Pemerintah Indonesia sebagai pihak yang membuat kebijakan yang diperuntukkan agar dapat mensejahterakan rakyatnya mengambil kebijakan-
kebijakan agar permasalahan yang terkait dengan TKI tidak terulang kembali. Pemerintah Indonesia pun sebagai pihak yang paling berhak dalam mengambil
kebijakan terkait dengan perbaikan kualitas dan keterampilan TKI dengan membentuk lembaga-lembaga pelatihan maupun kebijakan-kebijakan lain yang
menjadi pembahasan utama dalam bab ini. Kebijakan-kebijakan itu tidak hanya berbentuk lembaga khusus dalam menangani TKI tetapi juga sertifikasi-sertifikasi
hingga prosedur birokrasi yang ketat agar tenaga kerja yang akan dikirimkan ke luar negeri benar- benar memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja yang ada.
Berikut ini kebijakan-kebijakan yang terdapat dalam masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang yudhoyono terkait upayanya dalam meningkatkan kualitas TKI.
3.1.1 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
Pemerintah Indonesia menyadari bahwa di dalam pelayanan penempatan TKI masih dirasakan adanya berbagai kendala yang pada
umumnya menimpa para calon TKI yang akan bekerja di luar negeri maupun TKI yang sedang bekerja di luar negeri. Penyebab utama terjadinya masalah-
masalah yang menimpa para TKI adalah persiapan TKI belum bisa memenuhi kompetensi dasar termasuk kemampuan bahasa, penempatan TKI secara
ilegal maupun perilaku pengguna jasa majikan yang berada di luar negeri.
Universitas Sumatera Utara
Penempatan TKI yang akan bekerja ke luar negeri semakin meningkat menyebabkan semakin meningkat pula kompleksitas masalah kasus yang
menimpa para TKI, diantaranya pekerjaan yang ditawarkan kepada calon TKI tidak sesuai dengan Perjanjian Kerja PK, tidak mampu bekerja, gaji
tidak dibayar, dokumen tidak lengkap, penganiayaan, pelecehan seksual, majikan bermasalah, komunikasi tidak lancar, kecelakaan saat bekerja, sakit
akibat bekerja, sakit bawaan, majikan meninggal, TKI hamil, membawa anak, terjadi PHK sepihak oleh perusaahaan tempat bekerja dan bahkan tidak
tertutup kemungkinan TKI menjadi korban sindikat perdagangan manusia. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia merasa perlu untuk membentuk
sebuah lembaga yang secara dapat bekerja secara sinergis dan terintegrasi untuk memecahkan persoalan pelayanan, penempatan dan perlindungan TKI.
Lembaga tersebut di harapkan mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi TKI, mencegah terjadinya penempatan TKI ilegal serta meningkatkan
profesionalisasi calon TKI. Profesionalisasi calon TKI merupakan perlindungan terbaik bagi TKI yang akan bekerja di luar negeri. Calon TKI
perlu memahami mengenai pengertian TKI, syarat-syarat menjadi TKI, dokumen yang harus dimiliki TKI, kesiapan mental dan kompetensi yang
harus dimiliki para calon TKI. Berdasarkan hal inilah pemerintah membentuk
Universitas Sumatera Utara
sebuah lembaga yang di beri nama BNP2TKI Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.
44
BNP2TKI adalah Lembaga Pemerintah non departemen yang berada di bawah pengawasan presiden dan bertanggung jawab langsung kepada
Presiden. Sebagai lembaga non departemen BNP2TKI bertugas memberikan kemudahan pelayanan pemrosesan seluruh dokumen penempatan,
perlindungan dan penyelesaian masalah Tenaga kerja Indonesia.
45
1. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan TKI di luar negeri. Para calon
TKI yang ingin bekerja ke luar negeri baik secara individu maupun melalui PJTKI Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia harus melalui BNP2TKI
dengan persyaratan-persyaratan yang telah di keluarkan oleh pemerintah. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah pengiriman TKI illegal dan agar tenaga
kerja yang dikirimkan memiliki kualifikasi yang berdasarkan kompetensi yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan negara penerima tenaga kerja.
BNP2TKI menjalankan tugas tersebut melalui Undang-Undang dan beberapa peraturan, antara lain :
44
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI, Penempatan Tenaga Kerja di Luar Negeri Bookleat,
BP3TKI Medan 2014.
45
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia BP3TKI Medan-Sumut,Iprofil.2014:BP3TKI Medan.
Universitas Sumatera Utara
2. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga kerja Indonesia BNP2TKI. 3.
Instruksi Presiden RI Nomor 06 Tahun 2006 tentang Kebijakan Reformasi Sisitem Penempatan dan Perlindungan TKI.
4. Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi Nomor
Per.14MENX2010 tanggal 13 Oktober 2010 tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri.
5. Peraturan kepala BNP2TKI Nomor Per.35KAVIII2007 tanggal 31
Agustus 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis di Lingkungan BNP2TKI.
Visi dari BNP2TKI yaitu “Terwujudnya TKI yang berkualitas, bermartabat dan kompetitif” serta memiliki misi yaitu :
1. Menciptakan kesempatan kerja di luar negeri seluas-luasnya.
2. Meningkatkan keterampilan kualitas dan pelayanan penempatan TKI.
3. Meningkatkan pengamanan, perlindungan dan pemberdayaan TKI.
4. Meningkatkan kapasitas Lembaga Penempatan dan Perlindungan TKI.
5. Meningkatkan kapasitas Lembaga Pendukung Sarana Prasarana
Lembaga Pendidikan dan Kesehatan. Tugas BNP2TKI dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud di
atas adalah : 1.
Melakukan penempatan atas dasar perjanjian secara tertulis antara Pemerintah dengan Pemerintah negara pengguna Tenaga Kerja
Universitas Sumatera Utara
Indonesia atau Pengguna berbadan hukum di Negara tujuan penempatan.
2. Memberikan pelayanan, mengkoordinasikan, dan melakukan
pengawasan mengenai : a.
Dokumen; b.
Pembekalan Akhir Pemberangkatan PAP; c.
Penyelesaian masalah; d.
Sumber-sumber pembiayaan; e.
Pemberangkatan sampai pemulangan; f.
Informasi; g.
Kualitas pelaksanaan penempatanTenaga Kerja Indonesia; dan h.
Kualitas pelaksanaan penempatanTenaga Kerja Indonesia; dan keluarganya;
Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya tersebut di atas, BNP2TKI dikoordinasikan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan.
46
Sebagai lembaga non departemen BNP2TKI yang berkedudukan di pusat pemerintahan BNP2TKI juga memiliki wilayah kerja di setiap provinsi
untuk dapat menjangkau para calon TKI di daerah karena sebagian besar TKI yang ada berasal dari daerah pedesaan. Perwakilan di setiap wilayah kerja
tersebut adalah Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
46
Soekarwo, “Peranan Pemerintah Daerah Dalam Kaitannya Dengan Penempatan TKI ke Luar Negeri”, Majalah Hukum Nasional, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Indonesia BP3TKI yang melayani para Calon TKI di wilayah kerja masing-
masing daerah. 3.1.2 KARTU TENAGA KERJA LUAR NEGERI
Dalam upaya meningkatkan pelayanan penempatan dan perlindungan TKI, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan TKI di Luar Negeri, mengamanatkan bahwa setiap TKI yang bekerja di luar negeri wajib memiliki dokumen Kartu Tenaga Kerja Luar
Negeri KTKLN yang dikeluarkan oleh Pemerintah, KTKLN tersebut berfungsi sebagai kartu identitas TKI selama masa penempatan TKI di negara
tujuan. Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri KTKLN dalam bentuk Smartcard adalah tanda identitas bagi TKI yang diterbitkan oleh
BNP2TKIBP3TKIP4TKI. TKI yang memiliki KTKLN dapat dinyatakan bahwa TKI tersebut sudah memenuhi persyaratan untuk bekerja di luar negeri
dan KTKLN juga berfungsi sebagai bebas fiskal luar negeri BFLN. Dasar hukum dari kebijakan perbitan KTKLN ini ialah :
1. Undang‐Undang RI Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan TKI di Luar Negeri. 2.
Peraturan Presiden RI Nomor 81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI;
3. Instruksi Presiden RI Nomor 06 Tahun 2006 tentang Kebijakan Reformasi
Sistem Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri;
Universitas Sumatera Utara
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER
18MENIX2007 tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan TKI;
5. Peraturan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia Nomor PER‐43KASU‐OKHXII2007 tentang Tupoksi dan Uraian Tugas Unit Organisasi Eselon I, II, III dan IV di lingkungan
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri KTKLN adalah kartu elektronik
dalam bentuk smartcard yang memuat data identitas TKI, PPTKIS, mitra kerja dan pengguna TKI, paspor, asuransi, uji kesehatan, sertifikat pelatihan,
sertifikat uji kompetensi, perjanjian kerja, jenis pekerjaan dan negara penempatan, masa berlaku, tempat penerbitan, embarkasidebarkasi.
Penerbitan KTKLN selain ditujukan untuk pelayanan, penempatan dan perlindungan calon TKI juga untuk memperketat proses pengiriman TKI agar
TKI yang pergi ke luar negeri hanyalah TKI yang telah dibekali oleh pelatihan-pelatihan yang telah diberikan oleh pihak pemerintah maupun
swasta. Pemerintah menciptakan KTKLN agar para tenaga kerja dari Indonesia
yang ingin bekerja ke luar negeri dapat melengkapi diri mereka dengan pengetahuan-pengetahuan serta keterampilan yang di perlukan dan untuk
bekerja di negara tujuan pencari kerja, pemerintah pun telah menyediakan lembaga-lembaga yang terkait dengan pelatikan ketenagakerjaan. KTKLN
Universitas Sumatera Utara
juga merupakan bukti bagi TKI legal yang telah memenuhi kelengkapan dokumen sehingga pemerintah dapat bertanggung jawab terhadap hal-hal
yang tidak diinginkan. Selama ini seperti yang kita ketahui ketidaklengkapan dokumen TKI menjadi salah satu faktor banyaknya TKI yang bermasalah di
luar negeri.
3.2 Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Luar Negeri 3.2.1 Perkembangan Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Luar
Negeri
Masalah besar yang masih dihadapi bidang ketenegakerjaan saat ini adalah tingkat pengangguran yang relatif tinggi dengan pertambahan
angkatan kerja melebihi pertambahan jumlah kesempatan kerja yang tersedia, jumlah pertumbuhan angkatan kerja yang cukup pesat kurang dapat
diimbangi oleh kemampuan penciptaan kesempatan kerja sehingga terjadi pengangguran terbuka yang berakumulasi setiap tahun.
47
47
Chasistriana Hema, Model Pelatihan Calon Tenaga Kerja Indonesia di Balai Latihan Kerja Luar Negeri Jl. Brotojoyo Semarangskripsi
: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang,2005.
Salah satu kebijakan yang dikembangkan pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran ialah
dengan mendorong pengiriman dan penempatan Tenaga Kerja Indonesia TKI ke luar negeri, dengan memperhatikan kompetensi, perlindungan
tenaga kerja, harkat, martabat, dan nama baik bangsa indonesia, serta mencegah timbulnya eksploitasi tenaga kerja. Berdasarkan hal-hal tersebutlah
Universitas Sumatera Utara
maka dibentuklah kebijkan-kebijkan yang dibentuk untuk mendukung tujuan tersebut.
CEVEST adalah proyek realisasi dari “Doktrin Bantuan Pembangunan Manusia ASEAN” yang diumumkan oleh Perdana Menteri Zenko Suzuki saat
melakukan lawatan ke negara-negara ASEAN pada tahun 1983. Untuk mendidik instruktur pendidikan dan latihan keterampilan kerja dan
pendidikan bagi pengusaha kecil dan menengah, maka Jepang memberikan hibah dalam bentuk bantuan teknik, salah satunya adalah dengan membangun
sebuah Pusat Pendidikan dan Latihan di masing-masing negara di ASEAN. Tahun 1985 Cevest diresmikan oleh Perdana Menteri Jepang Mr. Zenko
Suzuki, Menteri Tenaga Kerja Sudomo dan Menteri Perindustrian Hartarto, sebagai bentuk kerjasama antara Pemerintah Jepang dengan Pemerintah
Indonesia dalam rangka pengembangan Sumber Daya Manusia pelatihan instruktur dan pembinaan industri kecil di kawasan ASEAN dengan nama
The Center For Vocational and Extension Service Training CEVEST.
Perkembangan CEVEST : 1.
Tahun 1983, Departemen Perindustrian dan Departemen Tenaga Kerja secara bersama-sama mendirikan The Center for Vocational and
Extension Service Training : CEVEST, pembangunan CEVEST dimulai. 2.
Tahun 1985, CEVEST diresmikan oleh Perdana Menteri Mr. Zenko Suzuki, Menteri Tenaga Kerja Sudomo dan Menteri Perindustrian
Hartarto, sebagai bentuk kerjasama antara Pemerintah Jepang dan
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah Indonesia dalam rangka pengembangan SDM pelatihan instruktur dan pembinaan industri kecil di kawasan ASEAN.
3. Tahun 1986, diklat instruktur DIKLATIN-CEVEST berdiri.
4. Tahun 1990, Pengelolaan Balai Latihan Instruktur dan Pengembangan
BLIP diserahkan kepada Departemen Tenaga Kerja. 5.
Tahun 1998, diakui sebagai Pusat Pendidikan dan Latihan Tehnik Tinggi terbaik di Indonesia.
6. Tahun 2000, diangkat dari level setingkat akademi menjadi level tingkat
sekolah tinggi. 7.
Tahun 2001, menjadi Pusat Pengembangan Pelatihan Tenaga Kerja Industri Jasa P3TKIJ.
8. Tahun 2002, menjadi Pusat Pelatihan Tenaga Kerja Luar Negeri Puslatker
TKLN. 9.
Tahun 2006, menjadi Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Luar Negeri.
3.2.2 Visi dan Misi Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Luar Negeri