Pengertian Umum Pungutan Liar

Rumusan tindak pidana pemerasan dituangkan dalam Pasal 368 ayat 1 KUHP yang secara tegas menetapkan: 1 “Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.”

BAB III PENGERTIAN UMUM TENTANG, PENIPUAN, PEMERASAN, DAN

PUNGUTAN LIAR A. Penipuan, Pemerasan dan Pungutan Liar Menurut Hukum Positif

1. Penipuan Menurut Hukum Positif

Penipuan berasal dari kata tipu, yang berarti perbuatan atau perkataan yang tidak jujur bohong, palsu dan sebagainya, dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali, atau mencari untung. Penipuan adalah proses, cara, perbuatan menipu atau perkara penipu mengecoh. 1 Jadi penipuan adalah cara pelaku penipuan untuk membohongi seseorang korban agar pelaku dapat mengecoh si korban dan pelaku mendapatkan keuntungan dari si korban tersebut. Penipuan berasal dari kata tipu yang mendapat imbuhan “pe” dan akhiran “an” yang berarti perbuatan menipu, membodohi, atau memperdayai 2 untuk memperoleh keuntungan dari orang lain. 1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet.III, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, Edisi III, h. 1199. 2 Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pt. Gramedia Pustaka Utama, 2006, h.674. Penipuan adalah suatu bentuk dari berkicau. Sifat umum dari perbuatan berkicau itu adalah bahwa orang dibuat keliru, dan oleh karena itu ia rela menyerahkan barangnya atau uangnya. 3 Penipuan menurut bahasa asli KUHP Belanda adalah “bedrog”, Tindak pidana penipuan merupakan salah satu kejahatan yang mempunyai objek terhadap harta benda. 4 Kejahatan penipuan bedrog dimuat dalam Bab XXV Buku II KUHP, dari pasal 378 sd pasal 394. Title asli bab ini adalah bedrog yang oleh banyak ahli diterjemahkan sebagai penipuan, atau ada juga yang menerjemahkannya sebagai perbuatan curang. Perkataan penipuan itu sendiri mempunyai dua pengertian, yakni: 5 a. Penipuan dalam arti luas, yaitu semua kejahatan yang dirumuskan dalam Bab XXV KUHP. Adapun seluruh ketentuan tindak pidana dalam Bab XXV ini disebut dengan penipuan, oleh karena dalam semua tindak pidana di sini terdapatnya perbuatan-perbuatan yang bersifat menipu atau membohongi orang lain. 3 Sudrajat Bassar, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana, cet.II, Bandung: Remadja Karya CV, 1986, h. 81. 4 Pakar Hukum, “Penipuan” artikel ini diakses pada 13 Januari 2011 dari http:pakarhukum.site90.netpenipuan.php. 5 Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Harta Benda, cet.II, Malang: Banyumedia Publishing, 2006, h. 115. b. Penipuan dalam arti sempit, ialah bentuk penipuan yang dirumuskan dalam pasal 378 bentuk pokoknya dan 379 bentuk khususnya, atau yang biasa disebut dengan oplichting. Ketentuan dalam pasal 378 ini adalah merumuskan tentang tindak pidana “oplichtong” yang berarti juga penipuan dalam arti sempit. 6 Rumusan ini adalah bentuk pokoknya, dan ada penipuan dalam arti sempit dalam bentuk khusus yang meringankan. Karena adanya unsur khusus yang bersifat meringankan sehingga diancam pidana sebagai penipuan ringan pasal 379. Sedangkan penipuan dalam arti sempit tidak ada dalam bentuk diperberat. Pasal 378 dalam KUHP merumuskan sebagai berikut: 7 Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu; dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 tahun. Rumusan penipuan tersebut terdiri dari unsur-unsur objektif yang meliputi: 8 6 Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu, cet.III, Bandung: PT. Refika Aditama, 2003, h. 36. 7 Andi Hamzah, KUHP KUHAP Edisi Revisi 2008, cet.XV Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008, h. 146. 8 Chazawi., h. 116.