Dasar-dasar Pandangan Pelajar Islam Indonesia tentang Kekuasaan

belum digunakan. Sementara, kata “pelajar“ mempunyai arti yang lebih luas dan mendalam. “Pelajar” yang dimaksudkan di sini adalah kelompok yang belajar mulai dari tingkat ibtid’iyah SD, tsanawiyah SLTP hingga ‘aliyah SMU. Sementara, belajar merupakan kewajiban bagi semua orang. Sedangkan kelompok yang telah memasuki perguruan tinggi memang namanya “mahasiswa” dan “pelajar“ dalam bahasa Inggris memiliki terjemahan yang sama yakni student sehingga secara implisit PII menamakan semuanya sebagai “pelajar“. Akan tetapi, PII memang lebih diorientasikan sebagai organisasi untuk kelompok anak Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, termasuk pelajar sekolah persiapan. Pengurus PII bisa saja telah menjadi mahasiswa, tetapi tidak diprioritaskan karena sudah ada HMI yang mewadahinya dan lebih dulu berdiri.

D. Dasar-dasar Pandangan Pelajar Islam Indonesia tentang Kekuasaan

Seorang Muslim meyakini bahwa sumber kekuasaan yang mutlak adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebagai kholifah, manusia hanya diberi mandat oleh Allah untuk mengelola bumi dengan petunjuk dan kehendak-Nya. Pemanfaatan, pengembangan, dan pendistribusian kekuasaan allocation of power harus berada dalam kerangka pengabdian kepada Allah. 41 Sumber-sumber hukum yang mengatur kekuasaan ini secara hirerarkis adalah al-Qur’an, Sunah Rosul, dan ijtihat dalam produk-produk hukum yang dikembangkan manusia dengan bersandar pada nilai-nilai al-Qur’an dan Sunah Rosul al-hadits. 42 Kekuasaan atau posisi seseorang di tengah masyarakat sangat terikat pada hirerarki ketaatan kepada Allah dan Rasul, dan lalu ketaatan pada pemimpin dan 41 Djayadi Hanan, “Gerakan Pemuda Islam Di Bawah Bayang-Bayang Negara” Yogjakarta:PB PII UII Press, 2006 hal, 100 42 Lihat, Djayadi Hanan, hal 100. Lihat juga, Q.s. Adz-Dzaariyat, ayat 56 pemegang kekuasaan lainnya. 43 Oleh karena itu, legimitasi keabsahan pemegang kekuasaan dalam masyarakat atau Negara diukur sjauh tetap berlandaskan pada ajaran Allah. Bila kekuasaan seseorang telah abash menurut aqidah dan qaidah Islam, maka setiap muslim wajib mendukung dengan memberikan ketaatan, kepatuhan, dan partisipasi sekaligus control berdasarkan ajaran al-Qur’an pula. Apabila kekuasaan seseorang itu secara terang-terangan atau terselubung menentang syari’ah Allah, maka secara otomatis pemegangnya kehilangan hak ketaatan dari rakyat. Terhadap penguasa yang telah melakukan pelanggaran hak dan kezaliman yang berat pada rakyat, umat Islam wajib melakukan perubahan sesuai potensi dan kemampuan masing-masing. Siapapun yang tidak setuju dengan kezaliman dan kekuasaan sewenang-wenang itu, baik secara terang- terangan maupun diam-diam, terbebas dari tanggungjawab di akhirat. Sebaliknya, bagi siapapun yang setuju atau mendukung kezaliman dan kesewenagan ini, akan menanggung siksa di akhirat. 44 Berkaitan dengan siapa yang harus ditaati setelah Allah dan Rasul, ada penekanan husus yaitu kepada para pemimpin “diantaara kamu” minkum, bukan “diantara mereka” minhum. 45 Berarti, pemimpin itu haruslah dari kalangan orang-orang beriman yakni orang yang memiliki komitmen pada Allah dan atuan- Nya. 43 Menurut Al-Quran, apabila engkau berselisih tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah dan Rasul. Lihat., materi-materi training PII, terutama yang berkaitan dengan aqidah dan idiologi. 44 Lihat., materi-materi training PII 45 Lihat, Mutamimul Ula, “Kepemimpinan Dalam Islam” Jakarta: STDI RISKA, 1986 hal, 5 Banyak ayat dalam al-Qur’an yang melarang penyerahan kepemimpinan itu pada orang di luar Islam 46 seperti larangan mengikuti jalan metode di luar orang beriman; larangan menjadikan setan menjadi penolong; larangan menjadikan orang kafir sebagai wali; larangan menjadikan sanak-saudara dan para orang tua yang condong kepada kekufuran sebagai pemimpin orang beriman; larangan tunduk kepada manusia secara berlebihan; dan sebagainya. Sikap PII terhadap pemerintah digariskan dalam Khittah Perjuangan yang menyebutkan, bahwa “Pelajar Islam Indonesia PII bersedia atau dapat membantu kebijaksanaan pemerintah secara paratisipatif, korektif, dan konstruktif selama menguntungkan Islam dan umat Islam.” 47 Garis besar dasar-dasar pandangan PII terhadap kekuasaan ini tercermin sikap-sikapnya pada situasi tertentu dari zaman ke zaman.

E. Kaderisasi Pelajar Islam Indonesia