Kaderisasi Pelajar Islam Indonesia

Banyak ayat dalam al-Qur’an yang melarang penyerahan kepemimpinan itu pada orang di luar Islam 46 seperti larangan mengikuti jalan metode di luar orang beriman; larangan menjadikan setan menjadi penolong; larangan menjadikan orang kafir sebagai wali; larangan menjadikan sanak-saudara dan para orang tua yang condong kepada kekufuran sebagai pemimpin orang beriman; larangan tunduk kepada manusia secara berlebihan; dan sebagainya. Sikap PII terhadap pemerintah digariskan dalam Khittah Perjuangan yang menyebutkan, bahwa “Pelajar Islam Indonesia PII bersedia atau dapat membantu kebijaksanaan pemerintah secara paratisipatif, korektif, dan konstruktif selama menguntungkan Islam dan umat Islam.” 47 Garis besar dasar-dasar pandangan PII terhadap kekuasaan ini tercermin sikap-sikapnya pada situasi tertentu dari zaman ke zaman.

E. Kaderisasi Pelajar Islam Indonesia

PII bertipologi sebagai organisasi kader sekaligus sebagai organisasi massa pelajar. Dalam pembangunan pemikiran, sikap, dan watak organisasi PII, proses kaderisasi memegang peranan yang sangat penting. Hal ini juga ditunjang oleh pengembangan sistem kaderisasi yang dilakukan secara terus-menerus dengan kurikulum yang selalu dikembangkan. Pengembangan sistem kaderisasi PII telah dimulai sejak tahun 1952 dengan nama Latihan Kader. Kegiatannya dilaksanakan secara sederhana tanpa konsepsi yang terencana dan tanpa standarisasi yang baik. Pola kaderisasi ini terus 46 Djayadi Hanan, “Gerakan Pemuda Islam Di Bawah Bayang-Bayang Negara” Yogjakarta:PB PII UII Press, 2006 hal, 102 47 Lihat, Khitah Perjuangan PII, bandingkan dengan Djayadi Hanan, “Gerakan Pemuda Islam Di Bawah Bayang-Bayang Negara” Yogjakarta:PB PII UII Press, 2006 hal, 103 dikembangkan baik dari segi sistem, kurikulum, maupun pelaksanaannya. Dari segi pengembangan konsep, kaderisasi PII dapat dibagi ke dalam dua periode yaitu sebelum 1990-an dan sesudah 1990-an. Sedangkan dari segi pelaksanaannya dapat dibagi menjadi masa sebelum 1985, masa 1985 hingga awal 1990-an, dan masa sesudah 1990-an. Pengembangan konsep kaderisasi PII sebelum 1990-an mendapatkan bentuk yang sesuai sejak tahun 1979 hingga berbentuk panduan dan silabus pada tahun 1985. konsep ini ditinjau dan diperbarui kembali pada tahun 1997, dan diberi nama Takdib. 48 Sesuai tujuannya, kegiatan kaderisasi merupakan bagian dari usaha pendidikan PII. Pada hakikatnya kader adalah seseorang yang disiapkan untuk mengemban tugas masa depan dengan kemampuan, kualitas, dan kualifikasi tertentu. Kader adalah anggota inti organisasi dan diharapkan mampu bersikap idealis sekaligus realistik. 56 “Idealis” di sini berarti senantiasa berusaha mengubah keadaan yang ada ke arah kondisi yang lebih baik dan ideal, serta tidak boleh putus asa menghadapi realitas yang pahit sekalipun. Sedangkan “realistis” berarti mampu melihat realitas dan berpijak tegar di atasnya. Jadi, kaderisasi adalah kebulatan proses yang mengarah pada terciptanya kader-kader atau anggota inti organisasi yang berlangsung mulai dari rekrutmen anggota, pembinaan hingga pelaksanaan tugas-tugas, atau dalam bentuk seluruh kegiatan PII yang ada hubungannya dengan kegiatan anggota. 49 Oleh karena itu, ada dua jenis kader yang mengikuti dan menggerakan organisasi PII. Pertama, kader material yakni mereka yang melakukan usaha dan program kerja dengan 48 Lihat, Muhamad Jauhari, “Konsep Kader PII” Jakarta: Panitia CIN, 1982 49 Taufik DAhlan, “Sistem Kaderisasi PII” Jakarta: Panitia CIN, 1982 hal, 1 atau tanpa melalui training-training formal. Kedua, kader formal yaitu kader yang telah mengikuti dan mempunyai piagam training formal PII. Seluruh kegiatan PII sesungguhnya merupakan proses kaderisasi, namun secara khusus kegiatan kaderisasi dilangsungkan melalui training. Melalui kaderisasi inilah diharapkan: 50 a. Tumbuh dan berkembangnya suasana untuk berjuang di jalan Allah sehingga melembaga menjadi suatu norma. b. Berkembangnya kesadaran untuk senantiasa melaksanakan ajaran Islam hingga menjadi norma kelompok. c. Tumbuh dan suburnya hasrat untuk selalu sukses-studi sehingga setiap kader senantiasa berusaha untuk menambah pengetahuan dan keterampilan. d. Berkembangnya sikap saling mengingatkan dalam hal kebenaran dan kesabaran, keikhlasan, dan keterbukaan. e. Setiap kesadaran diikuti dengan usaha-usaha yang nampak seperti kegiatan kelompok belajar, pengabdian social, kegiatan kemanusiaan, dan lain-lain Adapun jenis dan jenjang training PII terbagi sebagai berikut: 51 1 Training kepemimpinan leadership training yang terdiri atas Ledership Basic Training LBT dan Leadership Advance Training LAT. 2 Training keagamaan yang dikenal sebagai Mental Training Mentra. 3 Training sosial kemasyarakatan yang disebut Perkampungan Kerja Pelajar PKP. 52 50 Lihat PB PII, “Kumpulan Keputusan dan Ketetapan Muktamar Nasional ke-21 PII” Jakarta:,1998 hal, 120-121. 51 Muchil Abdi, “ Pengaruh Training PII Terhadap Kepribadian Muslim” dalam skripsi sarjana S-1 di IAIN Syarif Hidayatullah Jakrta, 1987. LBT merupakan jenjang training PII yang pertama. Aktivitas kader yang telah mengikuti LBT ini ialah di Pengurus Komisariat PK. Anggota yang aktif dapat mengikuti jenjang training kedua yaitu Mentra atau PKP. Setelah itu, kader dapat diangkat ke pengurus Daerah PD. Setelah aktif di Pengurus Daerah maka kader dapat mengikuti jenjang LAT. Namun, karena alasan-alasan khusus dan tanpa perlu melewati Mentra atau PKP. Selain training formal, di PII juga ada training-training khusus. Training ini terdiri atas Training Centre kepengurusan dan Training Badan Otonom yang terdiri atas: training PII-wati berkaitan dengan persoalan-persoalan kemuslimahan, training Brigade diorientasikan pada aspek-aspek ketahanan organisasi; dan Coaching Instruktur training untuk menyediakan tenaga-tenaga instruktur.

F. Pelajar Islam Indonesia, Arena Belajar Berdemokrasi