disebabkan oleh kondisi pendidikan bangsa Indonesia yang masih sangat memprihatinkan.
17
B. Motivasi Dasar Pendirian Pelajar Islam Indonesia
Dengan dilatarbelakangi keadaan bangsa sebelum kemerdekaan, pendirian organisasi Pelajar Islam Indonesia dimotivasi oleh dua hal.
1 Motivasi ke-Islam-an. 2 Motivasi Kebangsaan.
Adapun, kebijakan politik Belanda dan Jepang terhadap umat Islam dan bangsa Indonesia sangat berpengaruh kepada generasi muda, utamanya para
pelajar. Akibat politik-asosiasi, misalnya, banyak pelajar Indonesia yang mendapat pendidikan kurikulum Belanda. Terdapat perbedaaan antara pelajar
didikan Belanda dengan pelajar hasil didikan Tradisional di Indonesia yang mengutamakan pendidikan Pesantren. Para pelajar didikan Barat umumnya
memiliki pandangan dunia yang lebih luas rasional terutama berkenaan dengan dunia Barat. Di samping itu, mereka juga cenderung banyak meniru Barat dalam
pola hidup maupun budaya pribadi, seperti terlihat pada cara berpakaian, bersikap, dan tingkah laku sehari-hari. Umumnya, pandangan dan rasa keagamaannya
terkikis seiring dengan perubahan cara berfikir dan cara menyikapi agama. Bagi
17
Lihat habibullah, makalah pra-skripsi untuk fakultas Adab IAIN Jakarta, Desember 1986.
dan bandingkan dengan, Djayadi Hanan, “Gerakan Pelajar Islam di bawah Bayang- bayang Negara” Yogyakarta: PB PII UII Press, 2006 hal, 54.
mereka, hidup haruslah diorientasikan pada dunia, bukan pada Tuhan religion yang hanya berorientasi pada akhirat.
18
Terdapat sisi positifnya yang dapat diambil dari hasil pendidikan Barat, misalnya pada metode penggunaan gaya modern, misalnya memakai kurikulum
dan kelas. Metode ini dapat memberikan keteraturan dan kedinamisan. Sementara sisi negatifnya terletak pada kemerosotan rasa patriotisme dan masuknya paham
sekularisme ke dalam pikiran para pelajarnya. Dari sisi pekerjaan, umumnya pelajar hasil pendidikan gaya Belanda ini menjadi pegawai rendahan pada
pemerintah kolonial Belanda. Keadaan seperti ini tentu saja akan mengancam perkembangan bangsa dan umat Islam ke depan.
19
Di satu sisi, untuk mempertemukan dan menyatukan kedua kutub pelajar, agar terjalin keharmonisan antara keduanya sebagai sesama Muslim. Atas dasar
ini yang menjadi salah satu latar belakang pendirian organisasi Pelajar Islam Indonesia.
Sementera itu, pada zaman Jepang, akibat adanya tekanan-tekanan terhadap kemurnian aqidah oleh pemerintahan Jepang terutama karena adanya
keharusan melakukan sekerei sebagai keinginan Jepang, maka umat Islam pun menggencarkan pendalaman aqidah bagi para pelajar Islam. Gerakan ini
dilakukan terutama di kampung-kampung dan di sekolah-sekolah melalui pendidikan agama dan pelaksanaan shalat fardhu secara barjamaah. Adanya
aktivitas keagamaan di sekolah inilah yang turut memberikan andil bagi
18
Seperti dituturkan Amin Syahri kepada Bapak Ahmad Adaby Darban, tanggal 11 September 1975 di Kompleks Mu’allimin Jalan Patangpuluhan. Lihat Ahmad Adaby Darban,
“Refleksi Kilas Balik Berdirinya PII” hal, 11.
19
Ahmad Adaby Darban, “Refleksi Kilas Balik Berdirinya PII” hal, 11.
kelancaran dan keberhasilan ide pendirian PII.
20
Akan tetapi, ada hal yang berhubungan langsung sebagai latar belakang berdirinya PII, yakni berdirinya
Himpunan Mahasiswa Islam HMI.
21
Sejak HMI didirikan pada 5 Februari 1947, Anton Timur diminta oleh Lafran Pane pendiri HMI menjadi Sekretaris
Jendral hingga Kongres I. Anggota-anggota HMI umumnya menempuh pendidikan menengah pada zaman Belanda. Dengan demikian, mereka lebih
memiliki dasar-dasar tradisi akademik dari pada para santri. Mereka lebih siap masuk ke Perguruan Tinggi Umum daripada ke Perguruan Tinggi Islam. Dari
HMI inilah Anton Timur, sebagai Pendiri PII mengaku memperoleh tradisi berpikir akademik yang kemudian dapat digunakan sebagai pisau analisis. Ia pun
merasa lebih terarah dalam memahami pesan-pesan al-Qur’an.
22
Dari uraian di atas, terlihat bahwa motivasi ke-Islam-an yang mendorong pendirian PII didasari oleh keprihatinan terhadap keadaan umat Islam, yang bila
dibiarkan seperti saat itu akan mengalami kebekuan. Sementar itu, motivasi kebangsaan muncul dari keprihatinan para pendiri PII terhadap nasib bangsa
Indonesia yang baru saja terlepas dari penjajahan yang sangat lama. Dalam jangka pendek dan panjang, menurut mereka, bangsa ini pasti memerlukan wadah yang
dapat menjadi penjaga keutuhannya sekaligus penyedia kader-kader pengganti para pimpinannya.
20
Seperti dituturkan oleh Anton Timur Djaelani dalam wawancara pada tanggal 30 April 1997, di Kramat Raya Nomor 9 Jakarta Pusat.
21
Anton Timur Djaelani, “Kebangkitan PII 4 Mei 1947, Dari Bangku Sekolah Ke Organisasi,” tulisan tidak dipublikasikan, 30 April 1997.
22
Lihat Ahmad Adaby Darban, “Refleksi Kilas Balik Berdirinya PII” hal, 10-11.
C. Proses Pendirian Pelajar Islam Indonesia