Pelajar Islam Indonesia, Arena Belajar Berdemokrasi

LBT merupakan jenjang training PII yang pertama. Aktivitas kader yang telah mengikuti LBT ini ialah di Pengurus Komisariat PK. Anggota yang aktif dapat mengikuti jenjang training kedua yaitu Mentra atau PKP. Setelah itu, kader dapat diangkat ke pengurus Daerah PD. Setelah aktif di Pengurus Daerah maka kader dapat mengikuti jenjang LAT. Namun, karena alasan-alasan khusus dan tanpa perlu melewati Mentra atau PKP. Selain training formal, di PII juga ada training-training khusus. Training ini terdiri atas Training Centre kepengurusan dan Training Badan Otonom yang terdiri atas: training PII-wati berkaitan dengan persoalan-persoalan kemuslimahan, training Brigade diorientasikan pada aspek-aspek ketahanan organisasi; dan Coaching Instruktur training untuk menyediakan tenaga-tenaga instruktur.

F. Pelajar Islam Indonesia, Arena Belajar Berdemokrasi

Tiga tingkat training di PII Basic,MentalIntermediate, Advance merupakan kunci mutlak bagi karir seorang kader di pengurusan. Kunci mutlak yang dimaksud di sini tidak berkaitan dengan prestasi atau promosi administrative kader dalam kepengurusan, melainkan berkaitan dengan kemampuan kader menginternalisasi ajaran Islam sebagai sikap atau prinsip, dan lalu mengeksternalissasinya sebagai tindakan keseharian. Sebagian besar materi atau wacana dalam training PII di atas bersifat terbuka yang ditandai oleh metode andragogi, dinamika kelompok, debat, dan dialog. Pemandu atau instruktur tidak berfungsi sebagai komandan atau sumber 52 Lihat, Paduan Training PII, Jakrta: POIN, 1979. kebenaran, melainkan sebagai fasilitator yang merangkum berbagai perkembangan pemikiran setiap peserta. Ciri utama yang menandai setiap forum training adalah penekanan sikap demokratis dan kebebasan berpendapat pada setiap peserta sehingga berwatak mandiri dan percaya diri. Pada setiap akhir materi, tidak ada kesimpulan yang bulat oleh pemandu atau instruktur sebab peserta memang diharapkan menemukan tafsir-tafsir kritis baru. Dalam kacamata modernis, training-training PII ini lebih bersifat semacam achievement motivation training atau training yang memotivasi kepeloporan dan kepemimpinan secara Islam. Jadi, dapat dikatakan bahwa training-training PII merupakan wahana pengetahuan untuk belajar berdemokrasi. Selain karena peserta training PII diambil dari unsure-unsur Pesantren sekolah Islam dari sekolah umum yang wacana keilmuan masing-masing berbeda, juga karena sifat federatif struktur organisasi PII dari pusat hingga wilayahdaerah propinsi lainnya kadang-kadang berbeda jauh, terutama dalam memandang ilmu dan pengetahuan, politik dan ideologi dalam konteks Negara. Dengan demikian, ada kader PII yang sangat menekankan sikap keagamaan ibadah formal sebagai nilai yang mengatasi persoalan-persoalan seperti ilmu dan pengetahuan, politik, dan ideologi, tetapi ada juga yang menekankan sikap politik dan akademis ibadah social sebagai nilai yang justru harus muncul dari sikap religius. Perbedaan ini sesungguhnya tipis, tetapi akan tampak tajam dalam hal-hal yang bersifat praktis seperti dalam hal memilih studi, organisasi pasca PII, profesi, karir, atau peran dalam kegiatan kemasyarakatan. 53 53 Djayadi Hanan, “Gerakan Pemuda Islam Di Bawah Bayang-Bayang Negara” Yogjakarta:PB PII UII Press, 2006 hal,105-107 Hasil training yang beragam itulah yang membuat PII meningkat, baik secara internal dalam organisasi atau kepengurusan maupun secara eksternal dalam masyarakat seperti soal pilihan politik masing-masing kader. Intinya, tidak ada penyeragaman pilihan secara politis, kecuali dalam hal etika dan prinsip- prinsip keislaman.

BAB III KEBIJAKAN PEMERINTAH ORDE BARU