, Infak dan Sedekah Kami Menjawab Jakarta: BAZNAS, 2005, cet. Ke 1, h. 17-19. Dalam surat Al- Baqarah 2: 43 ☺ ⌧ ⌧ ةﺮﻘ۹ﻟا : Artinya: “Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku” 2. Manfaat dan Hikmah Zakat Zakat mengandung hikmah dan manfaat yang sangat besar dan mulia, baik bagi orang yang berzakat muzakki, penerimanya mustahik, harta yang dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat keseluruhan. 20 Hikmah dan manfaat tersebut sebagai berikut: Pertama, sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki. Kedua, zakat merupakan hak mustahik, maka zakat berfungsi menolong, membantu dan membina mereka terutama fakir miskin, kearah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan 20 Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern Jakarta: Gema Insani, 2002, cet. I, h. 10-15 layak yang berdampak hilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin timbul karena melihat orang kaya yng memiliki harta yang cukup banyak. Ketiga, sebagai pilar amal bersama antara orang-orang kaya yang hidupnya berkecukupan dengan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk berjihad di jalan Allah SWT. Selain itu zakat merupakan salah satu bentuk kongret dari jaminan social yang disyariatkan oleh ajaran Islam. Keempat sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana dan prasana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, social maupun ekonomi, sekaligus sarana pengembangan kualitas sumber daya manusia muslim. Kelima, untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukan membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari harta kita yang diusahakan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan syara. Keenam, dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu instrument pemerataan pendapatan, sebab jika zakat dapat dikelola dengan baik dapat membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan. Ketujuh, dengan adanya dorongan untuk membayar zakat, infak, dan sedekah kepada orang-orang yang beriman, dapat mendorong orang untuk bekerja dan berusaha. 3. Orang yang Berhak Menerima Zakat Berdasarkan firman Allah SWT surat At-Taubah ayat 60, zakat diberikan kepada delapan ashnaf. 21 a. Fakir adalah orang yang tidak mempunyai mata pencaharian atau penghasilan tetap dan kehidupannya di bawah garis standar hidup minimal. b. Miskin adalah orang yang mempunyai mata pencaharian atau penghasilan tetapi belum cukup untuk memenuhi standar hidup bagi diri dan keluarganya. c. Amil adalah orang, lembaga atau badan yang bertugas mengurus menerima dan menyalurkan zakat. d. Muallaf adalah orang yang diharapkan kecenderungan dan hati dan keyakinannya untuk beriman atau tetap beiman kepada Allah SWT dan mencegas agar mereka tidak berbuat jahat bahkan diharapkan meraka akan membela atau menolong kaum muslimin. e. Riqab adalah budak yang sedang berusaha membebaskan dirinya dari tuhannya. Pada perkembangannya pengertian budak adalah golongan atau bangsa yang sedang membebaskan diri dari ekspolitasi pihak lain. 21 Lili Badriadi, dkk, Zakat dan Wirausaha Jakarta, CED, 2005, cet 1, h. 12-15 f. Gharim adalah orang yang karena kesulitan hidupnya karena terlilit hutang sehingga tidak dapat membayar hutangnya. Pengertian ini berkembang pada orang yang dinyatakan pailit pada usahanya, sehingga ia kesulitan dalam memenuhi keperluan hidupnya disamping kewajiban hutang yang harus dibayar g. Sabilillah adalah orang yang berjuang dij alan Allah SWT untuk kejayaan agama Islam. Oleh karena itu sabilillah dapat diartikan pula sebagai usaha perorangan atau badan yang bertujuan untuk kejayaan agama atau kepentingan umum h. Ibnu sabil adalah orang yang kehabisan ongkos dalam perjalanan bukan maksiat, baik karena tidak mencukupi, atau karena kehilangan atau dirampas. Dalam perkembangannya orang-orang yang sangat tidak berdaya dalam ekonomi berhak menerima zakat, seperti anak yatim, orang jompo, penyandang cacat, orang yang menuntut ilmu, pondok pesantren, anak terlantar, orang yang yang terlilit hutang, pengungsi yang terlantar dan korban bencana alam. Adapun pemberdayaan adalah penyaluran zakat yang disertai target merubah keadaan penerimaan lebih dikhususkan kepada golongan fakir miskin dan kondisi kategori mustahik menjadi kategori muzakki. Target ini adalah target besar yang tidak dapat dicapai dengan mudah dalam waktu yang singkat. Untu itu penyaluran zakat disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada penerima. Apabila permasalahan adalah kemiskinan, harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut sehingga kita dapat mencari solusi yang tepat demi tercapainya target yang direncanakan. Pemanfaatan dan pendayagunaan alokasi dan zakat dapat digolongkan sebagai berikut: Petama, konsumtif tradisional, zakat dimanfaatka dan digunakan langsung oleh muzakki, untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Kedua, konsumtif kreatif, zakat yang diwujudkan dalam bentuk lain dari jenis barang semula, misalnya beasiswa. Ketiga, produktif tradisional, zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang produksi, seperti sapi, mesin. Keempat, produktif kreatif, pendayagunaan zakat diwujudkan dalam bentuk modal, baik untuk membangun suatu proyek sosial maupun menambah modal pedagang berwirausaha. Dengan demikian penyaluran dana zakat dapat dibagi menjadi dua bentuk, yakni bantuan sesaat dengan pola tradisional konsumtif dan pemberdayaan produktif. 22

C. Lembaga Amil Zakat

1. Pengertian Lembaga Amil Zakat Berdasarkan Undang-Undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, Lembaga Amil Zakat adalah institusi pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat, pengelolaan Lembaga Amil Zakat dilakukan oleh amil-amil dengan kriteria 22 Ibid, h.34 tertentu antara lain: memiliki sifat amanah, adil, berdedikasi, profesional, dan berintregritas tinggi. Pengukuran sebuah Lembaga Amil Zakat dilakukan oleh pemerintah berdasarkan jenjang atau level organisasi berdasarkan permohonan Lembaga Amil Zakat setelah memenuhi syarat sebagai berikut:: 1. Berbadan hukum 2. Memiliki dana muzakki dan mustahik 3. Telah beroperasi minimal 2 tahun 4. Memiliki laporan keuangan yang telah di audit oleh akuntan publik selama 2 tahun terakhir 5. Memiliki wilayah operasi secara nasional minimal 10 provinsi 6. Mendapat rekomendasi dari Forum Zakat FOZ 7. telah mengumpulkan dana Rp. 1.000.000.000,- satu milyar dalam satu tahun. 8. melampirkan surat pernyataan bersedia disurvei oleh yang dibentuk oleh Departemen Agama dan diaudit oleh akuntan public. 9. dalam melaksanakan kegiatan bersedia berkoordinasi dengan BAdan Amil Zakat tingkat provinsi BAZNAS dan Dpartemen Agama. Lembaga Amil Zakat yang telah dikukuhkan memiliki kewajiban sebagai berikut: 1. Segera melakukan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah dibuat. 2. Menyusun laporan, termasuk laporan keuangan 3. mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh media masa. 4. Menyerahkan laporan kepada pemerintah. Dalam organisasi Lembaga Amil Zakat minimal harus terdapat komponen badan pendiri, badan pertimbangandewan pengawas, komisi pengawasinternal auditor, pimpinan, bagian perhimpunan, bagian keuangan dan bagaian pendayagunaan. Lembaga amil zakat yang telah dikukuhkan dapat ditinjau kembali, apabila tidak lagi memenuhi persyaratan dan tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang telah ditetapkan. 2. Dasar Hukum Lembaga Amil Zakat Pengelolaan zakat melalui Lembaga Amil Zakat pada saat ini menjadi sebuah kebutuhan, hal ini karena banyak nilai positif yang dapat diambil dari pengeloaan zakat yang dilakukan secara terorganisir jika dibandingkan dengan pengelolaan zakat yang dilakukan secara pribadi atau perorangan. Ibnu Asyir sebagaimana dikutip Yusuf Al-Qardhawi mengemukakan bahwa asas pelaksanaan pengelolaan zakat didasarkan pada firman Allah SWT yang terdapat dalam suarat At-Taubah ayat 60: 23 ☺ ☺ ☺ ⌧ ⌧ ☺ 23 Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Zakat Bairut: Muassasah Risalah, 1991, h. 53. ﺔ۸ﻮﺘﻟا ٩ : ٦ Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana” . Berdasarkan ayat tersebut dapatlah diketahui bahwasanya pengelolaan zakat bukanlah semata-mata dilakukan secara individu oleh muzakki diserahkan langsung kepada mustahik, akan tetapi dilakukan oleh lembaga yang khusus menangani zakat dan telah memenuhi persyaratan tertentu yang disebut amil zakat. Amil zakat inilah yang memiliki tugas melakukan sosialisasi kepada masyarakat, melakukan penagihan dan pengambilan serta mendistribusikannya secara tepat dan benar. Selain Ibnu Asyir, tokoh lain yang menyatakan bahwa pengelolaan zakat oleh amil zakat sebenarnya adalah perintah Allah dan tidak hanya berkaitan dengan Undang-Undang zakat adalah Abdurahman Qadir. 24 Ada beberapa kelebihan dalam pengelolaan zakat melalui amil zakat antara lain: Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin membayar zakat. Kedua, menjaga perasaan rendah diri para mustahik apabila berhadapan langsung menerima haknya dari para muzakki. Ketiga, untuk mencapai efisiensi, efektifitas dan sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat 24 Abdurahman Qadir, Zakat dalam Dimensi Mahdah dan Sosial Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998, h. 87-88. menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat. Keempat, memperlihatkan syiar Islam dalam semangat menyelenggarakan dan pemerintahan yang Islami. Kelebihan pengelolaan zakat melalui amil zakat tersebut diperkuat dengan Undang-Undang zakat yang mengemukakan bahwa pengelolaan zakat melalui Lembaga Amil Zakat bertujuan: 1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntutan agama. 2. Meningkatkan fungsi dan peranan dan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. 3. Meningkatkan hasil guna dan dayaguna zakat. Meskipun awalnya pengelolaan amil zakat dikelola secara swadaya dan swakarsa tanpa diperkuat dengan perangakat hukum perundang-undangan yanga berlaku hukum positif, namun berkat perjuangan bersama yang dilakukan oleh masyarakat, kini pengelola zakat melalui Lembaga Amil Zakat kuat kedudukannya di mata hukum setelah dikeluarkannya Undang-Undang pengelolaan zakat yaitu undang-undang No.38 Tahun 1999. selain itu juga diperkuat dengan Keputusan Menteri Agama RI No. 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No.38 Tahun 1999.

BAB III PROFIL LAZIS PT.PLN PERSERO P3B JAWA BALI DAN POS

KEADILAN PEDULI UMAT PKPU A. Profil LAZIS PLN P3B Jawa Bali 1. Latar Belakang Berdirinya LAZIS PLN P3B Jawa Bali LAZIS PLN P3B JAWA-BALI merupakan organisasi sosial yang berrgerak di bidang zakat profesi. Organisasi ini lahir dari sebuah pemikiran yang sama dari beberapa orang yang mempunyai keinginana untuk menjalankan syariat Islam dalam hal zakat, dengan harapan dapat membantu orang-orang tidak mampu di sekitar kantor PT. PLN Persero P3B Jawa Bali. Ditambah lagi dengan melihat potensi zakat, infak dan shodaqoh di PT. PLN Persero P3B Jawa Bali. Hal inilah yang mendorong beberapa rekan lainnya untuk mengelola zakat karyawan secara profesional. Sebelum terbentuknya LAZIS PLN P3B JB team perumusan melakukan berbagai upaya, salah satunya mengadakan seminar Inhouse Training dan manajemen ZIS zakat, infak dan shodaqoh, di kantor PLN USB P3B pada tanggal 22-26 April 2002. Acara ini diikuti oleh masing-masing bidang antara lain, Bidang Perencanaan, Bidang Teknik, Bidang Keuangan, Bidang Kesektariatan dan bidang-bidang lainnya. Dengan menghadirkan tiga