utuh dan harus memperhitungkan kekurangan-kekurangan tersebut untuk diganti.
13
Adapun pemerasan yang mirip dengan hirabah perampokan balasan terhadap pelaku pemerasan ini seperti hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas: :
: .
14
“Ibnu Abbas R.A. menerangkan: Terhadap mereka yang merampok dan membunuh, mereka harus dibunuh dan disalib. Terhadap mereka
yang membunuh dengan tidak mengambil harta, mereka dibunuh dengan tidak disalib. Terhadap mereka yang mengambil harta dengan
tidak membunuh, tangan dan kaki mereka dipotong secara bersilang, dan terhadap mereka yang melakukan teror kepada orang yang lalu
lalang tanpa mengambil harta, mereka diusir dari kampungnya.” H.R. al-Baihaqi
Dari hadist di atas, yang berkaitan dengan masalah pemerasan adalah pada kalimat
yang artinya ”Terhadap mereka yang mengambil harta dengan tidak membunuh, tangan
dan kaki mereka dipotong secara bersilang”. Jadi menurut hadis ini dapatlah
13
Ibid., h. 131.
14
Ahmad bin Husain bin Ali bin Musa Abu Bakar Baihaqi, Sunan Baihaqi al-Kubra, Mekah: Maktabah Dar Badz, 1994, Juz 8, h. 283.
kita simpulkan tentang sanksi pidana orang yang melakukan pemerasan adalah, tangan dan kakinya dipotong secara bersilang.
Namun, ada beberapa pendapat lain, seperti Ibnu Timiyah berkata dalam al-Ikhtiyarat: barang yang dighasab harus diganti dengan yang sama,
baik yang berbentuk barang takaran, barang timbangan ataupun lainnya, kalau mungkin. Kalau tidak mungkin ya harganya. Inilah pendapat Abu Musa dan
segolongan ulama. Dan jika harga itu berubah sedangkan barang yang seperti itu tidak ada, maka harganya ditentukan sesuai harga waktu dighasab, inilah
pendapat yang lebih kuat.
15
3. Sanksi Pidana Pungutan Liar Menurut Hukum Islam
Dalam kasus pungutan liar dalam pidana Islam, pengertian pungutan liar ini seperti yang telah diterangkan pada bab sebelumnya adalah pajak yang
ditagih oleh seseorang secara tidak legal. Dalam sebuah hadis dinyatakan bahwa pelaku kezaliman akan rugi,
karena kebaikan-kebaikan selama hidup bisa jadi akan dipindahkan kepada pihak yang teraniaya. Hadis dimaksud dikutip oleh Imam Nawawi dalam
Riyadus Salihin sebagai berikut:
16
15
Fadilah Syaikh Faisal bin Abdul Azizi Al-Mubarak, Terjemahan Nailul Authar: Himpunan Hadist-Hadist Hukum, Penerjemah A.Qadir Hassan dkk, cet.IV, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2007, Jilid
4, h. 1935.
16
Al-Bukhari, al-Jami’ Shahih Mukhtasar, jilid 5, h. 2394.
: ـ
ـ ﻪ ـ ـ ﻴ ﻠ ﻋ ﺔ ﺣ ﺮ ﻄ ﻓ
“Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW bersabda, barang siapa pernah melakukan kezaliman terhadap saudaranya dan merugikan
harga dirinya atau hal-hal lainnya, maka hendaknya segera minta dihalalkan diselesaikan saat ini, sebelum datang sebuah masa yang
dinar dan dirham tidak berharga laku lagi. Sebab kelak di akhirat jika pihak yang berbuat zalim itu mempunyai amal-amal salih akan
diambil dipotong sesuai dengan seberapa banyak kezaliman yang pernah dilakukannya terhadap saudaranya. Tetapi jika ternyata pihak
yang berbuat zalim tidak memiliki kebaikan maka dosa-dosa saudaranya yang dizalimi itu akan dibebankan kepada pihak yang
berbuat zalim” H.R. Bukhari.
Dalam hadis lain Bukhari menyatakan bahwa seorang pejabat yang tidak jujur tidak akan memperoleh bau surga. Dengan Hadis sebagai berikut:
17
ﻢ
“Dari Ma’qil RA, katanya: saya akan menceritakan kepada engkau hadis yang saya dengar dari Rasulullah SAW, dan saya telah
mendengar beliau bersabda: “Seseorang yang telah ditugaskan Tuhan memerintahi rakyat, kalau dia tidak memimpin rakyat itu dengan jujur,
niscaya dia tiada akan memperoleh bau surga.” H.R. Bukhari.
Dalam hadis lain dinyatakan bahwa pelaku cukai illegal atau pungutan liar tidak akan masuk surga. Hadis dimaksud adalah sebagai berikut:
18
17
Ibid., Juz 6, h. 2614.
18
“Khalil Ahmad As-Siharanfuri, Bazlu al-Majhud fi Hilli Abi Dawud, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, tth, Jilid 13, h. 226.
ﻋ :
ـ ـ
Dari Uqbah bin Amir, berkata, Rasulullah SAW bersabda: orang yang melakukan pungutan liar tidak akan masuk surga. H.R. Abu
Dawud.
Dengan redaksi yang berbeda, Imam Ahmad meriwayatkan hadis tentang konsekwensi pelaku punggutan liar ini sebagai berikut:
19
ـ
Dari Yazid bin Abi Habib dari Abul Khair berkata, Maslamah bin Makhlad, gubernur Mesir mengangkat Ruwaifi bin Sabit untuk
menjadi petugas pemungut cukai yang ukurannya 110. Maka pada saat Ruwaifi berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda
bahwa pelaku pungutan liar ada dalam neraka. HR. Ahmad.
Kedua hadis riwayat Abu Dawud dan Imam Ahmad yang menyebut bahwa pelaku pungli tidak akan masuk surga dan pasti akan ada dalam neraka.
Akibat kezalimannya, dia akan dituntut oleh pihak yang terzalimi kalau ia mempunyai amal saleh, pahalanya akan diambil dan diberikan kepada pihak
yang terzalimi, tetapi kalau tidak ada amal saleh justru dosa-dosa pihak yang terzalimi akan dipindahkan kepada pihak yang menzalimi. Inilah makna hadis
al-Bukhari yang dikutip Imam an-Nawawi dalam Riyadus Salihin min Kalami Sayyid al-Mursalin di atas.
19
Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, Beirut: Dar al-Fikr, tth Jilid 4, h. 143.